OC : BTS member
Genre : Romance/AU/Slight comedy
Rate : T to M
Length : Chaptered
Disclaimer :
Saya bukan penulis profesional, jadi mohon maaf apabila ada istilah-istilah yang keliru dalam fanfict ini.Kim Taehyung sepenuhnya milik ibu dan ayahnya/?, saya disini meminjam karakternya saja.Jalan cerita ini bersih dari kata plagiat dsb karena imajinasi datang dari mimpi/? author sendiri.
Don’t be silent reader, RnR jusseyoo !
.
.
Prologue
10 Tahun Silam
“Taehyung-ah !... Taetae-ya !.... cepat kemari, tangan Jimin terluka ! dia berdarah !!” teriak seorang remaja laki-laki 12 tahun di depan sebuah jendela besar kamar milik Taehyung.
Anak itu berteriak ketakutan sambil memegang saputangan berlumuran darah.Disampingnya, seorang anak seusianya sedang merintih kesakitan karena tangannya tersayat pisau.Anak itu kebingungan dan tak tahu harus meminta tolong pada siapa.Taehyung, yang juga dipanggil Taetae oleh anak tadi melongok keluar, rambut karamelnya tersembul dari kaca jendela kamarnya.Ia menggeliat dan terkejut ketika mendapati tangan sahabatnya berdarah.Ia berlari keluar dan membimbing mereka berdua masuk.
“yaa ! Jimin-ah, bagaimana bisa kau terluka seperti ini uh?” Taehyung mengambil sebuah kotak P3K dan mengeluarkan pinset, perban, betadine dan plester.
Jimin-nama anak yang terluka itu- mulai tersedu sambil mengatakan luka ditangannya itu disebabkan kecerobohannya bermain pisau.Wajahnya tampak panik ketika Taehyung menyingkap kaus panjangnya dan siap dengan pinset yang menjepit kapas basah karena cairan antiseptik.
“ahhh pelan-pelan saja Taehyung-ah, ahh appo” rintihnya manja.Jimin memejamkan kedua matanya sambil meremas bantal sofa bermotif kulit macan itu.Ia menangis.
“hei sudahlah, kau ini kan namja, kenapa menangis?” anak yang lain mulai berbicara.
Taehyung tersenyum namun manik cokelat itu masih fokus membersihkan luka Jimin.
“benar kata Hoseok-hyung, kau ini manja seperti anak gadis” sindir Taehyung lalu terkekeh kecil.Jimin melemparkan bantal ditangannya pada Hoseok.
“ah jangan bergerak Jimin-ah” pinta Taehyung serius.
Tangan-tangan ramping itu sungguh terampil merawat luka Jimin.Ia terlihat seperti bermain dengan perban dan plester itu.Dimata Hoseok, Taehyung adalah sahabatnya yang paling cerdas.Ketika mereka terluka karena bermain, Taehyung-lah yang akan merawatnya.
“kau keren sekali Taetae-ya” acungan jempol Hoseok mengakhiri plester yang bersamaan ditekan oleh jari Taehyung.
“nah, selesai, kau harus mengganti perbannya 2 kali sehari jangan lupa minum antibiotik supaya itu tidak infeksi, oke” saran Taehyung merapikan kotak putih bertanda palang merah tersebut.
Jimin mengangguk dan melihat lukanya yang sudah dibalut perban.
Rapi.
“gomawo Taehyung-ah, kau memang keren, apa cita-citamu nanti menjadi seorang dokter?, tapi apa pasienmu tidak lari jika mereka tahu dengan sifat 4D mu itu? Hahaha” ledek Jimin.
Taehyung hanya memasang wajah datarnya yang khas sambil mengembalikan kotak itu ke tempatnya.
“bocah sialan, aku menyesal sudah mengobatimu, memangnya kenapa dengan sifat 4D ku ini? “ nada Taehyung terdengar mengancam.Jimin menatap Hoseok dan mengedikkan bahunnya.
“hahahahahahah, oh yeah, my 4D, my 4D , you don’t have it guys” tawa besar Taehyung meledak sambil diiringi dua ekspresi ‘blank’ didepannya.
Mulut Hoseok melongo.Sedangkan Jimin menatap perban di tangannya lalu menatap sosok Taehyung sedang menari gaya bebas berteriak dia adalah 4D.Dan dia tampak sangat bahagia dengan kenyataan itu.
Hoseok menggeleng.
Ia paham jika sahabatnya itu memang aneh.Namun tetap saja ini mengejutkan karena sifat Taehyung yang tak mudah ditebak.
“dasar jenius sialan !” gumam Jimin sambil –masih- melihat Taehyung yang mencuci tangannya di wastafel sambil bermain gelembung sabun.
“kau benar” sahut Hoseok.
Prologue end
Remaja bernama Taehyung itu kini mulai tumbuh sebagai seorang mahasiswa fakultas kedokteran.Universitas tempat ia kuliah adalah universitas ternama di Korea Selatan.Ia mendaftar disana karena dorongan dari kedua sahabatnya, Hoseok dan Jimin.Serta kemauan kuat dirinya untuk menjadi seorang dokter.
Hari itu Kim Taehyung – nama lengkapnya- akan mengunjungi sebuah rumah sakit milik universitas untuk tugas pertamanya, mendiagnosa penyakit pasien.Rambut yang kali ini dicat warna cokelat keemasan itu tersibak mengayun karena Taehyung sedang berlari menyusuri lorong rumah sakit.Ia agak terlambat.
KRIET
Taehyung membuka pintu ruangan seorang dokter bernama Lee Hyun Min tersebut perlahan.
Dilihatnya beberapa mahasiswa lain sudah berkumpul mengenakan jas alamamater mereka.Taehyung menelan ludahnya, ia gugup.
“Kim Taehyung-ssi, kenapa kau terlambat?” tanya dokter wanita itu dingin.
Taehyung melirik teman-temannya dan tersenyum kecut.
“chweosonghamnida sonsaengnim, tadi diperjalanan aku menolong seorang anak yang terluka karena jatuh, jadi aku agak terlambat”nafasnya masih terengah.
Teman-teman Taehyung mengamatinya dengan tatapan tak percaya ketika mereka mendapati lengan jas yang dikenakan Taehyung terkena darah.Disamping itu mereka juga merasa sedikit dirugikan karena keterlambatan Taehyung, ini adalah tugas pertama mereka dirumah sakit.Setidaknya datang tepat waktu adalah kesan yang baik.
“chweosonghamnida, sonsaengnim” ia membungkuk untuk meminta maaf.
“bersihkan bajumu dan cepat berkumpul di ruang analisa” perintah sang dokter tegas.
Taehyung mengangguk lemas, lututnya lelah karena ia harus berlari sejauh 1 kilometer menuju rumah sakit tadi.
“aku mengerti sonsaengnim” ia merasakan tepukan pelan dipunggungnya, rupanya dokter Lee Hyun Min memberikan apresiasinya terhadap Taehyung.
“kerja bagus Taehyung-ah” ucap beliau lalu menutup pintu ruangan.
.
.
.
Jam makan siang tiba.Ketiga teman-teman magang Taehyung tampak lelah sekaligus gelisah karena tugas pertama tadi.Seokjin, Namjoon dan Yoongi mengeluhkan tentang penyakit pasien yang langka dan mereka tampak sangat serius membahas bagaimana cara penyembuhan yang harus dilakukan.Kegiatan –diskusi penyakit langka- itu mengundang decak Taehyung.Ia gemas melihat teman-temannya yang di akhir pembicaraan, memiliki banyak asumsi tidak perlu.
“yaa, yaa, kenapa kalian bertingkah seolah kalian yang menemukan obatnya?” Taehyung mengunyah makanannya.
Seokjin yang merasa tersindir itu hanya berdecih pelan lalu menyeruput kopinya.
“kurasa Taehyung benar, kenapa kita terlalu jauh memikirkannya?,” ucap namja tinggi bernama Namjoon itu.
“kalian hanya perlu mengurangi kebiasaan berimajinasi tinggi tentang penyakit pasien, mereka akan tersinggung jika mendengar seorang dokter membuat lelucon tentang penyakitnya.Bersikaplah yang logis dan mendiagnosalah yang baik” kali ini Yoongi mengakui sisi mengagumkan dari seorang Taehyung.
Ia mengamati tingkah teman sekelasnya itu sangat menikmati makan siangnya.Sedangkan Seokjin hanya mengaduk sup ayam itu sambil menahan rasa mual akibat kegiatan tadi.Nafsu makannya hilang karena setelah memeriksa kondisi pasien yang cukup parah dengan kulitnya yang bersisik dan berdarah beberapa jam yang lalu.
Taehyung memasukkan sosis panggang ke mulutnya dan mengunyahnya sambil tersenyum idiot.
“mentalmu memang kuat Taehyung-ah,” ucap Seokjin yang berlalu meninggalkan kafetaria rumah sakit.
Namjoon dan Yoongi masih –ingin- melihat Taehyung yang menurut mereka sangat menarik karena sifatnya itu.
“apa kau baik-baik saja ?” gumam Namjoon lirih.
Namja bernama Taehyung itu meringis memamerkan giginya yang rapi.
“seperti yang kau lihat” ucapnya lalu membersihkan sudut bibirnya dengan tisu.
.
.
.
4 tahun kemudian.
“Taehyung-ah, oemma merindukanmu, pulanglah” ucap seorang wanita paruh baya sambil menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
“ahh anak ini, Jungkook-ie, sudah tiga hari ini ia demam, adikmu itu tidak mau dibawa ke dokter, jadi segeralah pulang” pinta ibu Taehyung khawatir.
