Author :
Kaizza24
Main cast :
Kim Taehyung, Eun Ji Na
OC :
Find it yourself
Genre :
Tragedy/AU/Romance/Hurt/Slight Psycho
Disclaimer :
FF ini murni hasil pikiran author dan sama sekali tidak
mengambil contoh plot yang ada di FF lain.Karya ini jauh dari kata plagiat atau
copy-cat.Hargai karya author dan selamat menikmati.
Don’t be silent reader and give it a lot love.
RnR jusseyo
.
.
.
PRAAANNGG
Jina terlonjak kaget
mendengar sesuatu yang pecah dari arah kamar Taehyung.
Jantungnya berdebar
kencang karena pikiran mengenai niat bunuh diri namja itu memenuhi otaknya.
“Taehyung-ssii..!”
Gadis itu bergegas berlari menuju kamar Taehyung.
Jina menempelkan telinganya pada daun pintu warna putih itu
mencoba mendengarkan.Ia tak ingin mengejutkan Taehyung kalau ia tiba-tiba
muncul.
“kenapa tak ada suara?” gumamnya.
Krieet
Jina membuka pintu tak terkunci itu perlahan.Ia mengedarkan
pandangan ke seluruh ruangan kamar luas milik Kim Taehyung.
Aroma parfum menguar begitu kuat.
Jina memasuki kamar Taehyung dengan rasa takut.
‘kalau itu botol
parfum, berarti ia memecahkan sesuatu seperti kaca’ batinnya tak enak.
Kedua mata Jina membulat terkejut saat mendapati namja itu
terjatuh sambil memeluk lututnya.
Ia tampak sangat ketakutan.
“app appaa yang terjadi, Taehyung-ssi?” tanya Jina takut.
Namja itu hanya mendongak menatap Jina dengan wajah
memelas.Jina yang bingung berusaha menyingkirkan serpihan pecahan kaca dari
botol parfum itu agar tidak mengenai kaki Taehyung.
“aku tidak suka parfum itu” cicit Taehyung lalu menangis
pilu.
Jina menelan ludahnya kasar.
‘mungkin parfum itu
ada kaitannya dengan kenangannya bersama Nara’ batin Jina mulai ikut menebak.
Perubahan sikap Taehyung benar-benar membuatnya kaget dan
panik diwaktu bersamaan.Ia melihat manik tajam itu berubah sayu dan terus
memeluk erat kedua lututnya, seolah berlindung dari sesuatu yang mengerikan.
Sret.
Jina mencoba menenangkan Taehyung dengan mendekatinya.
“sudah tidak apa-apa, bangunlah” Jina membantu Taehyung
berdiri.
Ia dapat merasakan jemari namja itu memang sangat dingin dan
gemetar.
Taehyung menatap botol parfum yang sudah hancur itu.
“apa yang kau takutkan?” Jina menyodorkan segelas air putih
untuk menenangkannya.
Namja itu hanya terdiam, namun Jina dapat menangkap sirat
matanya yang memelas, meminta tolong.
“katakan saja” bujuk Jina.
“aku tidak mau tidur disini” Taehyung berlari keluar
kamarnya tanpa mengenakan alas kaki.
Gadis itu membuang nafasnya berat.Meskipun bukan jawaban itu
yang ia inginkan, ia merasa lega karena Taehyung mau menjawab.
Kemudian tak berapa lama ia mengikuti Taehyung yang kini
duduk di balkon apartemennya.Ia tampak sedih dan ponsel yang sedan memutar rekaman
video pendek dari Nara itu digenggamnya.
Gadis itu terhenti dibelakang punggung Taehyung.
Ia menerka mengapa namja di depannya berubah seperti ini.
Menurut pendapat Jina, kemungkinan Taehyung memang sangat
dekat dengan Nara dahulu.Banyak hal yang sudah terjadi antara keduanya sehingga
meninggalkan bekas luka pada Taehyung seperti sekarang.
“pakai baju hangatmu, diluar dingin” pinta Jina lembut.
