Langsung ke konten utama

ROOM 142 CHAPTER 5





"jangan kemana-mana, temani aku" gumam Myungsoo mencegah tubuh Yuna berpindah.Kedua matanya masih terpejam dan kelihatannya ia sangat lelah.

"tapi aku harus ..."

Chuu~

Myungsoo mendaratkan bibir tipisnya pada bibir Yuna.Ia gemas mendengar Yuna berceloteh.Diusapnya pipi Yuna dengan lembut, sambil berusaha membuka kelopak matanya yang berat.

"aku lelah sekali, biarkan aku begini" Myungsoo menaruh kepalanya di pangkuan Yuna dan menyamankan posisi tidurnya yang melengkung.

Deg


Sembari menggenggam jemari Yuna, Myungsoo terpejam kembali dan tak lama kemudian ia mendengkur--- lagi.Gadis bermata cokelat itu hanya bisa membatu dan berusaha untuk bernafas normal.Perlahan ia menyandarkan punggungnya ke sofa--sambil masih memandangi Myungsoo.

Hingga dua jam kemudian, Myungsoo seperti tersedak lalu batuk-batuk.Ia merasakan tenggorokannya panas dan nyeri.Suhu tubuhnya tinggi dan pandangannya berkunang.Ia melirik Yuna yang ternyata tertidur pulas.Perlahan Myungsoo beranjak bangun dan merasakan semua ototnya kaku.

"akh ... " ringisnya menekan dada.

Yuna pun bergerak karena kakinya sudah kesemutan.Ia terkejut melihat wajah Myungsoo sudah pucat pasi sambil menunduk.

"kau .. kau kenapa?" tanya Yuna sambil meletakkan telapak tangannya di dahi Myungsoo.

'dia demam tinggi' 

"aku hanya pusing, tapi kenapa tenggorokanku sakit sekali" ucap Myungsoo serak.Yuna segera menidurkannya di sofa dan memberinya bantal yang nyaman.Setelah beberapa detik memeriksa pergelangan tangan Myungsoo, ia pun bergegas mengambil kotak peralatan medisnya di kamar.

"tekanan darahmu agak rendah, suhu tubuhmu 39 derajat.Coba kulihat tenggorokanmu" pinta Yuna menyuruh Myungsoo untuk membuka mulut.Dan benar saja, ia bisa melihat pembengkakan disana.Ia melihat nafas Myungsoo yang cepat lalu berlari mengambil selimut tebal, namun ia kembali lagi karena bingung.

"apa kau bisa berdiri?" tanyanya.

Myungsoo mengangguk kecil lalu meraih lengan Yuna dan berdiri dengan susah payah.

"sebaiknya kau tidur di kamar saja, aku akan menyalakan penghangat ruangan, disini udaranya kering" Yuna membimbing Myungsoo untuk tidur di ranjang lalu menyelimutinya.

'Yuna ..' gumam Myungsoo lalu tertidur.
.
.
.
Menjelang pagi hari, Myungsoo terbangun dan terkejut melihat Yuna tertidur di kursi kerjanya.Ia bangkit lalu mendekati Yuna.Dipandanginya wajah lelah Yuna yang cantik.

"terima kasih ... aku merasa lebih baik" bisiknya merapikan anak rambut Yuna kesamping.

"tapi ... lehermu bisa sakit kalau tidur seperti itu" Myungsoo menggendong tubuh Yuna dan menidurkannya di ranjang.

'dia bahkan tidak sadar kalau aku menggendongnya, dia pasti lelah' batin Myungsoo gemas.Dikecupnya dahi Yuna lalu ia ikut tidur di sampingnya.

Pukul 07.45 pagi.

Mata Yuna mengerjap pelan karena sinar matahari sudah masuk dari celah jendela kamarnya.Beberapa burung pipit saling berkicau dan berjejer di pagar balkon.

'apa ini? kenapa aku tidak bisa bergerak?' Yuna merasakan tubuhnya di dekap seseorang dengan erat.

Dan benar saja, Myungsoo tengah memeluknya dan menaruh wajah Yuna menghadap perpotongan dada bidangnya.Yuna bisa mendengar detak jantung Myungsoo yang teratur itu.