Di depan beliau seorang remaja berusia 16 tahun itu sedang mendesis karena suhu tubuhnya meninggi.Jungkook adalah adik Taehyung, namun ia bukan adik kandungnya.Jeon Jungkook merupakan anak kedua dari ibunya yang dilahirkan setelah beliau menikah lagi, sepeninggal ayah kandung Taehyung karena kecelakaan.Jadi, Jungkook adalah adik tirinya.Namun dibalik kenyataan itu, Taehyung sangat menyayangi Jungkook seolah tak ada kata ‘tiri’ dalam persepsinya.
“Kookie-ya, kau harus mau minum obat, kalau tidak Taehyung hyung akan membawamu ke rumah sakit, kau ingat, dia sudah menjadi seorang dokter sekarang” bujuk sang ibu.Jungkook berteriak tidak ingin bertemu hyungnya, bukan ia tak menyayangi Taehyung, akan tetapi lebih mengarah karena ketakutannya pada seorang dokter dan rumah sakit.
“aku benci Taehyung hyung menjadi dokter, aku tidak suka !” teriaknya lagi.Membuat wanita berparas lembut itu semakin gelisah.
“ayolah sayang, kalau kau begini terus, kau bisa semakin sakit” bujuk beliau sambil mengusap punggung berkeringat Jungkook.Demam yang ia derita membuat tubuhnya sedemikian panas dan berkeringat dingin.
Sore harinya, Taehyung menyetir mobilnya dan memarkir di halaman rumahnya yang cukup luas.Ia sangat merindukan rumahnya.Rumah yang hangat dan selalu menguarkan aroma masakan ibunya itu membuat perutnya keroncongan.
Brak
Ia menutup pintu mobilnya dan mengeluarkan tas ransel, beberapa buah di dalam keranjang, donat kesukaan Jungkook serta tak lupa ia membawakan ibunya vitamin.
Sosok itu tersenyum lalu membetulkan letak kacamatanya.Taehyung hanya sedang mengikuti trend untuk memakai kacamata bulat berbingkai lebar itu.Namun terkadang ia juga memakainya ketika di rumah sakit.Tapi itu sama sekali tidak berhubungan dengan kondisi matanya yang sehat.
“aku pulang oemma !, Jungkook-ah !!” teriaknya semangat.Segera setelah ia berteriak, sosok ibu yang berwajah sendu itu memeluk putra tertuanya dan mencium kedua pipinya.
“ah oemma, apakah kau begitu menyukaiku hm ?” goda Taehyung,
“bagaimana bisa ibu menolak pesonamu itu, anakku” Taehyung terkekeh saat ibunya mencubit hidung bangirnya.
“bagaimana kondisi Jungkook-ie?” tanyanya seraya menaruh jaket tebalnya dan ransel serta barang bawaannya yang lumayan banyak itu di meja ruang tengah.
Ia melihat pintu kamar adiknya tertutup rapat.
“demamnya belum turun juga, aku sudah membujuknya untuk minum obat tapi ia malah berteriak padaku, “ ucap ibu Taehyung menyodorkan cokelat panas favorit putranya itu.
“biar kulihat dulu, eomma tidak usah khawatir” Ibu Taehyung terharu melihat putranya yang kini sudah berubah menjadi sosok dewasa, seorang dokter yang tak lama lagi ia akan lulus dari studi spesialisnya bulan ini.
“ibu bangga padamu Taetae-ya” pelukan hangat antara seorang ibu pada anaknya terlihat begitu meneduhkan.
.
Kriett
Pintu berwarna biru itu berderit pelan.Taehyung melihat sosok jangkung itu menggulungkan badannya didalam selimut.Ia tersenyum, ia juga merindukan adiknya yang manja dan tampan itu.
“hei, Kookie-ya, apa kau tidur?” sapa Taehyung lirih.Sebetulnya ia mengetahui Jungkook tidak sedang tidur, ia melihat kaki panjang itu bergerak seperti sedang gelisah.
“apakah kau tidak merindukan aku?” ucapnya sambil menghampiri meja belajar Jungkook.Terdapat banyak foto dirinya bersama Jungkook.Foto-foto itu membuatnya tersenyum.Ah, Taehyung menyunggingkan senyumnya yang lucu.
“tidak !” jawab Jungkook dari balik selimut.
Taehyung terkekeh.Ia menyingkap selimut tebal itu dan menatap wajah pucat Jungkook yang sedang menahan sakit.
“kenapa hyung pulang, apa di rumah sakit membosankan?” tanya Jungkook ketus.
Taehyung meringis, deretan gigi rapi itu membuat Jungkook berdecih.
“ani, di rumah sakit itu sangat menyenangkan, jadi, hyung pulang karena merindukan oemma dan juga kau” usapan lembut Taehyung menenangkan Jungkook.
“dimana yang sakit um?” tanya Taehyung yang kini kemejanya sudah digulung.Tampak seperti akan melakukan sesuatu.
Jungkook mengatakan ia tak mau diobati oleh hyungnya itu.Ia meragukan profesi dokter yang Taehyung sandang, karena Jungkook membayangkan sifat 4D Taehyung.
Taehyung menarik lengan Jungkook dan memeriksa denyut nadi adiknya.Ia melihat jam tangan yang sedang ia pakai untuk memastikan seberapa kecepatan denyut nadi Jungkook.
“sejak kapan kau demam Jungkook-ah?” tanya Taehyung yang sedikit khawatir karena dari hasil analisa sementaranya, adiknya itu menderita gejala tifus.
“sudah 3 hari ini, perutku sangat sakit, hyung” akhirnya Jungkook mau mengutarakan apa yang ia rasakan.Taehyung pun menyeka keringat dingin di leher Jungkook dengan lembut.
Taehyung membuka kaus putih panjang adiknya dan mulai menekan-nekan perut Jungkook, dan ketika dua jari Taehyung menekan diantara diafragma Jungkook, ia merintih kesakitan.
“ah appo hyung !” rengeknya manja.
“kenapa kau tidak mendengarkan ibu, huh?” ucapnya dengan nada yang masih lembut.
Taehyung ingat bagaimana etika menjadi seorang dokter.Ia tidak mungkin memaki pasiennya.Walaupun ia sangat ingin.
Dan saat ini Jungkook adalah pasiennya.
Tuk
Bunyi pengait tas Taehyung mengagetkan Jungkook.Kedua matanya membulat ketika melihat berbagai perlengkapan alat kedokteran itu berada dalam tas Taehyung.
“hyung mau apa?” tanyanya takut.Wajah pucat itu menjadi panik melihat Taehyung mengeluarkan tensimeter dan stetoskopnya.
“aniya, hyung ingin memeriksa kondisimu, sayangku Jungkook-ie” godanya sambil mencium pucuk kepala adik tersayangnya itu.Jungkook merasa agak mual melihat sikap hyungnya yang aneh.
Ia memasangkan menset tensimeter di lengan atas Jungkook dan mulai menekan bulb pemompanya.Saat ia mengamati sistolik dan diastolik tekanan darah Jungkook, diam-diam adiknya itu menatapnya tertegun.
“100 per 80, tekanan darahmu rendah Jungkook-ah” ucapnya sembari menempelkan alat bernama stetoskop itu ke dada Jungkook.Wajah serius Taehyung membuat Jungkook kagum.Ia tak pernah menjumpai wajah setenang itu selama ini.Dan itu sangat keren.
“apakah Jungkook baik-baik saja Taehyung-ah?” sahut sang ibu yang barusaja masuk ke kamar serba biru itu.
“Jungkook terkena gejala tifus dan dia harus segera diinfus, karena ia banyak kehilangan cairan” ucap
Taehyung yang mengundang kepanikan pada Jungkook.
“ahh benar, mungkin Jungkook banyak kehilangan cairan karena selama 3 hari ini ia masuk keluar kamar mandi” sang ibu mengiyakan ucapan anaknya.
“ya itu salah satu penyebabnya oemma, jadi, bisakah oemma membantuku sekarang?” ucapnya lirih, ia mengisyaratkan pada ibunya untuk membantunya memegangi Jungkook.Ya tubuh Jungkook yang jangkung itu lebih besar daripada tubuh Taehyung dan mungkin akan membuatnya kewalahan.Dan Taehyung sangat tahu Jungkook agak takut jika berhubungan dengan alat kedokteran semacam jarum suntik itu.
“apa yang kalian bicarakan ?!” teriak Jungkook kesal.
Taehyung hanya tersenyum kecil lalu mengeluarkan kotak stainless steel itu dan trans set dari dalam tasnya.Jungkook menelan ludahnya yang pahit.
Lalu namja bersurai cokelat keemasan itu menggunakan sarung tangan dan beberapa alat lain dan mengikat lengan bagian atas Jungkook dengan sebuah torniker.Jungkook menghindar dan merapat ke dinding.
“ya, Jungkook-ah, ini tidak akan sakit, hyung akan mengobatimu” ucap Taehyung yang mulai sedikit kesal.
“percayalah pada Taehyung hyung, ibu ada disini Kookie-ya” bujuk sang ibu lembut dan meminta Jungkook menuruti apa kata Taehyung.
“hyuungg,” rengeknya manja.Taehyung menidurkan Jungkook dan memasukkan cairan Ciprofloxacin ke dalam spuit 3cc nya.Ia mengetes jarum suntik itu dengan menekan sedikit keluar cairan di dalamnya dan mengambil sebuah kapas beralkohol.
“oemma, tolong turunkan sedikit celana Jungkook” ucapnya lembut.