Taehyung tak merespon.Ia justru menambah volume video itu
keras-keras.
Jina menutup kedua telinganya.
“Aku mau mati …” gumam Taehyung lirih.
Jina terhenyak dan seketika ia diliputi rasa takut.Ia takut
Taehyung melompat dari balkon untuk bunuh diri.Namun disingkirkannya pikiran
buruk itu dan berusaha mengajaknya masuk kedalam.
‘tidak, dia tidak
akan melompat dari sini, cara itu bukan pilihannya.Dia akan mencari pecahan
cermin itu lalu merobek tubuhnya..seperti yang pernah terjadi sebelumnya,
kumohon jangan melompat’ batin Jina memekik.
Namja itu berdiri dan memegang pagar besi balkon.Memejamkan
kedua matanya yang basah.
“apa kau lapar?, aku bisa membuatkan sesuatu” bujuk Jina.
Taehyung masih terdiam.
‘kumohoon jangan
melompat’ pintanya dalam hati.
“aku tidak mau tidur disini” ulangnya.
Jina bernafas lega.Setidaknya kali ini Taehyung tidak
mengatakan ingin bunuh diri.
“hmm baiklah, kau ingin tidur dimana?”
Ia memberikan pilihan pada namja itu untuk tidur di sauna,
hotel atau penginapan.Namun Taehyung menggeleng untuk ketiga pilihan itu.
Jina semakin bingung.
“aku ingin tidur di dekat Nara” gumamnya serak.
Jina terkejut dengan permintaan aneh Taehyung.Tidak
memungkinkan baginya untuk membawa namja ini ke pemakaman.Sementara jarak
antara apartemen dengan pemakaman Nara sangat jauh.
“hmm kalau besok bagaimana, sekarang sudah malam” bujuknya
panik.
Namja berambut cokelat kayu itu menatap tajam pada Jina.
“oke oke, aku akan memanaskan mesin mobilnya.Kau tunggu
sebentar saja oke, jangan kemana-mana”perintah Jina.
Jina bergegas menuju garasi mobil dan meraih kuncinya di
dekat rak buku ruang tengah.Dalam hatinya, ia sudah menyumpah dan mengumpat
mengapa hidupnya bisa sesial ini.
.
.
3 jam kemudian.
Taehyung melangkah keluar dari mobil diikuti oleh Jina.Gadis
itu hanya mengikuti kemana Taehyung ingin pergi.Sejauh ini hanya itu yang bisa
ia lakukan agar ia tak bunuh diri.
“aku datang Nara, aku ingin tidur didekatmu” Taehyung mulai
berbicara pada pusara itu.
Sementara Jina tampak resah karena pemakaman itu tak jauh
dari rumahnya.Ia takut orangtuanya tahu dimana keberadaannya saat ini.
“kuharap tidak ada yang datang kemari” gumam Jina sambil
terus mengawasi gerak-gerik Taehyung yang mulai mengantuk.
Namja bermata tajam itu menaruh kepalanya pada gundukan
pusara itu diiringi suara riang dalam video pendek Nara terdengar samar-samar.
Dingin.
Hembusan kasar angin malam membuat kulit wajah gadis itu
sedikit membeku.Tak jauh berbeda dengannya, Taehyung juga tampak menggigil
karena sedari tadi ia menolak memakai baju hangat.
“Taehyung-ssi?” Jina memanggil pelan.
Namun hanya suara dengkuran halus yang mewakilinya.
Gadis itu tersenyum kecil.Dibetulkannya surai cokelat itu ke
samping.
“aku masih bingung dengan semua ini, tapi perlahan aku
mengerti.Mengapa kau membutuhkan seseorang yang terus bersamamu” Jina berbicara
sendiri.
Jina baru menyadari bahwa sosok yang saat ini tertidur
melengkung disamping pusara itu sebetulnya tampan.
