Yuna.
Gadis itu tertidur disamping Myungsoo dengan pulas.Rambutnya terurai kesana kemari dan bibir mungilnya agak terbuka.
"HUWAAAA ~~ Yak yak yak kenapa orang ini disini??? Yak yak .... Hoyaa hyung !!"
Seperti barusaja melihat hantu mengerikan, Myungsoo menutupi wajahnya dengan selimut.Ia berharap keberadaan Yuna hanyalah halusinasi karena ia masih sedikit mabuk.
Sret.
Ia mengintip dari balik selimut sambil berkomat-kamit dalam hati bahwa didepannya tidak ada siapa-siapa.
Myungsoo menekan jantungnya yang bergemuruh.Dengan memberanikan diri ia menekan pipi Yuna untuk memastikan ini hanya mimpi.
"Ngghhh"
"Eughhh"
Tiba-tiba Yuna menggeliat lalu merapatkan tubuhnya yang hanya dilapisi pakaian dalam pada Myungsoo.Jemarinya bergerak-gerak mencari sesuatu di sekitar perut Myungsoo.Wajah Myungsoo memerah sempurna.
'Ke ... Kenapa dia meraba tubuhku? Jangan ... !! Hentikan tanganmu sekarang Yuna-ssi ... Kau tidak boleh menyentuh .... '
"Eughkkk ... kubilang jangan menyen...tuhnya" umpatnya terputus.Myungsoo menahan ngilu saat jemari Yuna meremas bagian privatnya yang sudah menegang.Keringat mulai membasahi dahinya.
Myungsoo ingin Yuna segera melepaskan tangannya.Namun dokter berbibir mungil itu justru menarik kebawah pengait resleting celana jeans yang dipakai Myungsoo, sementara kedua matanya masih terpejam.Bibir mungil Yuna mengendus lengan kekar Myungsoo dan mengecupnya beberapa kali.
'Andwae ... Yuna-ssi ... Andwae .... Jangannn lakukan ituu' teriaknya dalam hati.
Myungsoo merasakan semua tubuhnya panas.
'Yuna-sii kumohon .... '
Nafasnya terengah-engah dan dada bidangnya naik turun dalam tempo cepat.Myungsoo merasakan jemari Yuna sekarang bergerak menelusup kedalam celana dalamnya.
"ANDWAE !!" teriaknya ke udara.
"Akhhhh" Myungsoo melenguh hebat saat Yuna memijat kasar bagian privatnya.Tenggorokannya sangat kering.
Butiran keringatnya semakin banyak dan dia memaki dalam hati 'aku lebih baik mati saja'.
"Akhhh sssshh" kali ini bukan Myungsoo yang mendesah.
Yuna menggeliat dan membelai abs Myungsoo.Ia merambatkan tangannya keatas lalu berhenti di tengkuk pria yang hanya bisa menahan hasratnya agar tidak menerjang Yuna detik ini juga.
Srett.
Yuna menarik tengkuk Myungsoo mendekat ke wajahnya dan meraba bibir tipis Myungsoo yang memerah.
'Tuhan ... Ampuni aku' jeritnya menyerah.
Ia tak bisa menahan lagi naluri kelelakiannya lebih lama.Dengan jantung yang berdentum kalap ia meraih dagu Yuna dan menekankan bibir tipisnya.Seluruh aliran darahnya berdesir hebat hingga ke ubun-ubun.Perlahan ia merengkuh tubuh Yuna dan mendekapnya erat.Ia merasakan hangat kulit Yuna menyentuh kulitnya.Kim Myungsoo tak sanggup menanggung rasa nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Myungsoo melenguh pasrah.
Tanpa ragu ia mencium, melumat dan menghisapnya kuat.Hingga membuat Yuna membuka matanya--tersadar.
'Apa ini ???? Kenapa ada yang bergerak dibibirku?' batinnya panik.
Ia terbelalak saat menyadari Myungsoo menindih tubuhnya dan entah sejak kapan pengait bra miliknya terlepas.Yuna terkejut sekaligus merasa bingung melihat wajah tampan pria berlesung pipit itu begitu dekat dengan wajahnya.Tidak, bukan dekat lagi, lebih tepatnya wajah mereka saling terhubung melalui french kiss yang Myungsoo lakukan.Yuna bisa melihat pori-pori halus disekitar mata elang Myungsoo.Aroma parfum Myungsoo yang maskulin menggelitik hidungnya.
Ia merasakan bibirnya disapu lembut oleh bibir tipis Myungsoo dan lidah itu menerobos rongga mulutnya tak sabaran.