“aku akan bersikap baik hyung, jeball !!”ia meronta ketika sang ibu menurunkan sedikit celana pendeknya dan setengah kebawah pinggulnya terlihat.Taehyung meraba sedikit untuk memastikan ia akan menyuntik.Sepertiga bagian atas pantat adalah tempat untuk injeksi intra muscular.
“jangan banyak bergerak” pinta Taehyung fokus.Ia mengusapkan kapas dingin itu dengan gerakan memutar di pinggul Jungkook.
“haaa andwaeyeo hyuuung !!” teriak Jungkook histeris.
“satu.. dua.. tiga” jarum suntik itu berhasil menembus kulit Jungkook.Taehyung menekan habis cairan di dalamnya dan menarik pelan jarum spuit dari pinggul adiknya.
“sudah, tidak apa-apa Jungkook-ah, tidak sakit kan?” ucapnya sambil membungkus spuit sekali pakai itu itu untuk dibuang.
Jungkook menatap Taehyung sebal.Ia meringis sambil sedikit menggosok matanya.Ia menangis.
“apa kau puas?” ucap Jungkook sebal.Taehyung tertawa karena tingkah adiknya itu menurutnya sangat lucu.
“hari ini Jungkook sangat hebat, “ hibur sang ibu.
“sebentar Jungkook-ah, berbaringlah dulu” pinta Taehyung.Ia meletakkan sebuah alas kecil dibawah lengan Jungkook dan mengambil sebuah spuit lagi.
“apa itu hyung ?” ucap Jungkook takut.
“ini namanya trans set, alat ini nantinya akan membantu menyalurkan cairan infus ke tubuhmu, jadi kau akan merasa segar kembali” terangnya lembut.Jungkook kembali menelan ludahnya.
“kepalkan tanganmu” pintanya
Taehyung tetap tersenyum memandang wajah adiknya.
“hyung akan menusukkan jarum infusnya, kau siap, gigit saja bantalmu ne?” Jungkook mengangguk ragu.Ia tampak meneteskan airmatanya.
“ibu akan memelukmu sayang” Jungkook memejamkan matanya.
Crep
“aahhh aahh aackk ….Hyuuungggggggg !!!” Jungkook kembali berteriak keras.Ia meremas punggung ibunya.
Jarum itu berhasil menancap di pembuluh vena Jungkook.Taehyung memasang sambungan selang infusnya dan melakukan fiksasi dengan cekatan.Kemudian membersihkan bekas darah yang sedikit keluar karena suntikan tadi.Ia mengelus lembut surai hitam adiknya.
“sakitkah?” tanyanya sambil duduk ditepi ranjang Jungkook sekembalinya merapikan peralatannya dan mencuci tangan.Ia mengecek jumlah tetesan cairan infus Jungkook.
“apa kau puas sudah membuatku sakit?” Jungkook masih sedikit terisak.
“aniya, hyung tidak bermaksud membuatmu sakit, justru sebaliknya hyung ingin kau cepat sembuh, makanya aku memberikanmu perawatan.” ujarnya sambil memamerkan giginya.Jungkook merasa hangat.
Chup
Bibir Taehyung mengecup kening adiknya penuh sayang.Ia sedikit merasa bersalah karena melihat Jungkook menangis.
“istirahatlah, kalau kau merasakan sakit, panggil hyung oke?” pintanya lalu menutup kamar Jungkook.
“arrasseo” jawabnya lemas.Ia merasa mengantuk sekarang.
.
.
Pagi harinya, Taehyung berencana untuk mengunjungi rumah kedua sahabatnya, Hoseok dan Jimin.Mereka sudah beberapa bulan tidak berjumpa.Sejak Taehyung mulai sibuk menjadi dokter dan studi spesialisnya, Hoseok dan Jimin tidak dapat leluasa menemuinya.Hanya sekali-kali mereka menyempatkan berkunjung ke rumah sakit untuk sekedar menyapa Taehyung.
Perlahan Taehyung memandangi foto-foto lama miliknya ketika masih sekolah dulu di ponselnya.Salah satu foto bersama Jimin itu diambil ketika ia lulus kuliah dengan nilai IPK tertinggi.Tampak wajah bahagia Taehyung sambil memegang buket bunga penghargaan, Jimin mengatakan ia sangat bangga pada sahabatnya itu.Dan foto yang lain diambil ketika ia sedang bersama Hoseok berkumpul.
“ahh udaranya segar sekali” ucap Taehyung meregangkan otot-otot tangannya yang agak kaku.
“hyung mau kemana?” kalimat Jungkook rupanya membuat Taehyung agak kaget.
“ahh aku akan mengunjungi Hoseok dan Jimin, kenapa?” Jungkook yang berjalan perlahan sambil memegang tiang infusan itu meringis.
“pelan-pelan” pinta Taehyung membantu adiknya duduk di teras rumah.
“sepertinya obat yang hyung berikan padaku sangat bagus, aku sudah tidak merasakan sakit lagi” ucapnya lalu tertawa kecil.Taehyung mengelus rambut Jungkook gemas.
“kau harus menjaga pola makanmu, jangan membeli makanan yang tidak higienis” saran Taehyung.Jungkook mengangguk mengerti.
“oh ya, hyung, aku dengar beberapa hari yang lalu, Hoseok hyung bersama kekasihnya, tapi ketika aku pulang sekolah mereka sedang bertengkar hebat di halaman rumah Hoseok hyung, aku mendengar mereka mengatakan tentang bayi, entahlah” Taehyung mendelik mendengar penjelasan Jungkook yang polos.
“yang benar?” Jungkook menangguk yakin.Dan ia juga mengatakan para tetangga sudah banyak membicarakannya.
“ahh kasihan sekali Hoseok hyung, aku akan segera kembali Jungkook-ah, masuklah diluar dingin !” ujarnya lalu pergi meninggalkan rumah.
Jungkook melambaikan tangannya.
.
.
“hyung, miahaeyeo, aku kemarin mengunjungi rumahmu, tapi disana sepi sekali, ahjumma bilang kau sedang ada urusan jadi aku pulang,” ucap Taehyung pada Hoseok melalui ponselnya.
“apa kau baik-baik saja?, kudengar dari Jungkook kalau hyung sedang ada masalah berat?” tangan ramping itu memainkan sendok kecil pengaduk kopinya.
“ahh ya aku mengerti, semoga semuanya cepat selesai dan jangan lupa temui aku di rumah sakit ya?” ucap Taehyung lalu menutup pembicaraan singkat mereka.Ia menghela nafas dalam.
“aku merasa buruk” gumamnya.
“Kim sonsaengnim !,” panggil seseorang.Taehyung menoleh kebelakang.
“apa kau memanggilku?” tanyanya ramah pada seorang gadis yang 6 tahun lebih muda darinya.
“ne, mengapa kau duduk disana sendirian?’ ucap gadis itu sambil melangkah perlahan karena cedera di kakinya belum sembuh.
“hati-hati” Taehyung membantunya berjalan.
“tidak ada apa-apa, apa kakimu sudah baik?” tanyanya sambil melihat kondisi kaki gadis yang rambutnya sedang dikuncir itu.Ia menatap Taehyung dalam-dalam.
“ada apa ?”tanyanya untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
“ah maaf ssaem, aku hanya kagum padamu” gadis itu terkekeh.
Taehyung tersenyum kecil.Didepan pasiennya, ia tak pernah membuat wajah marah atau mengeluarkan kata-kata yang kasar.Ia sudah bersumpah sebagai seorang dokter ia harus lembut pada pasiennya.
“aku dengar dari perawat Park kalau ssaem belum punya kekasih, apa itu benar?” Taehyung yang sudah hapal dengan kondisi seperti itu hanya tertawa.Hyorin bukanlah pasien pertama yang menanyakan hal itu.
“apa kau berubah menjadi seorang wartawan, Hyorin-ah?” Hyorin tertawa keras dan tak sengaja memeluk Taehyung.
“ah maafkan aku ssaem, maaf, aku tidak sengaja” ucapnya panik.Ia melihat beberapa perawat yang memang mengidolakan sosok Taehyung itu berdecak kesal dari meja panjang resepsionis.
“Kim Sonsaeng, ada telepon untuk anda !” panggil salah seorang perawat berwajah manis itu.Ia melempar seringai pada Hyorin.
“ah sebentar ya, aku ada telepon” Taehyung bergegas menerima telepon itu dan meninggalkan Hyorin yang masih kesal.
Di rumah sakit itu hampir semua pegawainya mengenal sosok Taehyung.Dia adalah sosok dokter yang ramah dan lembut pada pasiennya.Disamping itu wajahnya yang masih sangat cute itu membuat orang-orang tak percaya jika Taehyung adalah seorang dokter andalan rumah sakit ternama itu.Jika ia berangkat ke rumah sakit, maka semua perawat akan bersiap untuk menyambutnya dengan dandanan yang super rapi dan harum.Ketelatenannya dalam merawat pasien juga menjadi hal utama.Kesigapannya ketika ia ditempatkan dalam tim medis di instalasi darurat juga mengundang decak kagum para seniornya.Lebih dari itu, tak lama lagi ia juga akan lulus dari studi spesialisnya.Itu berkat otak jenius yang dimiliki Taehyung.
“ah my 4D doctor !” puji seorang perawat dengan tubuh sedikit gemuk itu.Taehyung memamerkan giginya dan membuat mereka akan pingsan.
“hyaa Kim sonsaeng benar-benar membunuhku” bisik salah seorang perawat.
Taehyung mendengarnya.Ia melempar senyum manis dan meletakkan kembali gagang telepon.