Diam-diam gadis bernama lengkap Eun Jina itu mengambil
ponsel milik Taehyung.Sebelumnya ia sudah pernah memegang benda persegi pipih
tersebut, hanya saja waktu itu ia malah
menghabiskan waktunya untuk mengambil foto bersama Jimin.
Jina mengamati wajah tirus itu sembari membuka folder
penyimpanan foto pada ponsel milik Kim Taehyung.
“isinya masih sama” gumamnya.
Jari telunjuknya bermain diatas layar berukuran 5 inci itu.
Yap
Jina mencari foto Taehyung saat pertama kali ia menemukan
folder itu.Foto dimana Taehyung mengenakan sebuah sunglasses warna biru sambil tersenyum sangat manis.
Aura dalam foto itu sangatlah ceria.
Manik hazel Jina menatap Taehyung yang sudah menggigil.Jina
membopong tubuh tinggi itu menuju mobil yang tak jauh terparkir dari
pemakaman.Dengan terhuyung, Jina merangkul Taehyung yang sudah kedinginan dan
sedikit terseret.
Blam
Jina berhasil menutup pintu belakang mobil dan ia berniat
segera pergi dari tempat itu sebelum keberadaannya ditemukan orang yang ia
kenal terutama Jimin.
Gadis bermata bulat itu tersenyum kecil saat menatap ponsel
Taehyung.
‘aku akan membantumu
untuk tersenyum seperti itu lagi’
batinnya bersemangat.
Tap
“Jina noona???” suara itu sangat mengagetkan pendengaran
Jina.
Ia tak berani menoleh.
“noona? Kenapa kau tengah malam berada disini??” namja
bermata sipit itu sama terkejutnya.
Jina memejamkan matanya panik.Ia tak mungkin lari dari
tempat ia berdiri sekarang.Dan terlebih lagi, Kim Taehyung barusaja berhasil
tertidur.Sungguh, Jina membenci situasi macam ini.
“ngggg oh Jimin-ie?” jawabnya gugup.
Jimin memutar pundak Jina yang sedikit bergetar karena udara
dingin.Dilihatnya sosok Jimin itu sedang memakai jaket tebal berbulu dan
kelihatannya ia berusaja kembali dari suatu tempat diluar rumah.
Jimin menyipitkan matanya heran.
“noona, kenapa kau disini malam-malam begini?.Kenapa kau
diam saja?” Jimin mulai berteriak.
Jina menutup mulut Jimin dengan telapak tangannya.Ia tak
ingin Taehyung terbangun dan jika suasana hatinya terganggu, namja itu bisa
nekat untuk bunuh diri.
Ya, untuk sementara waktu ia memilih Taehyung daripada
berbicara dengan Jimin.
‘maafkan aku
Jiminnie’ batinnya tak tenang
saat Jina memutuskan untuk masuk kedalam mobil dan memacunya cepat.
Meninggalkan Jimin yang menatap kebingunan padanya.
Jina meliriknya dari kaca spion mobil.Raut wajah Jimin
sangat cemas.
.
.
“Jiminnie, apa kau sudah mendapat kabar dari Jina?” tanya
sosok paman bagi Jimin itu sembari membersihkan daun-daun kering.
Jimin menelan ludahnya kasar.
Ia tak ingin memberitahu beliau perihal kejadian semalam,
dan Jimin mengingat sosok yang tertidur dalam mobil yang dikemudikan Jina.
Namja itu.Kim Taehyung.
“ahh masih belum paman, mungkin Jina noona masih sibuk
bersama temannya” Jimin berusaha menutupi kejadian sesungguhnya pada mereka.
Flashback
“hmm bibi, aku mau
mengutarakan sesuatu”
“katakan saja
Jimin-ah, soal apa?” wanita itu tersenyum.
Jimin yakin bahwa
keputusannya untuk memberitahu paman dan bibi Jina itu sudah benar.
“hmm ini tentang Jina
noona” ucap Jimin agak gelisah.
