Langsung ke konten utama

ROOM 142 CHAPTER 4





Tok tok tok

Yuna dikejutkan suara pintu ruangannya diketuk seseorang.

"Silakan masuk" sahutnya santai.

"Minggu depan kau harus ikut ke Jepang ... lagi" dokter bernama Shin Jae itu mengeluhkan mengapa hanya dokter-dokter dari divisi emergency yang diutus menghadiri seminar di negeri sakura tersebut.Kalau boleh ia memilih, ia lebih setuju menghabiskan malam dengan berlarian di ruang emergency ketimbang ia duduk selama berjam-jam hanya mendengarkan ceramah lalu mengikuti studi banding ke rumah sakit di Jepang.

"Dokter Yuna ? Apa kau mendengarkan aku?" gerutunya melihat Yuna sedang tak fokus.

"Ah pasti, aku pasti ikut serta ke Jepang"

Dokter Shin Jae mendengus kesal lalu pergi keluar karena kesal.

"Lakukan semaumu saja" ucapnya.
.
.
.
Myungsoo sedang membaca sebuah buku pemberian Element (penggemarnya) yang berjudul 'Kutukan Cinta'.Ia merasa gemas hanya membaca judulnya saja.Suasana sore itu agaknya membuat mood-nya baik.Menurutnya membaca disela-sela kesibukannya bukanlah hal buruk.Terlebih ia sudah tertekan karena memikirkan banyak hal yang terjadi antara dirinya dan Yuna.

"Ada-ada saja tsk" decihnya gemas.

Sesekali ia terkekeh di tengah kegiatan membacanya.

"Terkadang kutukan cinta tidak hanya sekedar ciuman pertama, tapi lebih dalam dari bahasa tubuh yang akan terikat dalam waktu"

Myungsoo tertegun membaca sebuah paragraf di halaman kedua belas.Jantungnya tiba-tiba berdebar.Ia pun melanjutkan kalimat berikutnya.

'apa ini?'

"Ada sebuah kutukan cinta yang dahsyat.Dimana dua manusia akan dipertemukan secara paksa dengan takdir yang akan terus mengikat keduanya sampai mati.Masa lalu di sebuah kota di Jepang, tepatnya di hotel tua yang indah.Sepasang manusia yang tak saling kenal terjebak di satu kamar dengan ranjang besar.Kemudian mereka saling bersentuhan dan bertukar rasa melalui kulit yang berkeringat."

Ingatan kejadian di Jepang beberapa waktu lalu bersama Yuna berputar di kepalanya dengan sangat jelas.Ia menelan ludahnya kasar.Dahinya berkerut karena memfokuskan pada tiap kalimat yang sangat pas dengan apa yang dialaminya.

"Dan takdir melancarkan kutukan cinta terhadap keduanya.Agar mereka saling membutuhkan dan terus bertemu dalam waktu-waktu yang mendebarkan.Agar dua manusia itu merasakan hadiah paling indah yang diturunkan Tuhan yaitu cinta yang akan tumbuh yang berasal dari keinginan yang kuat.Jika keduanya berpisah, maka hukum kutukan cinta akan berbicara amat pedih"

Myungsoo mencelos hebat setelah membaca rangkaian kalimat-kalimat tersebut.Rentetan memori yang ia miliki dengan Yuna terasa seolah ia sedang mengalami 'kutukan cinta' tersebut.Lalu dengan rasa penasaran ia membolak-balik buku berwarna cokelat muda tersebut dan maniknya terhenti di sampul belakang buku.

Disana tertulis sesuatu.

Teruntuk semua pasangan dalam ikatan kutukan cinta, jangan jauhkan dua jantung yang sedang berdebar karena kamu masing-masing akan membutuhkan seperti kau menghirup udara untuk bernafas

Deg

Jemarinya lemas seketika membaca kalimat itu.Ia merasa tertohok.

"kenapa dadaku sesak begini? Buku ini ... kenapa semuanya jadi masuk akal sekarang?" gumamnya terheran.

Bruk

Buku itu terjatuh saat Myungsoo hendak mengambil air mineral di meja.Lalu ada selembar kertas yang berasal dari dalam buku.Myungsoo memungutnya.

"Yokohama Heritage Hotel .... Kamar 142?" alisnya bertaut heran.

"142 ....?"

'kamar itu kan?' wajah Myungsoo berubah panik dan ia pun bergegas menuju kamarnya dan menyalakan komputer.

Dengan gerakan cepat ia membuka halaman internet dan mengetikkan nama hotel yang ada dikertas.

"Yokohama .. Heritage .. Hotel" ejanya tak sabar.

Kedua manik tajam itu membulat.Mendapati jika kamar dengan nomor 142 tidak ada di Yokohama Heritage Hotel.

Myungsoo menggaruk kasar rambut hitamnya karena bingung.

Tuk tuk tuk

Jemarinya mengetuk meja kerjanya dengan gusar.

'sedang apa sih aku ini? memangnya masih ada mitos seperti itu? huh'

"aku harus cari tahu"
.
.
.
"hyung, kita ada jadwal ke Jepang kan minggu ini?" tanya Myungsoo selepas mencari tahu soal kamar 142 yang hasilnya masih misterius.

"memangnya kenapa? tumben sekali kau bertanya" sindir sang leader santai.

Myungsoo tersenyum kecil.Dalam hati ia berencana untuk menyelidiki keberadaan kamar 142 tersebut.

Karena hal itu sangat mengganggunya sekaligus membingungkan.