“apa aku harus melakukannya?” ucapnya santai sambil mengecek rekam medis pasien.
Keempat perawat itu membeku mendengar kalimat Taehyung.
“aniyeo sonsaengnim, ahh melihatmu saja sudah cukup” sahut seorang perawat bernama Jung Hee Sun itu seraya memberikan map berwarna biru muda itu pada Taehyung.
“perhatikan saja dokumenmu, kau tidak melihat wajahmu sudah mirip kepiting rebus?” perawat Heesun terhuyung karena ucapan Taehyung yang memang sedikit frontal.Mereka sangat beruntung dapat berbicara santai dengan dokter muda itu.
“terima kasih” tambah Taehyung yang kemudian berlalu untuk pergi ke ruangan pasiennya.Mereka masih mengagumi sosok itu dari jauh.
“whoa tatapan matanya benar-benar ahh” para perawat itu melanjutkan untuk memuji sosok Taehyung.
“kau benar, wajahnya sangat imut”
.
.
.
Hari itu Jungkook sudah kembali sekolah.Raut wajahnya yang bersinar menunjukkan kondisinya sudah sehat.Ia juga menghabiskan sarapannnya dengan lahap.
“jangan lupa apa kata hyung, Kookie-ya !” teriak sang ibu saat Jungkook berlari untuk mengayuh sepedanya.
Jungkook mengacungkan ibu jarinya keatas sambil menoleh sekilas pada Ibunya.Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia melihat putra keduanya sudah sehat.
“permisi ahjumma, apa benar ini rumah Kim Taehyung sonsaengnim?” tanya seorang gadis pada Ibu Taehyung.
“ah benar sekali, apa ada yang bisa kubantu, agasshi?” ibu Taehyung tersenyum.Ia begitu ramah pada siapapun.Dan sifat itu jelas menurun pada putra tertuanya, Kim Taehyung.
“ah syukurlah, perkenalkan nama saya Hwang Ri Mi, saya tinggal tak jauh dari sini, dan saya sedang mencari Kim Sonsaeng untuk program magang saya di rumah sakit” jelas Rimi.Ibu Taehyung tampak senang melihat sosok Rimi dengan dandanannya yang anggun.
“terima kasih ahjumma, maaf merepotkan” ujar Rimi tersipu saat wanita berwajah sendu itu menyodorkan secangkir teh.
“jadi begini ahjumma, apa boleh aku memanggilmu begitu?” Rimi tertawa kecil.Memperlihatkan lesung pipitnya yang manis.
“tentu saja boleh, katakanlah” ucap nyonya Lee itu ramah.
“kamsahamnida, hm saya barusaja selesai dengan kuliah saya di jurusan keperawatan, saya dengar Kim Sonsaeng bekerja di rumah sakit Samsung Medical Center jadi saya ingin bertemu dengan beliau untuk membicarakan ini” Rimi menjelaskan dengan sopan dan nada yang lembut.
“kalau begitu kau harus bertemu dengannya di rumah sakit, kebetulan hari ini Taehyung-ie sedang bertugas” saran nyonya Lee ramah.
Rimi berpamitan dan langsung bergegas menuju rumah sakit ternama itu.
.
.
“ada pasien seorang wanita berusia 27 tahun yang mengalami luka di bagian belakang pahanya, luka itu disebabkan goresan benda tajam” ucap seorang perawat pada Taehyung.
Taehyung yang mendengar penjelasan itu segera berlari menuju ruang gawat darurat untuk memberikan tindakan medis.
“perawat Sung bagaimana diagnosanya?” tanya Taehyung cepat.
Setelah mengetahui penyebab luka wanita itu, ia memakai sarung tangan karet sterilnya dan memakai masker agar terhindar dari bakteri.
“nona, apakah anda masih sadar?” wanita muda yang mengenakan rok pendek itu mengangguk sambil terus merintih kesakitan.Dengan sigap Taehyung mengambil cairan antiseptik dan membersihkan luka itu dengan hati-hati.Wanita itu sempat berteriak karena rasa perih yang timbul.Taehyung menenangkan sang pasien agar tetap bernafas dalam-dalam.
“nona, anda pasti seorang pebisnis, benarkan?” Taehyung selalu santai dan mengajak pasiennya untuk berbicara.Itu ia lakukan agar perhatian pasien teralihkan sementara kedua tangannya sibuk mengobati luka cukup lebar itu.
“akh, pelan-pelan dokter, ah iya, aku melakukan bisnis fashion” jawab wanita yang sedang dalam posisi tengkurap itu karena lukanya yang berada dibagian belakang paha.Taehyung sedikit canggung ketika ia harus sedikit menyingkap rok pendek itu keatas agar memudahkan menjahit luka pasien.
Taehyung menutupi area paha pasien itu kecuali bagian yang terluka dengan kain hijau yang berlubang.
“lakukanlah dokter, ahh ini sakit sekali” rintih wanita berambut pendek itu sambil meremas pinggiran ranjang.
Taehyung menyiapkan catgut beserta jarum hecting untuk menjahit luka.Ia membersihkan pinggiran luka dari darah yang keluar dan menyiapkan tuberculin syringe sekali pakai sebanyak 3 buah untuk anestesi lokal.
“aku akan mulai menjahit lukanya, nona silakan ambil nafas dalam-dalam” wanita muda itu tampak takut tapi ia terus mengatakan agar Taehyung menjahitnya dengan baik.
“satu..dua..tiga” ucap Taehyung menghitung.Tujuannya adalah agar pasien tidak shock dengan tindakan yang ia lakukan.
“akhhh” wanita itu meringis ketika ia merasakan beberapa suntikan anestesi lokal dilakukan Taehyung menembus kulitnya.
Jemari ramping itu mulai menjahit luka pasien dengan teliti.Ia juga masih mengajak pasien itu mengobrol dan membuat para perawat kagum dengan sikap dokter muda itu.
“nah, sudah selesai, anda tidak diijinkan untuk berjalan terlalu banyak dan juga nona harus menghabiskan obatnya supaya luka anda cepat kering” Taehyung membantu pasiennya untuk tidur lebih nyaman.
“apa benar anda yang mengobati luka saya tadi?, apa anda dokter yang masih magang?” ucap sang pasien ketika memandang wajah Taehyung yang memang sangat cute tersebut.Ia mengira Taehyung adalah dokter yang masih magang.Jadi ia tampak sedikit khawatir.
“Ung, ah aniyeo, saya sudah menyelesaikannya 4 tahun yang lalu” senyum khas Taehyung membuat pasien itu tertegun.
“jadi, apa benar anda seorang dokter? Spesialis?” tanya pasien itu penasaran.
“Kim Taehyung-imnida, saya salah satu dokter bedah di rumah sakit ini, semoga anda cepat sembuh” ucap Taehyung lalu memberi hormat.
Wanita muda itu menelan ludahnya karena ucapan Taehyung.
Ia terpesona.
“wah, benar-benar dokter yang tampan” gumamnya .
Perawat Heesun mengiyakannya dan memberikan beberapa dokumen administrasi untuk ditandatangani pasien.
.
.
.
Taehyung memarkir mobil di depan apartemen miliknya.Wajahnya sangat lelah dan ia menghela nafas dalam.
Ini sudah hampir tengah malam.Dan ia baru saja pulang dari rumah sakit.
“ahh capeknya” gumamnya sambil menyamankan posisinya di sofa empuk miliknya.Sambil mendengarkan lagu favoritnya, ia mulai tertidur.
“siapa?” tanyanya lesu.
“aku hyung, Jungkook, cepat bukakan pintunya” teriak Jungkook tak sabar.Adik laki-lakinya itu tengah bersama seorang wanita yang sudah hamil tua.
“ada apa ini? ,ya, Jungkook-ah?”mata yang sudah mengantuk itu menjadi kembali sadar dengan apa yang ia lihat.Seorang wanita yang sedang memegangi perutnya itu mengerang dan peluh menetes dari pelipisnya, disampingnya , Jungkook sang adik, sedang merangkul wanita itu dan membantunya berjalan.
“hyung tolong, dia adalah kekasih Hoseok hyung yang kuceritakan beberapa minggu lalu padamu, aku bertemu dengannya di tengah jalan dan tanpa pikir panjang aku malah membawanya kemari” ungkap Jungkook sambil membantu wanita itu duduk.
Taehyung menatap wajah wanita yang saat ini sedang mengeluhkan rasa mulas di perutnya.Sebenarnya wajah itu terasa familiar di mata Taehyung.Ia adalah teman SMA nya dulu.
Cheon Minah.
“Cheon Min ..Ah?, apa itu kau?” tanyanya terkejut saat sudah menyadari wanita hamil itu memang orang yang ia maksud.
“ah ya, aduh, kau benar Taehyung-ah, ah maksudku dokter, tolong aku merasa ingin melahirkan, aaakhhh” teriakan panjang wanita bernama Minah itu membuat Jungkook bergidik ngeri.Ia takut melihat darah dan mendengar orang kesakitan.
“Jungkook-ah tolong bantu Minah-ssi ke ruangan hyung” titah Taehyung yang mau tak mau ia harus menyingkirkan rasa lelahnya demi Minah.
“ketubannya sudah pecah, dimana Hoseok hyung?” tanyanya sambil membimbing Minah untuk duduk di ranjang periksa miliknya.
“aku tidak tahu, ahh aku tadi kerumahnya tapi disana tak ada orang jadi aku pergi mencarimu dan bertemu Jungkook” Minah mulai berkeringat banyak dan memegang bagian bawah perutnya yang terasa sakit.