'tunggu, kenapa aku tidur disini? bukankah semalam aku di kursi?' gumamnya heran.

"tidak mungkin !" pekiknya.Yuna bergegas memeriksa pakaiannya yang ternyata masih terpasang dengan baik.Ia panik karena mengira Myungsoo akan melakukannya---lagi.

"kau sudah bangun?"

DUGH

BRUAKK

"Akkkhhhhhhhhh" Yuna memegangi lututnya yang membentur lantai.Ia terkejut karena Myungsoo mengagetkannya.

Pria bermata elang itu terdiam sambil menggaruk kepalanya karena keheranan.Kepalanya miring mengintip Yuna yang sudah mencium lantai dengan lutut lebih dulu.Gadis itu meringis kesal menatap Myungsoo lalu melemparnya dengan sandal bulu, tapi meleset.

"Aishh kenapa kau ini hah? jantungku .... keterlaluan !!!" umpatnya.

Myungsoo bingung harus tertawa atau tidak.Karena pemandangan konyol di pagi hari ini sangat lucu.Tapi ia juga kasihan karena suara Yuna terjatuh tadi cukup keras.

'kalau aku tertawa aku pasti dibunuh olehnya' batin Myungsoo lalu turun dari ranjang sambil berhati-hati jika gadis itu memukulnya.

"ah ini meninggalkan luka lebam ... ishh" gerutu Yuna yang berusaha bangkit sambil meringis.Lalu tangan Myungsoo membantunya berdiri.

Greb~

"sebaiknya kau duduk dulu" ucap Myungsoo berlalu ke dapur mengambil batu es dan handuk seolah ia sudah lama tinggal disitu.Walaupun ia tak seterampil Yuna, ia cukup mahir menangani memar akibat jatuh.Terutama saat ia sedang latihan dance atau saat perform di panggung.

Tanpa kata-kata, Myungsoo menggulung celana Yuna hingga atas lutut.Dan memang benar seperti perkiraan, lutut Yuna mengalami lebam dan sepertinya cukup nyeri.Sesekali ia meniup lebam itu seolah mengurangi rasa sakitnya.

"akh .... biar aku sendiri saja" Yuna merebut handuk pembungkus batu es dari tangan Myungsoo namun gagal.Ia sudah cukup canggung.

"aku tahu kau lebih pintar mengobati orang sakit, tapi jika seorang wanita terluka karena pria dia harus tanggung jawab bukan? apa aku salah?" Yuna terpaku menatap wajah Myungsoo.

'oh, dia benar juga'

Yuna terdiam mematut wajah tampan yang sibuk merawatnya.

"aku sudah sering mengalami yang seperti ini selama sembilan tahun, jadi jangan meremehkan aku" imbuhnya lalu tersenyum.

"minta ijin saja ke rumah sakit, kau tidak mungkin mengobati pasien sambil mengaduh kan?" Myungsoo menekan-nekan handuk dingin itu di sekitar lebam.

Perlahan Yuna merasakan kesungguhan dalam diri Myungsoo.Kim Myungsoo yang sejak awal ia kira adalah pria mesum yang hanya pandai menyentuh wanita, ternyata sosok yang memegang tanggung jawab dan dewasa.

"kenapa kau ... merawatku?" entah mengapa Yuna melontarkan pertanyaan itu.

Myungsoo mendongak melihat wajah Yuna.

"karena aku anak laki-laki tertua "

'kenapa aku jadi ingin menangis mendengarnya?' batin Yuna terenyuh.

'dia benar-benar pria yang menawan'

"sudah selesai, jangan banyak berjalan dulu" pinta Myungsoo lembut.

Yuna tak berhenti terpesona.Ia terus menatapi Myungsoo sambil berdebar.

"kau ada makanan kan di kulkas? aku harus pulang sekarang" ujarnya.Sebenarnya tadi sewaktu pergi ke dapur ia juga sempat membuka kulkas dan menjumpai beberapa makanan siap saji.Myungsoo mengenakan jaket hitamnya dan bergegas karena nanti malam ada meeting untuk jadwal konser bulan depan di kantor Woollim.

