Author :
kaizza24
Cover :
kaizza24
Main cast :
Kim Taehyung, Eun Jina, Park Jimin.
Genre :
Romance/AU/Hurt/Tragedy/Slight Psycho
Rate :
PG-17
Length :
Chaptered
Disclaimer :
Summary :
“anak
itu pasti menyembunyikan putriku di tempat tinggalnya, dan Jimin pasti
mengetahui sesuatu tentang itu”
.
.
.
Jemari Jina bergerak-gerak gelisah pada layar
ponselnya.Sudah dua jam ia memandangi benda dengan bentuk persegi pipih itu
dengan raut wajah resah karena Jimin belum juga memberikan kabar dimana ia
berada setelah kabur dari rumahnya.
Namja yang kini sudah tertidur dipangkuannya itu
agak mendengkur, ia tampak sangat letih karena kejadian sepanjang sejak pagi
tadi.Perlahan mata gadis bernama lengkap Eun Jina itu memperhatikan wajah lelah
Taehyung.
Diusapnya pipi tirus itu dengan penuh sayang.
“tidurlah Taehyung-ah, lupakanlah semua hal yang
menyakiti hatimu” bisiknya lirih.
Hingga detik ini, Jina tidak pernah menyangka bahwa
dirinya benar-benar sudah menyerahkan hatinya pada namja bersurai coklat gelap
itu.
Sakit mental?
Ataukah terjerat dalam pahitnya masa lalunya bersama
Nara?
Jina tidak peduli lagi.
Walaupun, ia harus menangisi keputusannya untuk
lebih menjaga Taehyung daripada harus mendengarkan kedua orangtuanya.
Terakhir kali, ia merasa sesak ketika melihat sosok
Taehyung dengan tanpa alas kaki berjalan untuk mencarinya.Jina tak dapat
melupakan barang satu detik pun saat Taehyung begitu rapuh dan membutuhkan
tangan-tangan lembutnya.Pada wajah yang tak tahu bagaimana bangkit dari masa
lalunya yang kelam.Gadis itu masih teguh untuk berada disisi Taehyung.
Drrt drrrt
Jina terperanjat ketika menyadari ponselnya
berdering.
Ia tampak terkejut melihat nama yang tertera disana.
Kim Tae Woon.
Ayah Taehyung.
Deg
Jina menelan ludahnya kasar.
“h..halo tuan
Kim?”
“aku
mendapat kabar dari dokter Min, kalau Taehyung-ie sudah semakin membaik, apa
itu benar?”
Jina menatap wajah Taehyung sebentar.
“Taehyung-ssi lebih tenang dari terakhir kita
konsultasi ke dokter Min, dan dia sekarang sudah jarang terbangun ditengah
malam untuk pergi ke…pemakaman” ia menurunkan nada bicaranya di akhir kalimat.
“baguslah,
kalau begitu uang gajimu untuk bulan ini akan segera kutransfer sekaligus uang
bonus karena kau telah menjaganya dengan baik”
Jina ingin sekali menangis dan teriak ketika ayah
Taehyung menyinggung jumlah uang yang ia terima karena pekerjaan itu.Jumlah
yang fantastis itu bukan malah membuatnya senang, namun ia justru semakin
sedih.Sesungguhnya ia tidak menginginkan hal itu, ia hanya sudah berjanji untuk
mengembalikan Taehyung seperti sedikala.Jina kesal jika semua pengorbanannya
demi Taehyung harus ditukar dengan uang.Namun ia tak punya pilihan lagi.
Ia menahan agar tidak menangis.
“saya mengerti tuan Kim, terima kasih”
Tut tut tut
Otaknya kembali dipenuhi banyak hal.
Dan ia baru menyadari satu hal penting.
Waktu yang sudah ia lewati untuk menjaga Taehyung
adalah satu bulan 5 hari.Jadi sisa waktu yang sudah menjadi perjanjian antara
dirinya dan kedua orangtua Taehyung hanya tertinggal 25 hari lagi.
‘waktu
terlalu cepat berlalu, aku masih ingin seperti ini’
batinnya tak tenang.
Jina sendiri bingung mengapa orangtua Taehyung hanya
memberikan waktu dua bulan.Sedangkan menurut dokter Min, proses penyembuhannya
memakan waktu minimal enam bulan.Kenyataan bahwa kedua orangtua Taehyung yang
sangat sibuk itu tak memungkinkan jika harus menemui putranya, apalagi untuk
menjaganya.Lalu bagaimana jika akhir bulan nanti Taehyung akan dibawa oleh
kedua orangtuanya keluar negeri?
Tiba-tiba Jina merasa tidak rela walau hanya
memikirkannya saja.
Gadis itu mengusak pelan rambut Taehyung dan
mengecup dahinya.
“ngghh” Taehyung menggeliat.