Taehyung dengan sigap menyiapkan peralatan yang ia miliki untuk menolong Minah melahirkan.Ia juga menyuruh Jungkook untuk menelepon rekan sesama dokter yang spesialis kandungan.
“Taehyung-ah, tolong selamatkan anak ini” pinta Minah yang tampak putus asa.
Taehyung menggeleng dan meyakinkan Minah untuk tetap berjuang dan merawat anaknya.
“hyung ! Oh Sonsaeng dalam perjalanan kemari !” teriak Jungkook dari balik pintu ruang periksa Taehyung.Ia tak ingin masuk kesana.
“Jungkook-ah, ambilkan hyung wadah steril di lemari obat dan bawa kemari, cepat” Jungkook ingin menolak, tapi ia tak tega melihat hyung satu-satunya itu sedang berjuang menyelamatkan kelahiran anak Minah.
“a..arrasseo hyung !”
15 menit kemudian pintu apartemen diketuk seseorang.Jungkook berlari untuk membukakannya.Rupanya Oh sonsaeng sudah datang membawa tas peralatan medisnya.Jungkook bergidik sekali lagi.
“dimana pasiennya, Jungkook-ie?” tanya dokter bernama lengkap Oh Sehun itu pada Jungkook.
Jungkook menunjukkan kamar periksa milik hyungnya dan menyuruh dokter Oh masuk.
“bagaimana kondisinya dokter Kim?” dokter tampan itu mengatakan kondisi Minah cukup baik untuk melahirkan secara normal.
“oke, tapi kita butuh satu orang lagi untuk memegangi kaki pasien,” ucap dokter Oh.
Tanpa pikir panjang, tangan Taehyung menyeret lengan adiknya untuk masuk.
“Jeon Jungkook, hyung mohon bantu hyung sekali saja demi keselamatan Minah, oke, hyung berjanji akan membelikanmu notebook baru “ Taehyung mengusak rambut Jungkook dan menyeretnya masuk.
Jungkook membulatkan kedua matanya saat mendapati Minah yang terlentang dengan kedua kaki mengangkang itu banyak darah cairan ketuban yang keluar dari kemaluannya.Jungkook merasa mengalami penurunan mental sekarang.
“Jungook-ie, kau hanya perlu memegangi kaki pasien agar tidak terlepas, jangan melihat, jika kau tak kuat lihat keluar jendela saja, tapi pastikan tanganmu kuat kau mengerti?” ucap dokter Oh yang diikuti anggukan Taehyung.
‘Tuhannn, ohhh’ batin Jungkook berteriak.
“ambil nafas dalam-dalam Minah-ssi” pinta Taehyung yang sudah selesai menyiapkan air steril dan beberapa perlengkapan bedah miliknya.Termasuk catgut dan jarum.
Minah berusaha tetap bernafas dengan baik.
“ini sudah hampir bukaan 9, jadi sebentar lagi kepala bayi akan mendorong keluar” ucap dokter Oh.Kata-kata itu justru membuat Jungkook yang sedang menopang salah satu kaki Minah itu gemetar.
“lihat keluar jendela saja” saran Taehyung santai.
“satu dua tiga, dorong” Minah mulai mengejan dan terengah, salah satu tangan Taehyung yang bebas mengelap keringat di dahi dan leher Minah.
“kepalanya sudah terlihat, ayo Minah-sii dorong lebih kuat, oke” dokter Oh juga tampak tenang, begitupun Taehyung.Menurut Jungkook ini adalah pengalaman paling tidak bisa dilupakan seumur hidupnya.
“ahhh ngggggg” Minah mengejan kuat dan kepala bayi itu hampir tampak semua, Taehyung melihat jalan lahirnya tidak cukup elastis untuk dilewati bayi.
“episiotomi median” ucap dokter Oh memberikan isyarat.
Taehyung mengangguk dan menyerahkan kaki Minah pada Jungkook.Ia mengambil gunting bedahnya dan memberikannya pada dokter Oh.
“Minah-ssi, dokter Oh akan melakukan episiotomi, yaitu melebarkan jalan lahir supaya bayi cepat dikeluarkan, apa anda baik-baik saja dengan itu?” ucap Taehyung memberikan pengarahan sebelumnya.Minah mengangguk cepat, ia hanya ingin anaknya lekas lahir.
“saya mengerti” jawab Taehyung.
Krek
Dokter Oh barusaja melebarkan jalan lahir bayi dengan cara episiotomi, atau menggunting lubang vagina Minah agar bayi lekas dapat dikeluarkan.
Minah menjerit keras saat ia baru menyadari kemaluannya digunting.
“tenanglah Minah-ssi, bayimu agar cepat keluar, oke” hibur Taehyung yang membersihkan kucuran darah akibat tindakan episotomi tadi dengan kasa steril.
“satu dua tiga, mengejan” perintah dokter Oh.
Minah mengejan kuat dan akhirnya kepala bayinya dapat dikeluarkan oleh tangan dokter Oh.
“wah bayi anda sangat lucu” ucap Taehyung yang melihat bayi gemuk itu berhasil dilahirkan.
“dokter Kim tolong selesaikan proses suture dan dressing-nya” Taehyung mengangguk dan dengan sigap ia membersihkan semua darah dan bekas air ketuban sementara dokter Oh merawat bayi Minah.
“turunkan perlahan Jungkook-ah” pinta Taehyung pada adiknya untuk menurunkan kembali kaki Minah.Ia tampak shock dan terhuyung.
“pergilah keluar dan minum air” imbuhnya sambil menyiapkan alat untuk menjahit kembali vagina Minah yang sudah mengalami proses episiotomi.
“tahan sebentar Minah-sii, aku akan menjahit lukanya” suara lembut Taehyung menenangkan Minah.Ia menahan rasa sakit di kemaluannya namun hatinya sangat bahagia karena anaknya telah lahir.
“anakmu sangat lucu” gumam Taehyung seraya menyimpulkan benang yang ia pegang.
.
.
.
Beberapa hari semenjak kejadian itu, Jungkook sangat takut mengunjungi apartemen Taehyung.Ia masih mengingat dengan jelas malam menegangkan itu.Siang itu Taehyung mengajak adiknya untuk membei notebook yang sudah ia janjikan ke sebuah pusat perbelanjaan.
“Jungkook-ah, kenapa kau tak berkunjung lagi?” goda Taehyung sambil merangkul adiknya yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
“ahh hyung, aku tak mau lagi, semuanya menegangkan.Itu lebih mengerikan dibanding melihat film horor” Jungkook mengundang tawa sang kakak.
“aku serius hyung” raut wajah Jungkook sangat kalut ketika membicarakan peristiwa itu.Taehyung mendekati adiknya dan berjalan santai.
“Jungkook-ah, itulah yang hyung hadapi selama ini, memangnya menurutmu itu tidak mempengaruhi mentalku?” pembicaraan mereka mulai semakin jauh.
Jungkook berhenti lalu menatap wajah lucu hyungnya.
“kenapa?” tanya Taehyung cepat.
“apakah orang 4D sepertimu bisa merasakan penurunan mental??”, tidak mungkin “ ledek Jungkook yang kemudian berlari menghindar dari jangkauan tangan Taehyung.
“berhenti kau Jeon Jungkook !”
.
.
.
“seorang mahasiwa perempuan kemarin mencari anda Kim Sonsaengnim, sepertinya ia akan magang disini” ucap perawat Park.
Taehyung membuka ponselnya dan benar saja, ada sebuah pesan yang belum benar-benar ia baca, itu dari ibunya.
“ah aku sudah ingat, nanti suruh saja dia keruanganku” pinta Taehyung lalu meninggalkan meja perawat.
“ahh sepertinya gadis kemarin itu sengaja mencari Kim sonsaeng” gerutu perawat Park.
.
.
4 jam kemudian.
Seorang gadis berlesung pipit itu berjalan menghampiri meja panjang resepsionis dan bertanya dimana ruangan dokter Kim.
“kau bisa mengikuti tanda biru itu dan berbelok ke kanan setelah tangga kedua” perawat Park menunjukkan letak ruangan Taehyung.
“ah ne, kamsahamnida” ucapnya riang.Namun sepertinya akan banyak perawat yang tersisihkan dengan kehadiran sosok cantik itu di rumah sakit.
Tok tok tok
“masuklah” jawab Taehyung sambil bermain rubiknya.
“selamat siang Kim Sonsaengnim, namaku Hwang Ri Mi” Rimi membungkukkan badannya.Taehyung berdehem pelan.
“apa yang bisa kubantu?” tanyanya sambil masih bermain rubiknya dan dengan kacamata bulat itu ia tampak sedikit idiot dimata Rimi.
Sekilas ia tersenyum kecil.
“ah begitu, jadi apa saja yang bisa kau lakukan agar menjadi perawat yang baik?” Taehyung bertanya tentang berbagai kondisi dan menguji bagaimana keterampilan Rimi sebagai perawat.
Manik cokelat itu diam-diam memandang wajah Rimi ketika menjelaskan bagaimana cara merawat lansia yang terkena stroke.
“oke, cukup bagus, aku akan mempertimbangkannya” ucap Taehyung tegas.Rimi berpamitan dan sekilas ia melihat mata Taehyung menatapnya.
“hmm Kim sonsaeng?” panggil Rimi.
“ya, ada apa lagi?” ucap Taehyung yang agak kaget karena ia pikir Rimi sudah keluar dari ruangannya.
“maafkan aku, tapi aku sudah berjumpa dengan ibu anda saat saya sedang mencari alamat anda” Taehyung membulatkan matanya.Namun ia segera kembali pada ekspresi santai miliknya.