'Apa yang terjadi? Kenapa aku disini? Kenapa dia menciumku?'
Mata Yuna mengerjap pelan.
"Ashhh~ kenapa ... kau menggodaku hum?" bisik Myungsoo nakal.Ia menggigit kecil bibir Yuna lalu mengecup cuping telinganya hingga gadis itu menggelinjang.
'Ahh sial kenapa Myungsoo-ssi sangat menggairahkan?'
Ia juga menyerah pada dirinya.
Pelan tapi pasti, ia membalas semua sentuhan menggila yang mendarat di sekujur tubuhnya, terlebih di titik sensitif miliknya.Dipeluknya pinggang berotot yang menekan perut bawahnya, sesuatu yang keras membuatnya ngilu.
"Sakit" bisiknya serak.
Hasratnya seperti disulut api, Myungsoo pun semakin kalap dan menghisap-gigit puting kemerahan Yuna.Pria berjuluk visual itu kian menjadi dan tergesa-gesa menurunkan celana dalam Yuna.Diikuti dirinya yang melepas kaos tanpa lengan serta jeans yang ia lemparkan ke lantai.Myungsoo bahkan menggigit bibirnya sendiri karena dibuai rasa menakjubkan yang membuncah dalam dirinya.
Kedua manik elangnya berkilat.
"Yunaa~ Pleaseee baby ... Gimme that" desahnya dengan suara serak.Ia kembali mencumbui setiap lekuk tubuh Yuna dan membelai bagian privat gadis yang kini bibirnya sedikit bengkak.Ciuman Myungsoo tadi terlalu kuat.
"Ahhh Myung ... Soo-ssi ... Ashh" racaunya tak karuan saat jemari Myungsoo berputar di bibir kewanitaannya yang sudah mengeluarkan cairan bening nan licin tersebut.
"Ugghhhh .... Assshhh ouhh pleasee ... Myunghhh" racaunya ke udara.Kepalanya tertarik kebelakang dan secara refleks ia meninggikan pinggulnya.
"Asssa baby .... I got you up" Myungsoo membuka kedua paha Yuna sambil mengecup liar.Dengan mata sayu namun tajam, dimainkannya bibir kewanitaan Yuna.Ia menggigit bagian bawah bibirnya karena nikmat.Sedangkan Yuna berkali-kali menahan nafas merasakan sensasi dahsyat yang diberikan Myungsoo.
Percampuran antara efek alkohol, hasrat yang membuncah, udara kamar Myungsoo yang mulai panas serta aroma kulit masing-masing yang membuat saling ketergantungan.
"Akkkhh ~ appo ... " pekiknya saat Myungsoo menekan kepala kejantanannya memaksa masuk kedalam milik Yuna.Ia merasakan kedutan cukup kuat pada bagian privatnya yang barusaja merobek hymen gadis bermata bulat tersebut.
"Aahhhhsss~ " mata Myungsoo memejam nikmat.
Sejenak Myungsoo melihat dahi Yuna berkerut menahan perih.Lantas ia mengecup sayang bibir Yuna seolah itu adalah permintaan maaf.
"Maaf dear~ aku akan bergerak pelan" bisiknya manis.
Entah mengapa Yuna mengangguk dan meraih tengkuk Myungsoo lalu melahap bibir tipis seksi itu sebagai pelampiasan rasa perihnya.
'Kau sangat menggoda Yuna-aa'
Tak lama kemudian Myungsoo menghujamkan seluruh miliknya dan membuat ranjang king size itu berdecit mengikuti pinggulnya bergerak naik turun.Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat Yuna mendesahkan namanya ke udara.
"Myungh .... Soo ... Ahhh Myungsooo .... Hashhhhh"
"Ouhhhh~ mendesahlah .... aku akan memberimu kenikmatan .... Yassshhhh"
Diantara lenguhan, desahan nikmat dan teriakan manis dirinya dan Yuna, terdapat rasa aneh yang menyelimuti hatinya.
Kehangatan dan rasa menyatu yang membahagiakan.Seolah Myungsoo merasa ia sedang diinginkan begitu hebatnya.
Ia tersenyum kecil.
'Apa aku jatuh cinta?' gumamnya dalam hati.
Ia dan Yuna bermandikan peluh dengan suhu tubuh panas dihujam sentuhan, belaian dan ciuman yang tak bisa didefinisikan dengan kata.
.
.