"tidak ada hyung, kebetulan teman lamaku sedang di Jepang ... dia ingin berjumpa" ucap Myungsoo bohong.

"oh begitu, kalau tidak keberatan kenapa dia tak kau undang saja di acara makan malam kita nanti? setelah acara fanmeet kan kita sudah sepakat mengadakan malam panjang di Jepang ehehe"

'malam panjang?' gumam Myungsoo tak paham.Alisnya bertaut lucu.

"malam panjang apa maksudnya hyung ?"

Sunggyu terkekeh kecil lalu menyuruh Myungsoo lekas bersiap.

"ish ..." gerutu Myungsoo lalu ia kembali ke kamar dengan wajah datar.
.
.
.
BRUGH

Puk

"ahh maafkan aku ... maafkan aku !" seseorang tak sengaja menabrak Myungsoo saat berjalan di bandara.

Myungsoo hanya mengangguk lalu berjalan kembali setelah memungut paspor dan dompetnya yang terjatuh.Ia sekilas melihat si penabrak dirinya juga menjatuhkan paspor.

"Myungsoo-ssi ?!" pekiknya pelan.

Deg

'suara ini kan?' batin Myungsoo.

Myungsoo menarik masker hitamnya kebawah dan terkejut melihat siapa yang kini berdiri di depannya.

Kim Yuna.

"Yuna-ssi ???????" Myungsoo hampir saja berteriak dan entah mengapa ia merinding.

'kenapa aku bertemu dengannya disini? apa dia membuntutiku? tapi kelihatannya dia membeli tiket ke Jepang? rasanya aneh sekali setelah melakukannya lalu kita berpisah dan bertemu lagi' semua isi pikirannya berputar sangat kacau.

Tangannya gemetar.

Sama persis ketika ia bertemu dengan Yuna di kamar hotel tersebut.Myungsoo merasakan sesuatu yang meronta dalam dadanya.Seolah benda itu ingin meledak karena terlalu cepat berdetak.

"Yuna-ssi kau?" bisiknya kaget.

Yuna yang tentu saja sama terkejutnya terhuyung dan hampir jatuh kalau tak ditahan Myungsoo.Menurutnya ini tidak masuk akal.Mengapa ia dipertemukan dengan pria yang telah merenggut kesuciannya.Pria tampan yang mengaku bajingan sepertinya tak harus dimaafkan itu.

"ahh~ hmm kau mau ke Jepang?" akhirnya Myungsoo buka suara.Kali ini nadanya melembut.

'canggung sekali suasananya' batin Yuna kikuk.

"ya, aku akan segera berangkat" Yuna menunjukkan tiketnya yang secara kebetulan memiliki nomor penerbangan di pesawat yang sama dengan Myungsoo.Sebisa mungkin Yuna menghindari kontak mata dengan manik elang Myungsoo.Karena hal itu memperparah rasa gugupnya alih-alih marahnya.

Deg

"nomor penerbanganmu ... sepertinya kita satu pesawat" gumam Myungsoo sambil menahan debaran jantungnya yang menggila tak karuan.

Yuna tersenyum dengan kikuk.Terlihat butiran keringat kecil muncul di dahinya.

"ah iya, sepertinya begitu .." jawab Yuna malu.

Hening.

"Myungsoo-ya ! sedang apa kau? kita akan ketinggalan pesawat" teriak Woohyun dari jauh.

Myungsoo tersentak dan membalas teriakan Woohyun lalu kembali menatap Yuna.

"ya hyung ! aku segera kesana"

"nanti aku akan menemuimu di pesawat" ucap Myungsoo lalu ia berlari menyusul Woohyun untuk bergabung dengan member lain.Sesekali ia menoleh ke belakang dan melempar senyum manisnya pada Yuna.

"Kim Myungsoo ... sebenarnya siapa kau? kenapa kau membuatku tersiksa begini?" gumamnya lalu berjalan menuju loket pemeriksaan barang.Masih dengan pikiran-pikiran kacau tentang Myungsoo.Yuna bingung mengapa ia tak bisa memarahi, memukul, menunjukkan kekecewaannya, maupun melakukan apa yang seharusnya ia lakukan pada Myungsoo.Justru sebaliknya, ia malah merasa gugup dan kacau tiap kali Myungsoo melihatnya.

Yuna terus mengamati Myungsoo yang berjarak sepuluh meter darinya.

'ia pria menawan' batinnya tak sadar.

Di pesawat.

"Hai" sapa Myungsoo yang mendadak mengambil kursi kosong disamping Yuna tanpa aba-aba.Sementara dokter muda itu terkejut bukan main.

"Myung .. soo-ssi? kenapa kau disini?" pekiknya pelan.

Myungsoo tersenyum tipis lalu memberikan sesuatu pada Yuna.

"mereka sedang tidur jadi aku tidak mau minum ini sendirian" ucapnya sambil memberikan minuman kesukaannya yang dikemas dalam botol hijau muda berbentuk langsing yang cantik.Sementara Yuna mengamati botol itu sambil keheranan.

"itu cuma cocktail ringan kok" imbuhnya dengan dimple manis di pipinya.

'astaga ... apa yang Myungsoo lakukan ini? kenapa aku gugup sekali?' batin Yuna.

"ah terima kasih, Myungsoo-ssi ... " ucapnya.