“ahh begitu ya, tidak apa-apa, ibuku sangat baik pada orang asing sekalipun” kata terakhir Taehyung rupanya membuat pendengaran Rimi tersentil.
‘orang asing’
Entah mengapa Rimi tidak menyukai kata itu.Ia sangat ingin akrab dengan Taehyung.Dan Rimi memang sudah jatuh pada pesona dokter ahli bedah itu sejak melihat fotonya dirumah ibunya beberapa waktu lalu.
Wajahnya yang cute dan jas putih bersih itu seolah menghipnotis mata Rimi.
“ahh ne, kamsahamnida sonsaengnim” ucap Rimi kikuk.
.
.
Taehyung mengipaskan kedua tangannya.Ia merasa sedikit gerah saat Rimi berada diruangannya tadi.
“ah apa yang kupikirkan?” ucapnya berbicara sendiri.
.
.
Keesokan harinya.
Rimi sudah siap dengan seragam perawatnya berwarna hijau tosca lembut itu diruang analisa.Ada beberapa perawat yang akan magang di Samsung Medical Center, termasuk Rimi.Mereka juga mengenakan seragam yang sama dengan Rimi.
“kau tahu, di rumah sakit ini ada seorang dokter ahli bedah yang masih muda, ia sangat tampan dan hampir semua perawat disini menyukainya” bisik salah seorang di samping Rimi.Rimi mencoba menerka siapakah yang mereka maksud.
“Kim Sonsaeng?” gumamnya lirih.Ia masih ingat bahwa Kim sonsaeng adalah dokter ahli bedah terbaik di rumah sakit ini.
“ahh apakah kau sudah tahu rumor itu, Rimi-ssi?” sahut seseorang mengagetkannya.
“rumor?” ia merasa begitu bodoh.Beberapa calon perawat lainnya sibuk membicarakan tentang dokter yang mereka maksud.Rimi diam-diam tersenyum kecil.
“aku sudah bertemu dengan beliau satu kali” ucap Rimi percaya diri.Ia membuat keenam calon perawat lainnya menjadi lesu.
Dalam hati, Rimi terkikik senang.Ia melakukannya karena ia juga menyukai sosok Kim Taehyung.
“selamat pagi” ucap seorang dokter muda yang tadi sudah menjadi topik utama diantara calon perawat memasuki ruangan.Kemudian ia mengambil tempat duduk.Tatapan matanya yang selalu tajam membuat mereka terdiam.Hening.Mereka bersiap serapi mungkin dan tidak bersuara lagi.
“perkenalkan saya Kim Taehyung, salah satu dokter bedah disini, kalian bisa memanggilku dokter Kim.Saya akan membagikan jadwal tugas kalian untuk 6 bulan kedepan.
“Semua peraturan harus dipatuhi.” Ucapnya tegas.
Suara agak berat itu terdengar berwibawa di depan Rimi.
“tolong jangan berbuat ceroboh dan apalagi sampai membahayakan pasien, kalian akan tahu konsekuensinya jika kalian membaca buku panduan dengan benar, mengerti !” Taehyung agak meninggikan nada bicaranya di akhir kalimat.
“ne saya mengerti sonsaengnim !” ucap mereka bertujuh serentak.
Taehyung meninggalkan ruang analisa itu dan kembali ke ruangannya.
“whoaaa itukah Kim sonsaeng?, Eiiiy, dia sangat imut” mereka sudah mulai berbincang lagi.Rimi menarik nafas dalam dan bergegas ke ruang perawat untuk menyiapkan diri.
“ayolah, kalian tidak membaca peraturan nomor 4 uh, disana tertulis perawat yang sedang magang tidak diijinkan bergosip di tengah pekerjaannya” sahut Rimi santai.
“ahh kau benar” lenguhan itu menjadi pertanda mereka sudah mengecek peraturan nomor 4 yang dikatakan Rimi.
.
.
.
Pagi itu Taehyung masih tertidur pulas diranjang besarnya.Ia tak tidur dengan baik selama 2 minggu karena menangani beberapa operasi besar.Tingkah laku para perawat yang masih magang itu juga menyita perhatiannya.Bagaimana tidak?, salah satu dari mereka membuat kesalahan diagnosa ringan dan akhirnya Taehyung-lah yang mendapat omelan dari senior.Dan beberapa kejadian seperti obat yang hampir tertukar dan cara yang buruk menangani pasien anak-anak membuat pikirannya berputar.
Kedua kelopak mata yang agak sembab itu masih rapat tertutup.Dengkuran halus terdengar lucu ketika Taehyung membuat mulutnya terbuka.Siapa pun yang melihatnya dalam situasi ini, pasti merasa gemas.
Tak lama kemudian suara dering ponselnya mengagetkan Taehyung.Ia menggapai ponselnya di nakas tempat tidurnya sambil –masih- memejamkan kedua matanya.Ia sangat mengantuk.
“ah yeoboseyo?” ucapnya serak.
“mwo??” didepan apartemenku?, ahh bocah itu !!“ umpatnya kesal, Jungkook meneleponnya dan mengatakan ia bersama Hoseok dan Jimin.Mereka sangat ingin bertemu Taehyung.
“hei Taehyung-ah, whoa apartemenmu bagus sekali” oceh Jimin yang terkagum dengan apa yang ia lihat.Taehyung menguap dan menyuruh Jungkook membuatkan minuman, sementara ia pergi ke kamar mandi.Ia masih sangat lesu sekedar untuk terkejut karena melihat Hoseok.Ia ingat beberapa minggu lalu kekasihnya, Minah, melahirkan di apartemennya.
“Jungkook-ah, apa kau punya cola di kulkas?” teriak Jimin yang masih mengitari ruang tengah Taehyung.Disana ada beberapa piagam penghargaan dan sejumlah banyak piala dipajang di dalam lemari kaca.Semua itu atas nama Kim Taehyung.
“ne hyung, akan kubawakan” jawab Jungkook dari dapur.
“ckckckck, kau memang keren Taehyung-ah” Jimin mengacungkan dua ibu jarinya ke atas.
Hoseok yang lebih tampak malu bertemu Taehyung perihal Minah itu, hanya terdiam tak berpaling menatap vas bunga di meja.Pikirannya kacau sekarang.
“Hoseok hyung mau minum apa?” tawar Jungkook.Hoseok menggeleng.Ia bahkan merasa sudah mencoreng nama baik sahabatnya, Taehyung, dengan pergi tanpa kabar dan meninggalkan kekasihnya yang tengah hamil tua itu.
“nanti saja Jungkook-ah” ucapnya lirih.
Jungkook mengangguk kaku.Ia melihat Jimin memberikan isyarat untuk tak bertanya banyak pada Hoseok.
15 menit kemudian.
“apakah mandinya seorang dokter memang lama?” ledek Jimin yang melihat Taehyung sudah rapi dan menguarkan aroma parfum favoritnya, aroma tunisia neroli dan cedarwood yang elegan.
“Hoseok hyung, aku mau bicara denganmu” Taehyung mengajak Hoseok untuk pergi ke balkon.
Jimin dan Jungkook memilih bermain game berdua untuk menghabiskan akhir pekan ini.
Di balkon.
“hyung, sebenarnya apa yang kau lakukan huh?” Taehyung melipat kedua tangan di dada, ia kesal.
Hoseok menoleh pada sosok Taehyung yang begitu ia hargai.Ia sangat malu.
“maafkan aku Taehyung-ah, aku memang bersalah.Sore itu aku bertengkar dengan Minah karena orangtuanya menolakku untuk menikahinya.Aku ingin sekali bertanggungjawab terhadap anak yang sudah dilahirkannya.Aku sangat malu bahkan untuk melihatmu saja aku sudah lemas.Jungkook bercerita kalau kau dan seorang dokter bernama Oh Sehun yang telah membantu Minah.” tetesan air mata Hoseok mulai membasahi kemeja yang ia pakai.
Taehyung merangkul Hoseok.
“hyung, kau harus tahu, Minah adalah wanita yang kuat dan tegar, malam itu ia sudah ingin putus asa, tapi aku memberitahunya untuk tetap berjuang dan merawat anaknya nanti, dia sudah mengalami banyak tekanan malam itu.Dan bayi itu sangat mirip denganmu hyung, kau harus bangga padanya” nasihat Taehyung benar-benar membuat lutut Hoseok lemas.Ia terhuyung dan menumpahkan semua bentuk rasa bersalahnya pada udara dingin.Taehyung melihatnya sedih.
“Minah-ya, maafkan aku” teriak Hoseok ke udara.
Tangisan itu terdengar pilu dan Taehyung meninggalkan Hoseok agar ia menenangkan diri.
“Jungkook-ah, apa kau tahu dimana Minah tinggal?” tanya Taehyung sekembalinya dari balkon.
Jungkook menggeleng.Namun Jimin menghentikan game-nya dan mengubah posisinya menghadap Taehyung.
“aku tahu dimana Minah tinggal”
“aku sempat bertemu dengannya minggu kemarin.Minah mengatakan ia menyewa sebuah rumah di dekat rumah sakit.” Jungkook dan Taehyung mengangguk mendengar Jimin.
“arrasseo” ucap Taehyung lega.
.
.
Malam itu mereka bertiga mengantar Hoseok kerumah Minah untuk bertemu anaknya yang masih bayi.Sekaligus Taehyung juga ingin melihat sahabatnya kembali rujuk.
“ayolah Hoseok hyung, kau kan sudah menjadi seorang ayah, jangan menangis terus” goda Jimin.