Myungsoo mengerjap pelan saat gorden kamarnya diterpa sinar mentari.Ia melirik Yuna yang masih terkapar tak berdaya setelah ia 'menghajarnya' semalam.Ranjang putih-hitam itu berantakan dan pakaian keduanya berserakan di lantai.
.
.
Myungsoo mengerjap pelan saat gorden kamarnya diterpa sinar mentari.Ia melirik Yuna yang masih terkapar tak berdaya setelah ia 'menghajarnya' semalam.Ranjang putih-hitam itu berantakan dan pakaian keduanya berserakan di lantai.
Aroma alkohol masih sedikit tercium, namun membaur dengan aroma maskulin dari parfum Myungsoo serta aroma manis dari Yuna.Jangan lupakan aroma khas hasil orgasme keduanya yang cukup banyak.Mengingat ini adalah yang pertama bagi keduanya.
'Jadi seperti ini rasanya bercinta?'
Bibir tipis kemerahan itu tersenyum idiot.Ia melihat pantulan tubuhnya didepan cermin besar.Matanya yang sayu, rambut hitamnya mencuat disana sini, beberapa bekas kemerahan disekitar leher jenjangnya dan juga bibir tipisnya yang agak membengkak.
Fokus maniknya berubah menatap sosok yang sudah mengubah dirinya menjadi Kim Myungsoo yang liar.Diatas ranjang nyaman miliknya Yuna masih tidur dengan dibalut selimut beludru hitam kesayangannya.
"Mianhae~ " bisiknya lembut.Myungsoo menyentuh pelan pipi Yuna berharap semua rasa sakit yang ia berikan semalam berangsur reda.Kemudian ia membetulkan selimut pada tubuh Yuna dan pergi ke kamar mandi.
"Ouch pinggangku~ " ujarnya lelah.
15 menit kemudian.
"Akhh ... " Yuna meringis saat sadar akan kejadian semalam.Bagian kewanitaannya perih dan nyeri.
Kemudian dokter bermata jernih itu ingat semuanya.
Perasaan yang sulit dijelaskan baginya.Kepalanya dipenuhi adegan dimana Myungsoo mendesah dan mencium bibirnya penuh nafsu.Mata elang berkilat itu dan rasa nikmat bertubi-tubi yang diberikan Myungsoo semalam.
Tap
Sepasang kaki itu terhenti didekat ranjang.Dan membuat jantung Yuna kembali terjaga.
"Ngg~ aku sudah menyiapkan sarapan ... " ucap Myungsoo canggung.Namun tak dipungkiri kali ini ia juga diliputi rasa nyaman, aneh, namun membuat ia berdebar.
Yuna memijit pelipisnya dan entah kenapa airmatanya terjatuh begitu saja.
Pria 27 tahun itu mendekat lalu menempatkan Yuna dalam pelukannya yang hangat.Tubuh jangkung Myungsoo terasa seperti pelindung bagi Yuna.
"Menangislah Yuna-ssi ... Aku tahu kau tidak akan maafkan bajingan seperti aku" bisiknya pelan.
Bukan sebuah penolakan seperti perkiraan Myungsoo, namun Yuna justru memeluknya sambil tersedu.
"Aku ... Tidak akan pernah memaafkanmu Myungsoo-ssi ... tidak akan ... " ucapnya terbata ditengah tangis.
Myungsoo tersenyum tipis dan memberikan kenyamanan pada Yuna dengan mengelus sayang punggungnya.
'Kuharap jantungmu sama berdebarnya dengan milikku' Myungsoo menatap jauh kedalam manik gelap Yuna.
.
.
.
Sampai beberapa hari Yuna masih merasakan jantungnya mengamuk setiap mengingat Myungsoo.
.
.
.
Sampai beberapa hari Yuna masih merasakan jantungnya mengamuk setiap mengingat Myungsoo.
Ia tak pernah lupa bagaimana Myungsoo tersenyum.
Bagaimana Myungsoo menatapnya tajam.
Bagaimana Myungsoo dan dirinya menghabiskan malam pertama setelah mabuk.
Bagaimana Myungsoo memeluknya dan berkata lembut.
Bagaimana Myungsoo membuatkannya sup hangat dan nasi goreng untuknya.
Semuanya, semua hal yang Myungsoo lakukan padanya.
Yuna menyukainya.
"Apa kali ini aku akan benar-benar gila?" gumamnya bermonolog.
Tok tok tok
Yuna dikejutkan suara pintu ruangannya diketuk seseorang.
To be continue ...
Komentar
Posting Komentar