Sedetik yang lalu ia
ingin mengungkapkan jika kakak keponakannya itu tengah tinggal bersama seorang
laki-laki untuk merawatnya karena mentalnya sakit.Jimin tidak ingin Jina berada
dalam bahaya jika berdekatan dengan Taehyung.Ingatan tentang malam ketika Jina
menemukannya di pemakaman, dengan luka-luka itu.Jimin mengubah keputusannya.
Ia ingin orangtua
Jina mengetahuinya jika memang sudah saatnya nanti.Dan akan lebih baik jika
Jina sendiri yang memberitahu mereka.
“Jina noona, ia mendapat
tawaran pekerjaan di kota.Dan karena pekerjaan itu sangat mendesak, Jina noona
tidak sempat memberitahu paman dan bibi dengan jelas.” Ucapnya gusar.
Sosok ibu Jina itu
mengernyit heran.
“dan Jina noona
memintaku untuk menjelaskan pada bibi” imbuhnya cepat.
Dengan segenap
hatinya, Jimin berbohong demi Jina.
Demi orang yang ia
sayangi.Lebih dari sosok seorang kakak.
Eun Jina.
Park Jimin menyukai
Jina sejak mereka bekerja bersama di perkebunan buah.Jimin setiap waktu akan
memperhatikan Jina.Dan gadis ramah itu selalu menyayangi Jimin begitu banyak.
Hingga mungkin rasa
sayang Jina melampaui batas toleransi hati Jimin.
Ia tak peduli jika
mereka masih ada hubungan saudara.
Jimin menelan
ludahnya kasar.
“hmm jadi begitu,
syukurlah kalau Jina sudah menemukan pekerjaan yang baik.Bibi ikut senang
Jimin-ah” ucap Nyonya Jung tersenyum
bahagia.
Sejak beberapa bulan
Jina memang ingin sekali bekerja di kota dan mendapatkan banyak uang untuk
melanjutkan studinya yang sempat terputus karena kendala biaya.
Orangtua mana yang
tidak bahagia melihat anaknya berhasil menemukan pekerjaan bagus.
“ya begitulah bibi,
Jina noona juga berjanji akan segera pulang jika ada waktu luang, dia juga
terlihat mencemaskan paman dan bibi”
“sudahlah Jiminah,
tidak apa-apa, lagipula kau sudah menjelaskannya padaku.Jadi kuanggap itu
perwakilan dari Jina” Jimin menghela nafas lega.
Setidaknya rahasia
Jina berhasil ia tutupi.
Flashback end
“mungkin noona akan segera memberitahuku jika nanti sudah
tidak begitu sibuk, aku akan secepatnya memberitahu paman dan bibi” Jimin
mengulas senyum kecil.
Sekedar untuk
menenangkan hati orangtua Jina.
.
.
Apartemen--- Taehyung sudah terbangun sejak 2 jam yang lalu.Namun ia
begitu terusik dengan suara dentingan piring di dapur.
Ia tidak suka dengan benda-benda yang terbuat dari kaca itu
bisa saja pecah.Taehyung menutup kedua telinganya.
Taehyung hanya menyukai pecahan cermin milik Nara.Dan ia
akan membenci jika benda lain yang mudah pecah berada didekatnya.
“aishhh suara ini menggangguku” sungutnya kesal.
Namja yang tengah mengenakan kaus panjang oblongnya dan
celana kain itu menghampiri Jina yang sibuk mencuci piring bekas mkan malam.
Ia menatap benci pada gerakan tangan Jina yang membilas
piring-piring itu dibawah kucuran air keran.
Taehyung mendengus kesal.
“yak !” bentaknya keras.
Jina yang terkejut tak sengaja menjatuhkan sebuah piring ke
lantai dapur.
PRAAANGG
Deg
Deg
Jantung Jina berdetak kencang saat kedua manik tajam
Taehyung menatapnya.
Jina melirik pecahan piring tersebut dan berusaha
menyingkirkannya cepat.Untung saja ia mengenakan sarung tangan karet.
“maafkan aku…maafkan aku, aku tidak sengaja” ucapnya panik.