Beberapa menit berlalu.Myungsoo membolak-balikkan buku yang sudah ia bawa beberapa hari ini.Ia berharap bisa mendengar pendapat Yuna tentang apa yang ia pikirkan.Tapi menurutnya itu belum saatnya untuk mengobrol panjang lebar apalagi membahas tentang mitos sialan yang sudah membuatnya susah konsentrasi.Ia khawatir Yuna justru menghindari dirinya.Bagaimanapun, apa yang sudah mereka lalui bersama dalam waktu singkat itu terlalu mengejutkan.Tentu saja Myungsoo merasakan banyak hal seperti rasa bersalah, heran, bingung, kenyamanan, berdebar bahkan ia merasa hangat saat melihat Yuna menatap matanya.

Bibirnya kembali tersenyum saat mendapati Yuna kesusahan membuka botol minuman pemberiannya.

"biar kubukakan" pinta Myungsoo menyahut botol itu dan dengan mudah membukanya.

"apa yang kau lakukan?" Yuna yang sedari tadi penasaran membaca judul buku yang Myungsoo baca akhirnya memutuskan bertanya.

"ah ini? aku juga penasaran dibuatnya ... banyak hal yang mengejutkan dalam buku ini ..."

Yuna tersenyum kecil.Menurutnya suara Myungsoo ketika berbicara pelan sangat manis.Sangat manis hingga memunculkan percikan hangat di dadanya.Myungsoo seperti gambaran pria muda yang mempesona di beberapa novel dan manhwa yang dulu sering ia baca.

"seperti hubungan kita" imbuhnya cepat.

Deg
Deg
Deg

"uhuk ... huk"

Yuna tersedak akibat perkataan Myungsoo.Ia segera membersihkan sudut bibirnya yang terkena cocktail dengan tisu.

"kau tak apa?" Myungsoo menutup lembar bukunya dan terdiam.

"ah tidak apa-apa" jawab Yuna gugup.

Myungsoo tersenyum kecil.Ia sangat gemas sekaligus berdebar melihat Yuna yang tampak malu-malu.

'dia sangat manis, aku jadi ingin berdua dengannya' batin Myungsoo gemas.

"kenapa ... kenapa dengan wajahku?" tanya Yuna pada Myungsoo yang terpaku memandanginya.

Blush~

"ah hehe tidak ada kok, warna rambutmu bagus" ucap pria muda bername-tag L itu sekenanya.
.
.
.
Myungsoo barusaja selesai mandi dan mengganti bajunya yang tak nyaman.Sepanjang perjalanan menuju Jepang ia banyak berkeringat karena gugup duduk disamping Yuna.Itu adalah dua puluh menit menegangkan yang pertama kali ia rasakan duduk disamping seseorang gadis.

"ah pasti aku kelihatan bodoh" gumamnya lalu menyisir rambut.

Kling~

Ia menoleh cepat dan menyambar ponselnya diatas ranjang.Senyum lebar itu tercipta setelah ia membaca beberapa kata yang dikirim melalui pesan singkat.Diam-diam tadi Myungsoo bertukar nomor ponselnya di pesawat.

From. Kim Yuna 
Jadi bagaimana?

Lagi-lagi ia tersenyum.

To. Kim Yuna
Tunggu saja di tempatmu.Aku akan menjemput, oke

Kling

From. Kim Yuna
Iya

Myungsoo bergegas memakai jas semi-formalnya lalu menyemprotkan parfum di leher dan pergelangan tangannya.Wajah berseri serta bibir tipis yang terus membentuk lengkung indah menghiasi wajah sang visual.
.
.
.

Yuna menunggu kedatangan Myungsoo dengan perasaan gugup.Kejadian terakhir di apartemen Myungsoo itu sedikit membuatnya merasa 'tidak apa-apa' untuk sekedar makan malam dengannya.Tepatnya, adegan dimana Myungsoo sempat meminta Yuna agar tak mudah memaafkan bajingan seperti dia.Pria muda yang sudah berkontak fisik begitu banyak dengan dirinya.Yuna berpikir bahwa ucapan Myungsoo adalah sebuah pengakuan yang sebenarnya dari seorang pria.

Yuna mengulas senyum tipis karena mengingat hal itu.

'dasar bajingan manis' umpatnya gemas.

Brumm~

Sebuah mobil sedan hitam mengkilat berhenti persis satu meter di depannya.Si pengendara menurunkan kaca mobil dan melempar senyum menawan.

Ia pun turun untuk membukakan pintu di seberang kemudi untuk Yuna.

"masuklah" ucap Myungsoo.

Menit berikutnya Myungsoo dengan gentle memasangkan sabuk pengaman Yuna.Sejenak Yuna ingin berhenti bernafas karena letak wajah Myungsoo begitu dekat.

"terima kasih" gumamnya.Ia merasakan wajahnya memanas.

Lima menit kemudian.Myungsoo mengambil sesuatu dari dalam tas hitamnya.Sebuah buku bersampul cokelat pudar yang membuat Yuna bertanya-tanya.

"coba kau buka halaman dua belas, aku sudah hampir gila karena membaca itu" benar saja, Yuna yang tak paham maksud Myungsoo pun membuka buku itu dan menghela nafas dalam.Ia merasa mulai dihinggapi rasa penasaran.Dibacanya paragraf itu perlahan.

"Kutukan cinta??" pekik Yuna menutup mulutnya.Isi buku itu benar-benar diluar perkiraannya.

'buku apa ini? yang benar saja' gumamnya dalam hati.

Sembari menjalankan kemudi, Myungsoo mencuri tatap pada Yuna yang tak ia kira akan begitu serius membaca buku itu.Wajah dokter muda itu sangat lucu.

"apa ini maksudnya Myungsoo-ssi? Jadi ... menurut buku ini apa yang ..."