Namja itu beringsut dari posisi tidurnya.
Lalu ia duduk mengamati Jina.
“aku haus” ulangnya.
Jina agak terkejut saat jari telunjuk Taehyung
menekan pipinya.
“maafkan aku, tunggu sebentar” ucapnya sambil
berlalu menuju dapur.
Kedua manik Taehyung fokus mengamati gerak-gerik
Jina menuangkan air mineral dingin itu kedalam gelas sambil melamun.Hampir saja
ia menumpahkan isi gelas itu karena terhuyung.
“minumlah” pinta Jina memberikan gelas itu pada
genggaman Taehyung.
Taehyung tersenyum kecil.
“kau tersenyum?” pekik Jina senang.
Taehyung mengangguk dan menghabiskan airnya dalam
sekali tenggak.Ia memang terlihat kehausan.
“sakit” Taehyung menunjuk jemari kakinya yang lecet
karena berlari menuju rumah Jina tadi pagi.
Jina meraih kaki jenjang itu dan menaruhnya diatas
pangkuan.Gadis itu mengamati luka-luka itu dengan tatapan nanar.
“kurasa kita harus pergi ke dokter, aku tidak tahu
cara merawat luka ini” gumamnya.
Taehyung mengangguk pelan.
.
.
Di
rumah sakit---Jina memapah Taehyung menuju ruangan
dokter Min.Setelah semalam Taehyung mengeluh karena luka di kakinya menjadi
membengkak dan namja itu mengalami demam, pagi ini Jina membawanya ke rumah
sakit.
Dokter Min terkejut melihat kedatangan Jina yang
memapah Taehyung.Pria berusia empat puluhan itu membantu Taehyung duduk di
kursi.
“apa yang terjadi?” tanyanya khawatir.
Jina terdiam sebentar karena bingung untuk menjelaskan
kronologi kejadian sebenarnya pada dokter Min.
“ngg, Taehyung-ssi lupa memakai alas kakinya saat
pergi keluar, dan dia berlari di jalan yang berbatu” terangnya gugup.
Dokter Min yang keheranan dengan penjelasan Jina itu
mengernyitkan dahinya.
“kenapa dia berlari di jalan yang berbatu? Apa
sesuatu terjadi pada kalian berdua?”
Jina terdiam, ia tak tahu harus menjelaskannya
darimana.
“dan aku terjatuh” sahut suara berat disamping Jina.
Deg
Jina menatap wajah Taehyung heran.Seakan ia tak
percaya kalimat itu keluar dari mulut Taehyung.Dokter Min yang juga tampak
tidak percaya itu juga menatap Taehyung dengan senyum tipis di wajahnya.
“Taehyung-ah, apa kau barusaja mengatakan sesuatu?”
tanya beliau.
Namja itu menatap Jina lalu mengangguk.
“terima kasih Tuhan … “ gumam Jina bahagia.
.
.
“dimana anak itu ,tsk?” gumam tuan Eun ketika
mendapati rumah Jimin yang kosong.
Dua hari sejak peristiwa kaburnya Jina dari rumah,
beliau giat mencari keberadaan Jimin, keponakannya yang tiba-tiba menghilang.Ia
tak muncul samasekali bahkan ponselnya juga tidak aktif lagi.
Pria paruh baya itu mendengus kesal.
“Eun Jina, apa kau tidak mau pulang?” ucapnya lirih.
Tuan Eun memang merasa bersalah karena sifat
kerasnya yang menimbulkan masalah dengan putri semata wayangnya tersebut.Namun
ia juga tidak bisa memaafkan kesalahan fatal Jina yang sudah berbohong tentang
pekerjaannya yang sebenarnya.Ditambah lagi kehadiran sosok Taehyung yang terus
mengganggu pikiran tuan Eun.Kesalahpahaman itu merubah cara pandang beliau pada
Taehyung.
“sebenarnya ada hubungan apa Jina dengan anak itu?”
gumamnya.
Beberapa waktu yang lalu tuan Eun sudah meminta
bantuan pada kakaknya di Seoul untuk mencari keluarga Kim.Beliau ragu jika
Taehyung adalah putra dari seseorang yang berada.Karena kesan pertamanya pada
namja tampan itu sudah tidak baik, jadi tuan Eun tidak berpikir bahwa Kim
Taehyung sebenarnya adalah putra satu-satunya dari keluarga Kim yang kaya raya
itu.Ayah Jina tersebut tidak ingin putrinya mengalami sesuatu yang buruk di
kota.
Drrrt drrrt
“hyungnim, apa sudah ada kabar?”
Raut wajah tuan Eun mendadak lesu ketika orang yang
dipanggil dengan sebutan ‘hyungnim’ itu
memberitahu jika ia belum menemukan orang yang ia cari.