Taehyung menatap takut pada pecahan-pecahan piring itu.Ia
memundurkan langkahnya lalu menjatuhkan dirinya seperti ketakutan.
‘Eun Jina, apa yang
kau lakukan? Kau sudah membuatnya takut’
rutuknya dalam hati.
Sambil membersihkan serpihan piring itu mata Jina terus
melirik pergerakan Taehyung dengan hati-hati.
“akkhhh” Jina memekik ketika jari kakinya tak sengaja
menginjak potongan piring itu.
Darah segar mengalir dari salah satu jari kaki Jina.
Taehyung membulatkan kedua matanya.
Ia gemetar hebat sekarang.
“darah” gumam Taehyung.Raut wajahnya begitu panik.
“Kau mau kemana Taehyung-siii…” teriak Jina pada Taehyung
yang tiba-tiba berlari meninggalkan dapur.Jina khawatir jika Taehyung berbuat
sesuatu.
Dengan kaki yang masih terluka, Jina mencari Taehyung.
Ia menahan rasa sakit perih itu sembari memanggil nama
Taehyung.
“sial, kenapa aku bisa terluka begini, Taehyung-siii dimana
kau?” Jina berbelok kesebuah ruang kamar di samping kamar Taehyung.Pintu itu
tampak berusaja dibuka.
“Tae…hyung-ssi?” pekik Jina saat ia melihat sosok itu sudah
menggenggam pecahan cermin yang familiar dimatanya.
Pecahan cermin milik Nara.
Di kamar itu entah mengapa begitu penuh dengan barang-barang
milik kekasihnya yang sudah meninggal.Jujur, Jina baru mengetahui ada kamar
semacam itu di apartemen Taehyung.
Gadis itu mencoba meraih tangan Taehyung yang menodongkan
pecahan cermin itu padanya.Ia merutuki kenapa piring itu terjatuh, akhirnya
Taehyung menjadi terpancing untuk mencari cermin itu.
Dan tebakannya benar.Taehyung melepaskan kaus panjangnya dan
membuangnya ke lantai kamar.Ia menatap Jina dengan mata berkilat marah.
Crat.
Satu luka goresan memanjang itu berhasil mendarat di lengan
kiri Taehyung.Cairan merah pekat itu mengalir dari luka akibat goresan cermin
itu.
Namja itu melukai dirinya lagi.
Jina mendekat dan ingin sekali merebut pecahan yang sudah
ternodai darah segar Taehyung.
“kumohon hentikanlah, berikan benda itu padaku … ne ?” pinta
Jina selembut mungkin.
Taehyung menggeleng cepat.
“tidak, aku ingin menjemput Nara sekarang juga, kau jangan
menghalangiku !” Taehyung membentaknya .
Jina menggeleng.
Duk
“aku mengerti, tapi letakkan benda itu dilantai.Aku mohon”
Jina berlutut di depan Taehyung.
Sungguh ia juga tidak menyadari gerakannya yang sedang
memohon.Jina hanya tidak ingin Taehyung bunuh diri.
“jangan sekarang” Jina berhasil memegang lengan tangan
Taehyung.
Ia memberanikan diri untuk itu.Taehyung yang kaget dengan
perlakuan Jina mundur satu langkah.
Airmata itu membasahi wajah tampannya.
“aku akan mengobati lukamu” Jina menunjuk luka memanjang di
lengan Taehyung.
Namja itu tampak kebingungan dan gemetar.
“biarkan aku mengobatimu” Jina meraih lengan itu dan segera
mengambil kotak obat yang sudah disiapkan perawat.
Dengan telaten ia membersihkan luka itu dengan
antiseptic.Sedangkan Taehyung, ia hanya menatap Jina dengan pandangan kosong.
Raut wajah tampan itu tampak sedih.
“sudah, aku menutupnya dengan perban” Jina tersenyum.
Greb
“aku takut” cicit Taehyung seketika memeluk tubuh Jina.
Gadis itu membulatkan kedua matanya kaget.
TBC
Komentar
Posting Komentar