Myungsoo tersenyum mengiyakan.

"aku tidak percaya ini, ini tidak bisa dijelaskan dengan logika" protes Yuna kesal.Namun ada sesuatu yang mendorongnya agar percaya.

"aku juga berpikir begitu awalnya, tapi sepertinya semua itu benar" ucap Myungsoo yang merendahkan nada di akhir kalimat.

Yuna memandang Myungsoo.Dilihatnya sosok pemilik surai gelap itu baik-baik.Yuna kembali memutar semua rentetan kejadian yang ia alami dengan Myungsoo dari awal.

'kenapa aku jadi berdebar begini? ini salah' gumam Yuna.Kemudian Myungsoo menepikan mobil dan menunggu bagaimana reaksi Yuna setelah membaca buku itu.Myungsoo sudah menebak apa yang ada di pikiran gadis yang dua tahun lebih muda darinya tersebut.

Hening.

"maafkan aku, aku tahu kau tidak akan pernah menyangka bertemu lagi denganku.Tapi setiap waktu aku memikirkan itu, aku sangat tersiksa.Entah apa ini namanya, aku memang seharusnya tidak melakukan hal itu ... " Yuna tertegun.Ia mendengar penuturan Myungsoo yang begitu jujur menusuk perasaannya.

Bukh~

Buku itu terjatuh dari tangannya.Sejak tadi ia memang sudah menyiapkan beberapa pertanyaan seputar hari itu.Namun emosi yang menguasainya terlalu besar.Hingga jemarinya lemas sekedar memegang buku milik Myungsoo tersebut.Diambilnya buku itu dengan perasaan kacau.

"Aku sangat bingung dan terkejut.Dan aku tak akan melupakannya seumur hidupku." lanjut Myungsoo.Sebisa mungkin ia menahan kemarahannya pada dirinya sendiri.Sejujurnya ia merasa kecewa dengan dirinya, namun ia juga bingung karena kejadian waktu itu seolah seperti mimpi baginya.

Yuna menunduk sambil menahan airmatanya yang hendak jatuh.Bagaimana pun juga ia merasakan penyesalan mengapa malam itu ia harus pergi minum soju sendirian.Tapi ia juga tak bisa menyalahkan Myungsoo sepenuhnya, karena ia juga keadaan mabuk berat.Tak bisa Yuna pungkiri bahwa sejak hari itu ia terus memikirkan sosok pemilik mata elang tersebut.Tidak, bahkan sebelum itu Yuna sudah memikirkannya.

Ia menepuk pelan jemari Myungsoo yang gemetar.

"Myungsoo-ssi ... terima kasih telah mengatakan itu semua dengan jujur" Myungsoo menatap dalam-dalam mata cokelat Yuna.Ada semburat kejujuran dalam tatapan Yuna yang teduh.Kedua manik Yuna tampak lembab.

Greb~

'sebenarnya aku sangat merindukanmu, walaupun aku bodoh' gumam Myungsoo.

"terima kasih ... sudah mengatakannya" gumam Myungsoo memeluk erat Yuna dengan perasaan haru dan ingin tertawa karena senang.

'Kim Myungsoo .. mungkin aku adalah wanita paling bodoh di dunia, tapi aku tidak bisa menolak kehadiranmu'

Yuna tak menyadari jika airmatanya menetes cepat selama Myungsoo mendekapnya.
.
.
.
Malam itu Myungsoo melamun hingga ia tak sadar Sunggyu sudah memperhatikannya dari ruang makan.Kemarin ia tak ikut acara makan bersama para member dan staf karena bertemu dengan Yuna.Namun ia merasa lega karena sudah menyampaikan isi hatinya yang kacau tersebut.Kali ini entah mengapa ia benar-benar senang bertemu Yuna.

"kemarin kau menemui temanmu itu?" pancing Sunggyu.

Myungsoo tersentak dan menggaruk tengkuknya.

"ahh ya hyung, kebetulan ia sedang ada pekerjaan di sini" jawabnya.

"oh begitu, lalu kenapa aku mendengar dari Hwaksu kalau kau menyewa mobil untuk menjemput seseorang?" Sunggyu sudah gemas ingin mendengar Myungsoo jujur mengatakan bahwa dia sedang berkencan dengan gadis di Jepang.Gosip itu sudah beredar di kalangan member dan staf Infinite.Merujuk pada perubahan sikap Myungsoo sepulang dari konser di Jepang beberapa pekan lalu.Menurut mereka, Myungsoo terlihat sering gelisah dan melamun lalu tersenyum sendiri.Ketika ditanya, ia malah menjawab tidak ada apa-apa.

"ohh itu ... tentu saja aku harus menyewa mobil, karena aku tidak mau menimbulkan keributan kalau aku naik kendaraan umum" sanggahnya.

Sunggyu terdiam.

"apa kau tidak kencan?"

Blarr~

Seolah tersambar petir, Myungsoo membulatkan matanya.

"Apa? kencan? yang benar saja hyung" bantahnya kaku.

"justru wajahmu itu mengatakan kalau kau sedang kencan, bodoh" ejek Sunggyu.

'apa aku terlalu jelas?' gumamnya dengan ekspresi lucu.