“ada
beberapa keluarga Kim yang belum kuselidiki, salah satunya Keluarga Kim Tae
Woon, pengusaha kaya raya itu.Tapi aku mendengar kabar kalau putranya belajar
ke luar negeri, jadi tidak ada alasan untuk bersama Jina”
“sudahlah kalau begitu, biar aku sendiri yang
mencarinya”
Tuan Eun menghela nafas berat dan menjatuhkan tubuhnya
di kursi kayu didepan rumah Jimin.Ia tampak bingung kemudian menengok kembali
kedalam rumah sederhana itu untuk memastikan Jimin memang tidak ada dirumahnya.
.
.
Taehyung terbangun dari tidurnya pagi ini dengan
wajah yang segar.Ia membuka tirai kebiruan itu untuk melihat cerahnya cahaya
matahari yang menerobos jendela apartemen miliknya.Namja tampan itu memejamkan
kedua matanya untuk sekedar membiarkan kulitnya diterpa sinar matahari yang
hangat.
Tap
“kau sudah bangun Taehyung-ah?” sapa Jina sambil membawakan
sarapan di nampan.
Namja itu tidak menoleh.Ia masih menikmati hembusan
angin pagi.
“ahh kau ingin pergi jalan-jalan? Hm?”
Taehyung membalikkan badannya menatap Jina dengan
tatapan datar.
“jalan-jalan?” ulangnya lirih.
“tapi kau harus menghabiskan sarapanmu dulu” lanjut
Jina menaruh nampan berisi scramble egg
dan roti bakar itu di atas meja.
Taehyung pun mengikuti Jina lalu duduk.
“Jina” ucap Taehyung pelan.
Deg
Hati Jina mencelos senang mendengar sapaan itu.Ini
adalah pertama kalinya Taehyung menyebutkan namanya dengan jelas.
“i..iya, ada apa?” jawabnya gugup.
Jemari Taehyung meraih telapak tangan Jina dan
menepuknya pelan.
“terima kasih”
Jina membatu, ia berusaha mengontrol perasaan senang
yang membuncah dalam hatinya saat ini.Dan entah mengapa ia juga merasakan
Taehyung memanggilnya dengan nada yang sangat lembut.
“ke..kenapa kau berterima kasih? Itu tidak perlu”
Jina menarik pelan jemarinya karena malu.
Bagaimanapun juga, Taehyung tetap seorang namja.Dan
Jina juga seorang gadis yang dalam masa beranjak dewasa.Terkadang ia bermimpi
melihat sosok yang ia sayangi itu benar-benar sembuh dan suatu hari menjadi
kekasihnya.Layaknya namja dan yeoja.Tentu saja sentuhan Taehyung akan membuat
Jina semakin gugup.
“tidak apa-apa” jawab Taehyung.
Ia bergegas menyuapkan sesendok penuh scramble egg buatan Jina kedalam
mulutnya.Dan lihat eye-smile lucu
diwajah Taehyung.Jina tampak malu dan mencoba mengunyah rotinya sendiri tanpa
rasa gugup.
‘aku
bahagia melihatmu seperti ini, Taehyung-ah’ batin Jina bahagia.
Beberapa saat kemudian bell apartemen Taehyung
berbunyi nyaring.
Jina yang belum menghabiskan sarapannya itu berlari
untuk membukakan pintu.
“siapa??”
Pintu berat itu terbuka perlahan.
Jina sangat terkejut dengan sosok bermata sipit yang
berdiri di depannya sekarang.
Park Jimin.
“Ji..Jimin-ah?, Jimin-ah kenapa kau ada disini?”
tanya Jina panik.
Jimin—namja
yang juga keponakan Jina sendiri itu berdiri dengan wajah yang pucat dan
beberapa luka di tangan dan kakinya.Ia terlihat barusaja mengalami kecelakaan.
Srek.
Jimin menggeser kakinya, mencoba untuk berjalan
mendekat kearah Jina.
“Jimin-ah, kenapa kau diam saja? Apa yang sebenarnya
terjadi?” Jina mulai takut dan mengulurkan tangannya untuk membantu Jimin
berjalan.
Perlahan ia membawanya masuk.
“maafkan aku noona” ucapnya lirih.
Jimin masih terus merasa bersalah karena kejadian
beberapa hari yang lalu.Jika saja ia tidak memberitahu tentang keberadaan Jina
pada pamannya, mungkin ia masih bisa bekerja membantu pamannya di perkebunan,
bukan melarikan diri seperti ini.
“katakan padaku, kau ini kenapa?” Jina memberikan
handuk kecil untuk Jimin.
Ia melihat namja yang 3 tahun lebih muda darinya itu
pucat pasi.
“aku kurang berhati-hati noona, dan aku menyetir
sambil melamun” ucapnya.