Yuna hanya mengangguk seolah pasrah dengan apa yang Myungsoo katakan.

Lebih tepatnya, terhipnotis.

"sebaiknya jangan keluar, hari ini salju tebal sekali"

Dan Myungsoo pun melangkah keluar dari apartemen Yuna.Ia merasa lebih segar dan sudah menerima obat dari Yuna.Namun setelah beberapa langkah ia kembali mengetuk pintu.

"kenapa? ada yang ketinggalan?"

Chup~

Myungsoo mencium bibir Yuna sekaligus melumatnya sedikit.Ia menangkup kedua pipi Yuna dan memperdalam ciuman.Selama beberapa detik mereka habiskan untuk saling membasahi bibir satu sama lain.

"maaf, aku lupa morning kiss-nya, sampai jumpa !" ia pun benar-benar pergi meninggalkan Yuna yang masih membatu entah sudah kesekian kalinya.
.
.
.
"dokter, apa kau tahu L oppa akan bermain drama lagi, wahh aku tak sabar melihatnya" ucap gadis yang menderita gagal ginjal pasien Yuna.Gadis empat belas tahun itu sangat bersemangat jika membahas tentang idolanya.

Yuna tersenyum.

"aigoo~ pasti L oppamu itu senang memiliki fans setia sepertimu" ia mengusak rambut cokelat Seonhee.

Seonhee tersenyum lucu dan mengangguk.Tetapi detik berikutnya, ia murung dan kelihatan marah.Yuna pun bingung lalu menanyainya.

"ada apa Seonhee-ya, kenapa kau murung?" ucapnya lembut.

"karena itu peran utama"

"kalau L oppa bermain drama dan mendapatkan peran utama itu tandanya dia pasti mendapatkan adegan ciuman ... aish~ aku jadi sedih sekarang" lanjutnya.

Deg

'kenapa aku gelisah?'

"dokter ... kenapa dokter juga melamun? apa dokter Yuna juga menyukai L oppa??" pekik Seonhee yang terkejut dengan asumsi polosnya.

"apa?? aku menyukai dia? hehe .... " Yuna mengusak pelan surai kemerahan Seonhee lalu pergi karena mendapat telepon dari ruang gawat darurat.

'ah apa benar dokter Yuna itu mengidolakan L oppa? kenapa harus L oppa?? kelihatan sekali dia tadi memikirkannya' gumam Seonhee lucu.
.
.
.
"hah? aku menyukai L oppa?? yang benar saja" celoteh Yuna di depan cermin toilet.Ia tak habis pikir dengan pemikiran Seonhee.Atau karena kebingungannya sendiri.

"Yuna-ah kau bicara dengan bayanganmu?" celetuk salah seorang dokter spesialis ortopedi bernama Jinyoung.

"ahh hehe tidak Jinyoung-ssi, hanya beberapa keraguan ... sih" jawabnya pelan.Ia tiba-tiba mengingat tentang hubungannya dengan Myungsoo.Secara harfiah mereka sudah melakukan banyak hal dari sekedar skinship hingga bercinta.Namun sampai saat ini tidak ada kejelasan bagaimana hubungan mereka seharusnya.

"apa ada masalah?" dokter yang merupakan teman sekelas Yuna kuliah itu tampak cemas.

'ya, seharusnya aku bicara serius padanya dan meminta penjelasan tentang hubungan ini.Ah betapa bodohnya aku'

"Yuna-ssi? apa kau mendengarku?" Jinyoung melambaikan tangannya di depan wajah Yuna.

"ah maafkan aku, aku baik-baik saja" ucapnya refleks.

"ah sepertinya dia benar-benar terkena masalah" gumam Jinyoung yang ditinggal pergi oleh Yuna.
.
.
.
Kling

From. Myungsoo Kim
Kau ada waktu?