"kurasa kau sudah salah paham hyung" cicitnya.
.
.
.
Beberapa hari setelah keduanya bertemu di Jepang, Myungsoo semakin sibuk menjalani persiapan untuk album baru Infinite yang akan dikeluarkan pada golden week bulan depan.Hampir tak ada waktu baginya untuk saling bertanya kabar pada Yuna.Walaupun masih ia akui hubungannya belum jelas, pria 27 tahun itu merasa yakin jika Yuna memiliki perasaan yang sama.Myungsoo tahu itu keyakinan tak berdasar yang lebih cocok disebut konyol.Namun jauh dalam lubuk hatinya, ia selalu memikirkan Yuna.Ditambah dengan sikap Yuna yang ternyata diluar dugaannya itu.

"sudah hampir dua minggu, aku memang payah" gumamnya.Terkadang Myungsoo merasa dirinya itu sangat egois pada Yuna.
.
.
Di sebuah rumah sakit.

Kim Yuna---dokter muda yang akan segera lulus studi spesialisnya tersebut terpaku menatap keluar jendela sore dari ruang kerjanya.Kedua manik teduh itu menyiratkan kerinduan mendalam pada seseorang.Seseorang yang memberikan arti tersendiri bagi Yuna.

"apa kau baik-baik saja?" gumamnya sedih.Ia ingat bagaimana padatnya jadwal Infinite bulan ini.Yuna sempat mengobrol dengan salah satu pasiennya yang kebetulan mengidolakan Infinite.Gadis penderita gagal ginjal itu menceritakan kekhawatirannya terhadap oppa-oppa idolanya karena menjalani jadwal yang padat.Yuna pun teringat ketika Myungsoo datang berobat dengan kondisi kelelahan dan mengalami mimisan waktu itu.Hal itu menambah kecemasannya.

Sudah kesekian kalinya dalam beberapa hari terakhir ini Yuna membuka-tutup kolom pesan ponselnya dengan cemas.Pesan singkat yang dikirim Myungsoo sewaktu mereka di Jepang waktu itu ia baca entah sudah berapa kali.

From. Myungsoo Kim
Tunggu saja di tempatmu.Aku akan menjemput, oke

Yuna mendengus pelan.Ada perasaan sepi yang merayapi hatinya ketika ia mengingat manisnya sikap Myungsoo.Namun ada pula perasaan bodoh karena menyukai pria seperti dia.Ia tahu pasti bahwa memiliki hubungan dengan idol sepertinya akan berjalan susah dan terlalu banyak resiko.Apalagi Yuna yang berprofesi seorang dokter, tidak mungkin mereka bisa sering bertemu.Itu pun jika ia berkencan dengan orang-orang biasa.Untuk beberapa alasan Yuna berpikir kelanjutan 'kutukan cinta' seperti yang dikatakan buku itu terasa mustahil sekarang.

"kutukan cinta ... apanya" gumamnya sebal.
.
.
.
Keesokan harinya, seperti biasa Yuna sengaja datang lebih awal ke rumah sakit karena ia tak suka sarapan sendirian di apartemennya.Dan entah sudah berapa kali ia ingin menangis setiap berjalan melalui halte yang dihiasi poster besar Infinite.Wajah sang visual selalu membayanginya hingga ia terjangkit susah tidur.

"yah, sepertinya mengidolakan orang sepertinya tidak salah juga" ucapnya tak sadar melihat beberapa murid SMA yang heboh saat membaca berita di internet tentang 'comeback' Infinite melalui ponsel mereka.

"ah bodohnya aku" imbuhnya lalu masuk kedalam bus menuju rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, ia masuk kedalam ruang kerjanya dan memeriksa map rekam medis pasiennya.Sembari menunggu dokter lainnya tiba, Yuna mencoba memutar lagu yang kebetulan semalam ia unduh melalui ponselnya.Sebagai wanita biasa, ia penasaran dengan apa yang dilakukan pencuri hatinya.Terkadang menjadi stalker adalah pilihan utama.

Ya, Yuna juga gadis biasa seperti yang lain.

Terdengar sebuah lagu yang berirama cepat.Namun dalam hati ia merasakan kerinduan yang putus asa dalam lirik lagu milik Infinite tersebut.

'Dorawajyeo .. I want you back back back back back ... back back back back back ... '

"kembalilah, aku ingin kau kembali" ulangnya lirih.

Seseorang tersenyum lebar saat mendengar irama yang begitu familiar di telinganya.Bibir tipis itu seolah ikut mengatakan 'aku juga ingin kau kembali'.Di balik daun pintu bercat putih bersih itu, sosok tinggi yang sedang memegang dua cup vanilla latte panas sedang mengintip.

Bibirnya tersenyum.

"boleh aku masuk?" sapa Myungsoo mendorong pintu dengan ujung sepatu ketsnya.

Yuna yang masih asyik mendengar lagu berjudul Back itu rupanya tak tahu jika orang yang ia rindukan sudah berdiri di belakangnya sambil menyeruput latte.

Tuk tuk tuk

Yuna menoleh cepat saat lagu itu berakhir dan ia mendengar suara ketukan di meja kerjanya.

Deg
Deg
Deg

"selamat pagi, dokter" sapa Myungsoo manis.

Yuna yang tentu saja sangat terkejut menutup mulutnya dan terlihat begitu gugup.

"Kim Myungsoo-ssi?? sedang apa kau disini?" Yuna tak sadar jika wajahnya memerah dan membuat ekspresi Myungsoo jadi gemas.

"kenapa terkejut begitu? lihat wajahmu jadi merah" godanya iseng.

Yuna berdehem beberapa kali karena ini adalah 'kejutan' mendebarkan yang pertama kali ia dapatkan.Terutama dari seorang pria macam Kim Myungsoo.

"silakan duduk" ucapnya berusaha tidak kikuk.