Kedua manik coklat Jimin mengedarkan pandangan dan
sedikit kaget karena mendapati sosok jangkung Taehyung yang berdiri di samping
Jina.Jimin menelan ludahnya kasar.Ia merasa seperti bertamu kerumah seseorang
yang sudah menikah.Dan ia membenci fakta bahwa Jina hidup bersama dengan namja
yang ia benci.
Kim Taehyung.
“jangan khawatir, dia sudah lebih baik, sapalah”
pinta Jina.Ia berharap Jimin bisa sedikit mengakrabkan dirinya dengan si
pemilik rumah.
Ia menghela nafas berat dan membuang jauh-jauh
pikiran buruknya demi Jina.Kalau saja Jina tak hidup bersama Taehyung, mungkin
namja bermata sipit itu sudah menghajarnya karena cemburu.
“Halo Taehyung-ssi” sapa Jimin malas.
Taehyung menatap Jina lalu tersenyum.Ia tampak
sangat normal dengan aksen senyum manisnya yang khas.
“Halo temannya Jina” jawabnya pelan.
Jina tersenyum karena Taehyung memperhatikan dirinya
saat ia diajari cara bergaul dan bersosialisasi.
Ini tidak buruk.
“kau terluka?” lanjutnya menunjuk lutut Jimin yang
berdarah.
Taehyung mengambil ponsel milik Jina dan menekan
nomor panggilan cepat kedua, dokter Min.
Jina hanya terbelalak menatap kemajuan pesat
Taehyung yang sudah dapat merespon dengan benar untuk situasi di sekitarnya.Dan
harapan untuk kesembuhan Taehyung semakin besar.
“halo dokter Min, ada anak terluka dirumahku, cepat
obati dia” Jimin hanya mendengus kesal saat melihat Jina terkekeh kecil.
‘kenapa
dia bisa tertawa setelah mengalami banyak hal begitu?, mungkin dia sudah
tertular penyakit mental namja ini’ gerutunya dalam hati.
“ehoaa bagus sekali Taehyung-ah” Jina menepuk
punggung disampingnya.
Namja berhidung bangir itu menatap tajam kearah
Jimin saat Jimin terus memandangi Jina.
“kenapa dia melihatku seperti itu noona?,
menyebalkan sekali”
“dia memang begitu, jangan terlalu dipikirkan, kau
bisa tinggal disini sampai besok Jimin-ah, aku tidak yakin kau sanggup pulang
kerumahmu sekarang, dengan kondisi begini.Tunggulah sebentar sampai dokter Min
datang, aku akan menyiapkan sesuatu yang hangat” ucap Jina sembari menyuruh
Taehyung untuk menemani Jimin diruang tamu.
“arrasseo” gumamnya lesu.
Gadis muda itu beranjak ke dapur dan mulai terdengar
bunyi alat masak disana mulai berdentingan.
Jimin yang sudah kelaparan itu menghirup dalam-dalam
aroma masakan Jina.Sedangkan Taehyung terus menatap tajam gerak-gerik Jimin.
“yak, kenapa kau melotot padaku?” ucapnya kesal.
Taehyung mengubah fokus matanya ke majalah yang ada
ditangannya.Hal itu membuat Jimin semakin kesal.
‘kalau
saja namja ini tidak sakit, dia sudah mati ditanganku’
Jimin benar-benar tidak menyukai situasi seperti ini.
.
.
.
Amerika
Serikat---Seorang pria paruh baya itu sedang menikmati
angin sore dari balkon hotel miliknya.
Dari raut wajahnya, ia tampak senang setelah
mengobrol cukup panjang via telepon bersama dokter Min.
Tuan Kim Tae Woon.
Ayah dari Kim TaeHyung.
“ah aku harus segera menjemput Taehyung-ie, aku
sudah lelah menjalankan bisnisku sendirian.Ya, sepertinya aku harus mengatur
semuanya mulai sekarang” gumamnya diiringi anggukan kecil.
“apa yang sedang kau gumamkan suamiku?” sahut suara
wanita.
Sosok yang mirip dengan Taehyung itu mendekati
suaminya dan bertanya mengapa ia berbicara sendiri.
“Taehyung-ie, dia akan segera sembuh dan kita harus
menjemputnya kemari, bagaimana?” ibu Taehyung itu tampak mengernyitkan dahinya
heran.
“apa dia harus tinggal disini? Aku tidak yakin dia
bisa” jawabnya.
Tuan Kim terkekeh kecil lalu menyeruput wine nya.
“Aku ingin dia yang mengurus bisnis ini, aku lelah”
Hening.
“kenapa kau diam saja istriku?”
Wanita cantik itu membuyarkan lamunannya tentang
putra mereka.
“apakah itu berarti dia harus cepat menikah?”
Tuan Kim tersenyum lebar.
“tentu saja, putri dari Presdir Hwang rupanya sangat
cocok untuk Taehyung”
Deg
.
.
.
TBC
Komentar
Posting Komentar