Taehyung tertawa melihat keakraban sahabatnya.
“chakammannyeo, ya hyung, apa itu gadis yang pergi magang di rumah sakit?”, rasanya aku pernah melihatnya” ucap Jungkook mengagetkan Taehyung.
Seorang gadis yang mengenakan seragam perawat itu berjalan sambil terlihat bingung.Taehyung memilih keluar dari mobil dan menyapanya.
“Rimi-ssi?” sapa Taehyung agak canggung.Karena ia terbiasa bertemu Rimi dengan jas putih, kali ini ia memakai pakaian santainya dengan jaket biru tua.
Rimi menghentikan jalannya dan terbelalak menatap Taehyung.Ia sama sekali tak menyangka akan bertemu orang yang ia sukai diluar rumah sakit.
“ah selamat malam Kim sonsaengnim” Rimi membungkukkan badannya.Ia gugup.
Taehyung membetulkan letak kacamata bulatnya.
Sementara itu di dalam mobil, Jungkook sudah ribut dengan Jimin karena mengintip Taehyung yang bertemu dengan seorang gadis.
“kenapa kau mengenakan seragammu diluar rumah sakit, dan jam tugas kalian kan sudah berakhir tadi sore?” ucapnya sedikit penasaran mengapa Rimi berada diluar sendirian.
“ah aniyeo ssaem, aku tadi memang menggantikan tugas perawat Park sebentar karena beliau mendadak sakit perut” ucap Rimi agak terbata.
Ia melihat sisi lain seorang dokter Kim Taehyung.Ia benar-benar kagum dengan pesona yang dimiliki Taehyung.
“kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Taehyung yang merasa aneh karena Rimi mengamatinya dengan detail.
Blush
Kedua pipi Rimi bersemu merah.Beruntung sekali sekarang malam hari, jadi Taehyung tidak akan menyadarinya.
“ikutlah bersama kami, kebetulan aku ingin berkunjung kerumah temanku di sekitar sini” ajak Taehyung.
Rimi mendongak dan mengerjapkan matanya.”ah bolehkah begitu?” tanyanya kaku.
Taehyung pun memanggil Jungkook dan Jimin untuk keluar dari mobil.Rumah Minah harus dilalui dengan jalan kaki.
“ah jadi nama noona itu Hwang Rimi, oemma menceritakannya padaku” ujar Jungkook ketika mereka asyik membahas mari-mengenal-Rimi.
Rimi mengangguk tersipu.Taehyung tersenyum kecil melihatnya.
.
.
“HWANG RI MI !!!!!?’ bentak Taehyung marah karena melihat map rekam medis pasien itu robek dan beberapa diantaranya hilang.Rimi yang merasa dipanggil dengan teriakan itu segera berlari menghampiri sang dokter.
“ada apa Kim sonsaengnim?” tanyanya takut.Ia baru kali ini mendengar suara Taehyung sangat tinggi dan marah.
Taehyung menyodorkan beberapa map rekam medis pasien yang rusak itu pada Rimi.Rimi terkejut bukan main saat melihat beberapa kertas hasil pemeriksaan itu tampak rusak dan jatuh ke lantai.
“lihatlah perbuatanmu, apa benar kau yang bertugas kemarin sore menggantikan perawat Park !!??” tanyanya masih membentak.
Rimi merasa lututnya lemas mendengar namja yang disukainya itu tengah memarahinya.Ia mengangguk pelan.
“jadi katakan kenapa ini bisa rusak !?”
Taehyung memarahi Rimi diruangannya.Jadi tak akan ada seorang pun yang berani masuk atau menguping.
“maafkan aku ssaem, tapi aku tidak melakukannya” ucap Rimi terbata.
“jangan menangis !!, seorang perawat itu tidak boleh cengeng !” bentaknya sekali lagi,
Rimi berusaha keras berpikir bagaimana bisa map-map yang sudah ia simpan di dalam loker itu rusak.
“apa Kim sonsaengnim sudah mengkonfirmasinya ke perawat Park?, karena kemarin sore sebelum aku keluar dari rumah sakit, perawat Park memeriksanya” Taehyung melepas kacamata bulatnya dan mendengus kesal.
“panggil perawat Park kemari !” perintahnya pada Rimi.
Rimi mengangguk dan bergegas memanggil perawat Park.Entah sejak kapan airmatanya menetes.
.
.
“sudahlah Rimi-ya, bersabarlah, Kim sonsaengnim memang memiliki keunikan dalam dirinya.Disatu waktu ia akan terlihat sangat ramah dan lucu dimata kita, tapi jangan mengabaikan ketika ia marah, ia akan tak segan-segan membentak kita”hibur perawat Heesun.
Rimi merosot dibalik meja panjang perawat itu dan menangis tersedu.
“Kim sonsaeng memang kejam !” umpatnya kesal.
“Siapa yang kau bilang kejam?!” sahut seseorang mengagetkan Rimi.Seperti kilat yang menyambar tubuhnya, ia merasa mati lemas mendengar suara berat itu.
Perawat Heesun meminta Rimi untuk segera berdiri dan meminta maaf.
Taehyung menatap serius wajah para perawat di depannya.Mata elang itu berhenti pada Rimi yang tampak menyeka kasar airmatanya.
“tsk, kenapa kau membicarakan aku hm?” tanyanya penuh dengan nada sindiran.
“aku minta maaf Kim sonsaengnim, aku tidak akan mengulanginya lagi” jawab Rimi berusaha bernada tegas.
“selesaikan rekam medis ini nanti malam, sebelum pagi, aku sudah melihatnya rapi di mejaku, kau mengerti ?” ucapnya tegas,
Rimi mengangguk tertunduk, ia cukup memalukan dengan umpatannya tadi.
“maafkan aku ssaem” ulangnya saat sosok Taehyung melengang pergi.
“berhentilah menangis Rimi-ya” ucap perawat Sung menepuk punggung Rimi.
.
.
Taehyung mengipasi dirinya sendiri yang entah mengapa sangat gerah saat menatap wajah menangis Rimi tadi.Ia tidak mungkin membiarkan hal fatal seperti merusak rekam medis terjadi.Mau tak mau ia harus memarahi dan memberi Rimi pelajaran.
“ah apa aku tadi sangat kasar?” ia mulai berbicara sendiri lagi.
.
.
Waktu bertugas Rimi sudah berakhir setengah jam yang lalu.Ia menunggu Kim sonsaeng untuk mengerjakan rekam medis diruangannya.Sedangkan orang yang ia tunggu sedang berada di dalam ruang operasi.Taehyung sedang melakukan operasi pasien yang menderita penyakit tumor usus.
“ahh, aku mengantuk sekali” Rimi menguap diruang tunggu yang letaknya berdekatan dengan ruangan Taehyung.
Matanya sudah mengantuk karena ia menunggu hingga semua perawat sudah berganti shift.Rimi kurang akrab dengan perawat yang bertugas jaga malam.Jadi ia menunggu Taehyung disitu.
“ah mataku benar-benar” ia mengumpat sendiri.
Perlahan ia menyandarkan kepalanya yang sudah berat itu dan tertidur pulas.
1 jam kemudian.
Taehyung yang barusaja keluar dari ruang operasi berjalan ke lantai dua.Ia sedikit bersenandung dengan suara merdunya sekedar memecah kesunyian di lorong rumah sakit itu.Ia melihat jam tangannya dan bergegas menuju ruangan.
Taehyung melihat seseorang meringkuk diatas kursi tunggu pasien.Ia perlahan mengamatinya dari dekat.
“aish kamjjakgiya !!, Hwang Rimi-ssi, kenapa kau tidur disini?” ucapnya kaget saat menyadari orang yang meringkuk itu Rimi.
“ahh ssaem, kenapa lama sekali?” Rimi yang masih sangat mengantuk itu meluruskan kakinya yang kesemutan karena posisinya tidur meringkuk tadi.
“bangunlah” pinta Taehyung yang sigap menangkap lengan Rimi ketika gadis itu terhuyung.
Deg
‘Detak jantung apa ini ?’pikir Taehyung saat menyentuh lengan Rimi.Tiba-tiba ia merasa gugup.
Rimi tak menyadari bahwa Taehyung tengah menatapnya lekat.Taehyung melepaskan tangannya dari lengan
Rimi sebelum gadis itu sadar.
“masuklah, apa kau mau minum kopi?” tawarnya yang sedikit merasa bersalah karena membuat Rimi menunggu hingga tertidur.
Taehyung mengambilkan segelas kopi dan ia meminum cola.Dan mulai mengamati Rimi yang mengerjakan laporan rekam medis pasien itu.
Sebenarnya ia tak tega jika harus menyuruh perawat magang mengerjakan dokumen penting itu selarut ini.Ia hanya terlanjur emosi dan tak dapat menarik kembali kata-katanya.
Namja bersurai -kali ini- cokelat muda itu sudah menguap.Namun kedua maniknya tetap fokus melihat Rimi yang tak berhenti menulis dan menyalin semua kertas itu.
Ia merasa buruk pada Rimi.
“Rimi-ya, ah maksudku Rimi-ssi, apa kau lelah?, wajahmu sudah pucat, pulanglah dan biarkan aku saja yang menyelesaikannya” Taehyung berusaha berkata selembut mungkin.
Rimi berpura-pura tak mendengarkan.Ia memusatkan pikirannya agar dokumen-dokumen sialan itu cepat selesai dan ia dapat terbebas dari kemarahan Taehyung.
“Rimi-ssi, apa kau mengabaikan aku?” nada Taehyung terdengar seperti sedang dicampakkan kekasihnya.