Myungsoo menyodorkan cup latte milik Yuna dan memintanya segera diminum karena ia tak bisa berlama-lama disitu.

"eung~ aku tahu ini canggung, tapi kalau tidak dimulai begini aku rasa tidak akan ada kemajuan"

Yuna melongo mendengar cara bicara Myungsoo yang unik.Ia pun mati-matian menahan tawa bahagianya sekaligus tawa atas lelucon Myungsoo.

"kemajuan?" ulang Yuna geli.

"hmm kudengar kau mendengarkan lagu Back, apa kau diam-diam juga penggemar Infinite? kalau aku boleh tahu siapa yang kau idolakan dari kami bertujuh?" cerocos Myungsoo yang berusaha mengakrabkan dirinya.

Yuna tersenyum dan tersenyum.Ia sudah sangat lega dan senang dengan melihat sosok tampan itu hadir didekatnya.Memandangi wajahnya saja rasanya seperti mimpi bagi Yuna.

"aku hanya mendengarkan lagunya, lagipula aku tidak hafal siapa saja anggota Infinite"

Bibir tipis itu kembali tersenyum.

"kalau begitu syukurlah"

Yuna mengernyit heran.Diteguknya latte yang dibawakan Myungsoo perlahan.

'darimana ia tahu kalau aku suka vanilla latte?'

"syukurlah?" mereka masih tidak terbiasa untuk mengobrol panjang lebar.Apa saja yang sudah mereka lewati lebih intens daripada sebuah dialog antara pria dan wanita.

"karena kau hanya perlu mengidolakan satu orang saja" goda Myungsoo.Ia selalu tidak tahan untuk menggoda gadis yang ia sukai dengan lelucon romantis seperti ini.

"apa maksudnya? tanya Yuna tak paham.

Myungsoo berdiri lalu mendekat.Pria berhidung bangir itu menunduk hingga wajahnya sangat dekat dengan wajah Yuna yang sedang duduk.Sekilas ia bisa mencium aroma lembut vanilla yang berpadu dengan bunga bergamot dan mawar.Lembut tapi memberi kesan gairah.

"Kim .. Myung...Soo ... hanya itu yang perlu kau ingat" bisiknya sambil mengeja namanya sendiri.Myungsoo menatap dalam pada kedua manik Yuna yang tampak malu-malu.Yuna yang terlalu terkejut dengan sikap Myungsoo, sedikit menarik kepalanya kebelakang.

"ssstt ~ diamlah sebentar" pinta Myungsoo cepat.

Chup~

Bibir tipis itu mengecup singkat bibir mungil Yuna.

"morning kiss .... " bisik Myungsoo mengulas senyum dengan dimple manisnya.

Yuna masih membatu dan tidak bisa mengatakan sepatah kalimat pun atas perlakuan Myungsoo yang begitu mendadak.Segala sesuatu tentang pria bersuara tenor  itu sangat mengejutkan dan membuatnya speechless.

"kalau begitu aku pamit dulu ... dokter"

Greb

Yuna mencegah lengan Myungsoo.Pria muda itu pun terkejut lalu membalikkan badannya.

"eh~apa ada yang mau kau katakan?" tanyanya lembut.

Dentuman di dadanya semakin menggila ketika ia merasakan sentuhan dari jemari Myungsoo yang ia pegang.

"jelaskan padaku, mengapa kau....menciumku ?" Yuna tak sanggup menatap tajamnya manik elang Myungsoo.Ia memalingkan pandangannya.

"karena seharusnya kita memulai dari hal sederhana seperti itu, iya kan?" jawabnya jujur.

Deg
Deg
Deg

Yuna merasa wajahnya sangat panas dan mungkin sudah memerah.Beberapa kali bahkan ia mengipasinya dengan tangan.Hal itu membuat Myungsoo terkekeh lucu.

"memulai apa?"

Myungsoo mencubit kecil hidung Yuna lalu melambaikan tangannya dan menghilang dibalik pintu.Yuna sempat segera menengok keluar, dan ia tidak sedang bermimpi.Kedatangan Myungsoo di pagi hari ini memang nyata, buktinya adalah Myungsoo yang terburu-buru memasuki mobil sedan hitamnya di area parkir.Dan detik berikutnya ia melaju cepat ke jalan raya.

'aku memang sudah gila, aku berani bertaruh' batin Yuna.
.
.
.
"Myungsoo-ya !!" panggil Sunggyu sambil berlari.Ia membawa sebuah amplop.Nafasnya terengah karena berlarian dari lobi menuju ruang latihan.

"ada apa hyung? kenapa kau lari-lari?" tanyanya heran.

"anu ... ada surat untukmu, aku ke toilet dulu !" Sunggyu menempelkan amplop itu ke dada Myungsoo lalu kabur menuju kamar mandi.

"yak yak ... uh ada-ada saja" gerutu Myungsoo sambil membuka amplop berwarna biru muda tersebut.

'apa ini dari dia?' batinnya.

Ia pun duduk sebentar di bangku di sudut ruangan.

"surat dari siapa hyung?" tanya Sungjong yang barusaja masuk dengan kaos longgar dan celana pendek.

"ah bukan apa-apa, hanya surat pemberitahuan dari sutradara" elaknya lalu memasukkan kertas surat itu kedalam saku celana hitamnya.

Sungjong mengernyitkan dahinya heran.Tidak biasanya Myungsoo merahasiakan sesuatu darinya.

"apa itu dari seseorang? ahhh mungkin itu dari pacarnya" gumam Sungjong menebak.