Yuna tak sadar jika ponselnya berbunyi karena ada pesan masuk.Ia sibuk melamun mengapa pria bernama Kim Myungsoo itu tak menyatakan perasaannya jika memang menyukai dirinya.Yuna hanya bingung apakah kebaikan Myungsoo dan perhatiannya selama ini hanya demi menebus rasa bersalahnya waktu itu.

Drrrrtttt ddrrrrtttt

"ah kkamjakgiya " pekiknya kaget menyadari ponselnya berdering.

Yuna gugup melihat nama yang terpampang di layar enam inci tersebut.

Myungsoo Kim.

"halo" terdengar suara khas Myungsoo.

"ada apa kau menelepon?" tanya Yuna agak sewot.Ia tahu ini adalah telepon pertamanya dari Myungsoo setelah dua minggu pria tampan itu menginap di apartemennya karena radang tenggorokan.

"kau memikirkanku sepanjang waktu hm?" goda Myungsoo.

"enak saja kau, memangnya kau siapa?" Yuna meremas kertas di meja kerjanya.

"sudah kuduga, ayo kita bertemu ... aku akan menjemputmu di rumah sakit.Dahh"

Tut tut tut

"whoa pria ini benar-benar suka bercanda" gerutunya kesal.

Yuna ingin sekali memaki, memukul, ataupun mencekik leher Myungsoo karena seharusnya ia marah padanya.Namun setiap kali melihat wajah itu ia kehilangan kekuatan dan selalu mengangguk dengan ucapan Myungsoo.

"apa sebenarnya aku ini sudah menyerah padanya?" gumamnya heran.

Satu jam kemudian.

Yuna sudah selesai mengurus rekam medis pasiennya dan hendak pergi ke kamar mandi untuk sekedar keramas.Rambut panjangnya sudah kusut karena melakukan dua operasi di pagi hari dan sore hari.Ia berjalan lemas menuju ruang istirahatnya mengambil baju ganti dan handuk.Terkadang Yuna tak habis pikir mengapa dirinya memilih profesi dokter.Hal itu sebenarnya berbanding terbalik dengan gaya berpikirnya yang terlalu polos dan mudah dipengaruhi.Dan terbukti sudah beberapa kali ia termakan omongan rekan dokter yang menakutinya di setiap lorong menuju kamar mandi di lantai empat sering terdengar suara orang menyeret kaki.Yuna melirik jam bundar besar di perpotongan lorong menuju kamar mandi wanita.

Diam-diam ia waspada dengan isu konyol itu.

"ahh cham~ kenapa aku jadi bersikap konyol begini?" gumamnya sambil meletakkan handuk lalu segera mandi.

Srak Srak Srak

Yuna menyipitkan matanya untuk mendengar suara itu.

'tidak mungkin isu itu nyata' batinnya tak tenang.

"seharusnya aku mandi di lantai satu saja tadi" gerutunya cemas.

Srek Srek Srek

Yuna mendengarnya semakin jelas dan seolah suara orang menyeret kaki itu mendekati kamar mandi.Ia bergegas membilas rambutnya dan mengenakan pakaian.

"apa ada pasien yang ingin ke kamar mandi?" tebaknya.

Tok tok tok

Yuna terperanjat karena pintu kamar mandi di depannya diketuk seseorang.Kemudian ia memberanikan diri untuk meraih gagang pintu.

'kumohon, semoga hanya pasien' 

"SIAPA KAU/Yunaaa ..... arggh"

BUGH

BRAKKK

Glutuk
.
.
"Kenapa kau pergi ke kamar mandi untuk mencariku? kupikir tadi ... kau itu"

"kau masih percaya hantu?? yang benar saja dokter .. Yuna" gerutu Myungsoo yang sedang meletakkan batu es di pelipisnya karena terjerembab ke lantai berkat Yuna.

'ah leganya kalau itu adalah kau' batinnya senang.

"kenapa kau senyum-senyum?" protes Myungsoo kesal.

Yuna memberikan salep agar tidak luka memar itu tidak berbekas.Ia tahu Myungsoo adalah seorang visual.Menjaga penampilannya itu nomor satu.

"lagipula kenapa kau tidak pulang saja? tadi kulihat jadwal besok kau libur" ucap Myungsoo memecah kecanggungan.