Rimi terkekeh kecil.Ia justru sangat tidak ingin pulang malam ini, ia bisa leluasa menatap wajah imut dokter atasannya itu dengan bebas.Tidak ada perawat Park atau perawat lainnya yang menganggu.
‘ah seperti berada di surga’ batin Rimi bergejolak saat melihat Taehyung sudah memejamkan kedua matanya.Ia tampak sangat lelah.
“wajah ini seperti wajah malaikat” gumamnya sambil terus memandang Taehyung.
Dengan bantal leher singa milik Taehyung itu, Rimi tersenyum bahagia melihatnya.Kali ini ia dapat menyaksikan sendiri betapa imut sisi Taehyung yang satu ini.
Klik
“ah perawat Heesun benar, Kim Sonsaeng memiliki sifat 4D, beruntung sekali aku dapat melihat wajah imutnya saat tidur” Rimi menatap wajah cute Taehyung berlama-lama.Ia sudah menyelesaikan semua laporan medis itu dan menopang dagunya untuk memandangi sosok Kim Taehyung.
“ah my 4D doctor” gumamnya tersenyum.
.
.
“ahhh sudah pagi” gumam Rimi terbangun dari tidurnya.Sejujurnya ia tak dapat tidur nyenyak karena melihat foto Taehyung sedang tidur itu di ponselnya.Jantungnya berdegub kencang saat membayangkan kejadian tadi malam.
“ahh Kim sonsaeng, bogoshippeosseo jigeum” ucapnya lirih.Hatinya merindukan sosok 4D itu sekarang.
Gadis itu menggeliat dan bergegas ke kamar mandi.Ia ingin segera sampai di rumah sakit dan dapat memandang wajah itu lagi.
“aku jatuh cinta padanya” gumamnya dalam hati.
.
.
“Jungkook-ah, kau bisa menjemput hyung kan nanti malam,?” tanyanya sembari merapikan rambut warna cokelat muda itu di depan cermin kamarnya.
Jungkook menyahut dari dapur.Ia sedang menggoreng telur.
“aromanya enak sekali Jungkook-ah” ucap Taehyung semangat.
Sudah beberapa hari ini adiknya menginap di apartemen.Karena sekolahnya memang sedang libur musim dingin.
“cepat keluar hyung, aku sudah menyiapkan sarapannya” tukas Jungkook menyajikan telur goreng buatannya di piring.
Taehyung tak dapat menahan rasa laparnya sejak semalam dan melahap sarapan buatan Jungkook itu.
“whoa apa rumah sakit tidak menjamin makananmu hyung, kau seperti singa kelaparan ckckck” ledek Jungkook
“aku memang singa, singa jantan !” jawabnya santai.Ia menirukan auman singa dengan mulut yang masih penuh makanan.
“berhentilah hyung, aku malu melihatmu dengan sifat 4D mu itu” lanjut Jungkook yang masih terheran mengapa keanehan kakaknya tak pernah berkurang, justru semakin bertambah seiring kedewasaannya.
Taehyung tertawa melihat Jungkook yang mencibir padanya.
“terima kasih sayangku, hyung berangkat dulu oke, jangan lupa jemput aku nanti jam 8 malam, mmuach”
Jungkook hampir saja memuntahkan makanan dimulutnya karena Taehyung membuat kiss bye seperti orang gila.
“apa tadi dia memanggilku sayang?, ahh hyung sudah tidak waras !” umpatnya kesal.
.
.
Jantung Rimi tak berhenti berdegub kencang ketika ia tak sengaja bersamaan dengan Taehyung memasuki lobi rumah sakit.Taehyung menyapa ramah para pasiennya yang sedang berjalan atau sedang duduk sekedar melatih otot kaki mereka agar cepat pulih.
Rimi masih menatap langkah Taehyung dengan mata berbinar.Dan astaga, dengan jarak lebih dari 5 meter itu ia dapat mencium aroma parfumnya.
“aroma ini benar-benar mengacaukan otakku” Rimi bergumam sendiri.
“kenapa kau memejamkan matamu uh?” sapa seseorang.Suara ini benar-benar sangat diharapkan Rimi.
Perlahan ia membuka matanya.
Senyum khas yang memamerkan deretan gigi rapi itu menyapa indra penglihatan Rimi.Ia membeku melihat Taehyung dari jarak sedekat ini.
“ah hmm selamat pagi Kim sonsaengnim” sapanya sesopan mungkin.
Taehyung menatap sebentar rambut Rimi yang kalau ia tak salah, aroma sampo stroberi ia hirup darinya.
‘hmm manis’ batin Taehyung
Ia lalu menjawab panggilan ponselnya.
“ne oemma, nanti Jungkook akan menjemputku, ne, ne” pembicaraan singkat itu membuat pertanyaan di benak Rimi.Mengapa Jungkook menjemputnya malam ini?, apakah sesuatu telah terjadi?
“engg ssaem” panggil Rimi canggung.
Taehyung menoleh dan memandang lagi wajah Rimi.”ada apa?”
“ah animida, bukan apa-apa kok, silakan” Rimi mempersilakan Taehyung berjalan mendahuluinya.
Sementara Taehyung yang sibuk membalas pesan di ponselnya itu tak menghiraukan ocehan para perawat Park dan teman-temannya dari meja resepsionis.
Sosok 4D itu memang sangat menarik.
.
Pukul tujuh lewat 45 menit.
Jungkook sudah memarkir mobil Maserati itu di depan rumah sakit Samsung Medical Center.Ia turun dari mobil milik kakaknya itu dengan penuh percaya diri.Jungkook melihat sekilas beberapa staf administrasi rumah sakit yang cukup cantik menurutnya.Ia bersemangat.
Tak lama ketika ia memasuki lobi, ia melihat meja resepsionis itu sedang dipadati para perawat.Jungkook dengan style baju hip hop putih kesukaannya itu menghampiri mereka.
“selamat malam, apakah aku bisa bertemu dengan hyung..ku?”
Perawat Park bersama perawat yang lain membulatkan kedua mata mereka ketika melihat sosok jangkung
Jungkook menyapanya ramah.Senyum menawan itu membuat mereka tak dapat mengatakan apa-apa.
“ah maksud saya, apakah saya bisa bertemu dengan KimTaehyung sonsaengnim?”Jungkook mengira dirinyalah yang salah mengucapkan sesuatu.Ia memperbaiki pertanyaannya.
Mereka semua membeku menatap Jungkook yang tampan dan bertubuh tinggi itu, bahkan melampaui tinggi kakaknya.
“ahh kau bisa mengikuti tanda biru di lantai dan berbelok ke kanan setelah tangga” ucap Rimi menyahut.Ia jengah karena tak satupun menjawab pertanyaan Jungkook.
“ah Rimi noona, apakah hyung ada diruangannya?” tanya Jungkook setelah menyadari Rimi-lah yang menjawab tadi.
Jungkook sengaja bersikap sangat manis di rumah sakit karena ia tak ingin menghancurkan image sang kakak yang menjadi dokter bedah terbaik di sana.
“ah iya, beliau baru saja selesai melakukan operasi, Jungkook-ssi” Rimi agak kaku memanggil secara formal pada Jungkook.Bagaimana pun ia sudah akrab dan cukup dekat untuk memanggilnya, Jungkook-ah.
“kalau begitu aku permisi dulu” ucap Jungkook menampilkan gigi kelincinya yang manis.Sesaat setelahnya, para perawat lain mulai ribut menanyakan apa hubungan Rimi dengan adik laki-laki Taehyung.
“yaa Rimi-ya, kau mencuri start dari kami, mengapa ia mengenalmu begitu akrab? Ahh” celotehan perawat Heesun membuatnya pening.
Di ruangan Taehyung.
Tok tok tok
“uhm masuklah” jawab Taehyung yang sedang meneguk air mineral dari botol itu.Kelihatannya ia sangat haus.
“oh kau rupanya, kenapa kau awal sekali?” Jungkook mendudukkan dirinya di kursi milik kakaknya itu.Ia juga mencoba mengenakan jas putih kebanggaan Taehyung itu dan bercermin.
“whoa aku sangat tampan sekali, ckckck, benar-benar” puji Jungkook pada dirinya sendiri.
Taehyung memasang wajah datarnya dan merapikan meja kerjanya.
“hyung, Rimi-noona, apakah kau tidak menjalin hubungan khusus dengannya?, kulihat ia cukup populer di kalangan perawat tadi” ujar Jungkook sambil memainkan rubik Taehyung.
“ah kenapa pertanyaan itu?, hm, apa dia cukup cantik menurutmu Jeon Jungkook?” goda Taehyung.
Jungkook mengangguk yakin.
“dia yang paling cantik diantara perawat-perawat di depan” tukasnya jujur.
Taehyung menggeleng melihat adiknya yang menilai seseorang berdasarkan ketenaran tersebut.
“sudahlah, ayo kita pulang, oemma pasti sudah menunggu” ajak Taehyung.
“baiklah” Jungkook sebenarnya merasa betah tinggal di ruangan kerja milik Taehyung.Ia bisa duduk di kursi milik hyungnya dan berlagak seperti seorang dokter.
“hyung, apakah kau tidak mengajak Rimi-noona?, oemma pasti memasak cukup banyak malam ini, otteyeo?” ajakan Jungkook sebetulnya tidak terlalu buruk.
Namun Taehyung tak dapat mengutarakan maksudnya saat melihat sosok Rimi di depannya.Mulutnya sedikit terbuka karena ia kehilangan semua kosakatanya.
to be continued ......
Komentar
Posting Komentar