"pacar? siapa yang punya pacar Jong?" sahut Woohyun.

"eh tidak kok hyung"

Woohyun menatap aneh punggung Myungsoo yang menghilang ke ruang baju ganti.

'apa benar Myungsoo punya pacar?' batinnya penasaran.

Sementara itu di kamar mandi, Myungsoo bukannya segera berganti baju.Ia justru duduk di kloset yang tertutup lalu terburu membuka surat yang ia jejalkan ke dalam sakunya tadi.Dengan rasa penasaran akut ia membukanya.

Hyung, aku sudah menyelidiki soal kamar 142 itu.Menurut pegawai hotel, dulu sebelum dipugar memang ada kamar nomor 142.Tetapi berdasarkan informasi dari pihak pegawai yang sudah pensiun, kamar 142 itu adalah kamar milik seorang samurai berwajah tampan yang menunggu kekasihnya tiba.Namun setelah sekian lama kekasihnya tak datang, ada seorang wanita muda yang salah masuk mengira kamar itu adalah kamarnya.Kemudian mereka jatuh cinta setelah mengalami banyak kejadian aneh..Sang wanita yang akhirnya menjadi istri samurai tersebut menulis sebuah buku yang menceritakan keajaiban kamar itu.Sampai sekarang buku itu belum ditemukan dan dicurigai jika ditemukan mungkin itu adalah salinan, bukan yang asli.Dan ada satu hal penting, sebelum sang samurai bisa hidup bahagia dengan wanita itu, mereka mengalami banyak pengorbanan.Mereka percaya bahwa hubungan itu adalah sebuah kutukan cinta, karena setiap kali mereka dipisahkan maka salah satu dari mereka akan menderita dan sakit keras.Hanya itu yang bisa kudapatkan hyung.Oh ya, enam tahun yang lalu setelah hotel itu direnovasi kamar nomor 142 dihilangkan dan diganti dengan angka 124 mengikuti urutan kamar bangunan terbaru.
Kim Moonsoo

Glek

'rupanya kutukan cinta itu bukan lelucon?' batin Myungsoo tak tenang.Sekali lagi ia dikejutkan dengan situasi membingungkan itu.

Myungsoo melipat kembali kertas dari adiknya yang kebetulan berada di Jepang untuk pertukaran pelajar.Ia diam-diam meminta adiknya mengirim informasi itu karena selama pertukaran pelajar tidak boleh menggunakan ponsel.Pikiran-pikiran soal kutukan cinta itu membuatnya ingin bertemu Yuna.

Dan memang, cuaca sedang dingin sekali.

"apa kau punya waktu?" ucapnya melalui telepon.
.
.
.
Sepanjang perjalanan menuju apartemen Yuna, Myungsoo tak henti memikirkan isi surat itu.Ia semakin cemas dan gelisah tentang apa yang akan terjadi padanya dan Yuna nanti.Ia tak habis pikir mengapa ada hal semacam 'kutukan cinta' tersebut ada.

Setibanya di sekitar apartemen, Myungsoo kembali menelepon.

"aku sudah di bawah, rumahmu lantai berapa?" pria yang kerap kali dijuluki top visual itu berjalan cepat di balik masker hitam dan jaket hitam miliknya.Walaupun area apartemen di situ sepi, tapi ia tak ingin mengacau jika ada papparazi yang usil menangkap gambarnya.Itu terlalu beresiko.

Ting tong~

Myungsoo mengetukkan ujung sepatunya beberapa kali ke lantai tak sabar.Selain itu ia juga dihinggapi rasa kikuk karena kemarin pagi sudah mencium Yuna di rumah sakit.

"kau sudah datang? ma .. masuklah" ucap Yuna setengah berbisik.

Myungsoo pun melangkah masuk dan untuk beberapa detik ia tersenyum melihat interior apartemen Yuna yang menurutnya elegan.Ia bisa mencium wangi lilin aromatheraphy yang juga biasa ia gunakan di kamarnya.Yuna menggunakan aroma green tea dan sedikit vanilla.

"kopi atau ... ?"tawar Yuna canggung.Ia masih sangat canggung berhadapan dengan Myungsoo.

"kopi tapi jangan terlalu manis ya" pintanya plus senyum dengan lesung pipit itu.

"oh oke, sebentar... Eung~ duduklah" Yuna menuju dapur dan segera membuatkan Myungsoo kopi.Ia melirik wajah Myungsoo yang tampak berpikir serius dari sana.

'kenapa aku selalu gugup jika bertemu dengannya? lagipula ini kan sudah hampir jam 9 malam'

Tuk

"minumlah" ujarnya lalu duduk di seberang Myungsoo.Pria muda itu memiringkan kepalanya karena jarak yang dibuat Yuna terlampau jauh.

Srett~

"duduk disini saja" ucap Myungsoo setelah menarik Yuna agar duduk lebih dekat dengannya.Hingga indera penciuman Yuna bisa mencium aroma parfum maskulin yang dipakai Myungsoo.

"oh ya, apa kau tinggal sendirian?" entah mengapa Myungsoo tiba-tiba bertanya tapi Yuna tersenyum.

"begitulah, kenapa kau kemari?" tanyanya gugup.Myungsoo melingkarkan tangannya di sekitar pinggang Yuna dan sesekali ia merapatkan tubuhnya yang dingin.Mungkin karena hari ini salju mulai turun, dan ia lupa memakai baju hangat.

'Tuhan, ada apa denganku? dan pria ini mengapa ia selalu begini?' protes Yuna.