Mendadak berbagai pikiran tentang kejelasan statusnya dengan Myungsoo berputar di kepala Yuna.Sekaligus pikiran bahwa Myungsoo akan mendapatkan adegan ciuman di dalam drama barunya.

"eung~ aku akan mengajukan pertanyaan" Myungsoo menyamankan duduknya di sofa sambil meneguk bir kesukaannya.

"tanyakan saja" Yuna mengatur kosakatanya agar terdengar tidak murahan.

"tentang hubungan kita, aku ingin kau bisa menjelaskan bagaimana hubungan kita"

Deg

Myungsoo tersenyum kecil lalu menatap dalam kedua manik cokelat Yuna.

"aku ingin mengajakmu ke sebuah tempat, untuk menjelaskan semuanya"

Yuna tidak bisa membantah.Ia selalu begini di depan Myungsoo.

"kemana?"

Myungsoo mengusap pelan pipi Yuna.

"Jepang"

Pria itu memantapkan hatinya untuk menyatakan perasaannya di Jepang.Ia ingin tahu sekali lagi bagaimana soal kutukan cinta itu benar-benar terjadi.Myungsoo sudah menyiapkan semuanya setiap kali ia memikirkan Yuna.Jelas bukan karena ia menebus rasa bersalahnya pada gadis berprofesi sebagai dokter itu.Jauh lebih dalam dari itu, Kim Myungsoo tahu seharusnya ia menunjukkannya pada Yuna untuk menghapus semua kesalahpahaman antara mereka.

"ke Jepang? kenapa Jepang?"

'yang benar saja, aku ingin mengajakmu menghabiskan malam romantis di hotel bukan bermalam di rumah sakit yang ada suara kaki diseret' 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

When BTS Member Sick pt.2 Jeon Jungkook

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! GENRE      :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 2.Jeon Jungkook “ maknae , tolong ambilkan air minum dilantai bawah” teriak manajer hyung. Kali ini mereka sedang berkumpul diruang latihan.Semuanya tampak kelelahan dan mandi keringat.Jungkook bergegas menuruni anak tangga dan mengambil botol air mineral permintaaan manajer hyung. “ah berat juga ternyata” gumamnya sambil mengangkat kardus air mineral itu kedalam lift .Jungkook terlalu lelah untuk menaiki tangga dengan membawa beban.

My 4D Doctor pt.1

Main cast    : Kim Taehyung a.k.a V dan Hwang Rimi OC             : BTS member Genre          : Romance/AU/Slight comedy Rate            : T to M Length         : Chaptered Disclaimer   : Saya bukan penulis profesional, jadi mohon maaf apabila ada istilah-istilah yang keliru dalam fanfict ini.Kim Taehyung sepenuhnya milik ibu dan ayahnya/?, saya disini meminjam karakternya saja.Jalan cerita ini bersih dari kata plagiat dsb karena imajinasi datang dari mimpi/? author sendiri. Don’t be silent reader, RnR jusseyoo ! . .    Prologue 10 Tahun Silam “Taehyung-ah !... Taetae-ya !.... cepat kemari, tangan Jimin terluka ! dia berdarah !!” teriak seorang remaja laki-laki 12 tahun di depan sebuah jendela besar kamar milik Taehyung. Anak itu berteriak ketakutan s...

When BTS Member Sick pt.1 Park Jimin

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! Genre         :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 1.Park Jimin (Chimchim) Hari ini,   namja yang dikenal dengan tubuh atletisnya itu masih tertidur diranjangnya yang nyaman.Ia tak menyadari bahwa semua member sudah bersiap untuk berangkat menjalani schedule pagi itu.Dimulai dengan pengambilan gambar disebuah toko brand tas ternama lalu menuju ke luar kota untuk fansigning .Mungkin kegiatan mereka baru akan berakhir nanti malam.Jimin menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan sakit.Mata sipit itu terbelalak ketika melihat jam wekernya sudah menunjukkan angka 8 lebih.Cepat-cepat ia beranjak dari tempat tidurnya, tetapi… BRAKKKK BUGH ...