"maafkan aku, aku kedinginan" ucapnya lucu sambil mengusak hidungnya yang memerah.Myungsoo merasa tubuhnya sangat dingin dan kepalanya sedikit pusing.

'setiap kali kita bertemu, selalu terjadi hal yang intim' gumam Yuna dalam hati.Namun tak dipungkiri ia merasa terbuai oleh sikap Myungsoo yang to the point.

"ahh hangatnya" gumam Myungsoo mendesakkan badannya pada Yuna.Gadis itu terlihat belum bisa menyesuaikan diri dengan Myungsoo.

"sebaiknya kuambilkan selimut" Yuna ingin sekali membasuh wajahnya yang memanas dengan air es.Namun bukan Myungsoo namanya kalau mudah dibohongi.

"kau saja yang jadi selimutnya, itu sudah cukup" ujarnya tanpa basa-basi.

'aduh ... kenapa jantungku berdebar keras untuk bajingan seperti dia ini' keluh Yuna salah tingkah.

Selama beberapa menit ia membiarkan Myungsoo memeluk pinggangnya sembari menyeruput kopi.Setengah mati ia menahan desiran darahnya yang mengamuk.Yuna mencoba mengalihkan perhatian Myungsoo.Sentuhan kulitnya dengan kulit Myungsoo memperjelas ingatan malam itu.Yuna merasakan suhu tubuh Myungsoo yang sangat hangat.Ia tak mengijinkan hormonnya bekerja lebih cepat dari ini.

"apa yang mau kau katakan?" tanya Yuna penasaran.Myungsoo menarik Yuna hingga berbenturan dengan pinggulnya.

"Eh /?" pekik Yuna.

"aku merindukanmu" bisik Myungsoo usil.

Glek

Yuna menelan ludahnya kasar.Tenggorokannya mendadak kering dan ia kesulitan bicara.

"maksudku hal yang penting ... yang penting" Myungsoo malah terkekeh lucu.

"oh ya, kau masih ingat kan buku itu? sekarang bacalah ini" ucap Myungsoo mengeluarkan surat yang sudah agak kusut karena masuk ke saku celananya.

Yuna mengernyitkan dahi.

"apa ini?"

'soal kutukan cinta itu lagi?' umpatnya dalam hati.

Myungsoo menyandarkan kepalanya di pundak Yuna dan ia memejam.Sementara Yuna masih membacanya diliputi rasa yang tak karuan.

"Fiuhh~ kurasa soal kutukan cinta itu ... kita .." Yuna terhenti karena menyadari jika Myungsoo sudah tertidur pulas dengan dengkuran halusnya menyapa telinga.Untuk sejenak Yuna memandangi wajah tampan yang begitu dekat dengannya.Ia merasa de javu, seperti saat Myungsoo pergi ke rumah sakit dan pertama kali mereka bertemu setelah di kantor polisi.Yuna tersenyum kecil.

'harusnya kau pria yang tenang, jadi aku bisa mengendalikan diriku juga' gumamnya geli.

Srett

"jangan kemana-mana, temani aku" gumam Myungsoo mencegah tubuh Yuna berpindah.Kedua matanya masih terpejam dan kelihatannya ia sangat lelah.

"tapi aku harus ..."



Komentar

Postingan populer dari blog ini

When BTS Member Sick pt.2 Jeon Jungkook

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! GENRE      :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 2.Jeon Jungkook “ maknae , tolong ambilkan air minum dilantai bawah” teriak manajer hyung. Kali ini mereka sedang berkumpul diruang latihan.Semuanya tampak kelelahan dan mandi keringat.Jungkook bergegas menuruni anak tangga dan mengambil botol air mineral permintaaan manajer hyung. “ah berat juga ternyata” gumamnya sambil mengangkat kardus air mineral itu kedalam lift .Jungkook terlalu lelah untuk menaiki tangga dengan membawa beban.

My 4D Doctor pt.1

Main cast    : Kim Taehyung a.k.a V dan Hwang Rimi OC             : BTS member Genre          : Romance/AU/Slight comedy Rate            : T to M Length         : Chaptered Disclaimer   : Saya bukan penulis profesional, jadi mohon maaf apabila ada istilah-istilah yang keliru dalam fanfict ini.Kim Taehyung sepenuhnya milik ibu dan ayahnya/?, saya disini meminjam karakternya saja.Jalan cerita ini bersih dari kata plagiat dsb karena imajinasi datang dari mimpi/? author sendiri. Don’t be silent reader, RnR jusseyoo ! . .    Prologue 10 Tahun Silam “Taehyung-ah !... Taetae-ya !.... cepat kemari, tangan Jimin terluka ! dia berdarah !!” teriak seorang remaja laki-laki 12 tahun di depan sebuah jendela besar kamar milik Taehyung. Anak itu berteriak ketakutan s...

When BTS Member Sick pt.1 Park Jimin

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! Genre         :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 1.Park Jimin (Chimchim) Hari ini,   namja yang dikenal dengan tubuh atletisnya itu masih tertidur diranjangnya yang nyaman.Ia tak menyadari bahwa semua member sudah bersiap untuk berangkat menjalani schedule pagi itu.Dimulai dengan pengambilan gambar disebuah toko brand tas ternama lalu menuju ke luar kota untuk fansigning .Mungkin kegiatan mereka baru akan berakhir nanti malam.Jimin menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan sakit.Mata sipit itu terbelalak ketika melihat jam wekernya sudah menunjukkan angka 8 lebih.Cepat-cepat ia beranjak dari tempat tidurnya, tetapi… BRAKKKK BUGH ...