Langsung ke konten utama

The Broken Mirror pt.4



Author                        : Kaizza24
Main cast             : Kim Taehyung, Eun Ji Na
OC                                : Find it yourself
Genre                         : Tragedy/AU/Romance/Hurt/Slight Psycho
Disclaimer          :
FF ini murni hasil pikiran author dan sama sekali tidak mengambil contoh plot yang ada di FF lain.Karya ini jauh dari kata plagiat atau copy-cat.Hargai karya author dan selamat menikmati.
Don’t be silent reader and give it a lot love.
RnR jusseyo
.
.
.
“orang tuamu akan segera tiba, dan setelah mereka datang aku akan pergi” ucapnya.
Taehyung merasa tidak menyukai sikap Jina yang mempedulikannya.Dan semakin Jina bersikap perhatian padanya, ingatan tentang Nara semakin menyiksanya.
Sifat peduli itu tampak sama pada Jina dan Nara.
Taehyung memijat pelipisnya.
“terserah” namja itu sedikit menbanting tubuhnya saat kembali berbaring.
Jina menatapnya nanar.
 
 .
.
Pikiran Taehyung berkecamuk.
Ia sendiri bingung dengan kenyataan itu.Mengapa dalam mimpinya ia melihat wajah Jina.Ia menyentuh perban yang membalut luka-lukanya.Jemarinya menyusuri gulungan kasa putih itu lalu membuang nafas dalam.
‘kenyataannya aku masih hidup, walaupun terluka’ batinnya
Bukan rasa lega dan bahagia ketika menyadari dirinya masih selamat.Justru namja itu semakin menyalahkan dirinya mengapa tidak mati saja kurang lebih dengan cara yang hampir sama dengan Nara.
Pecahan cermin itu.
Juga luka-luka di tubuhnya.
Kriet.
Pintu kamar opname itu terbuka.Jina memasuki ruangan Taehyung membawa nampan berisi sarapan dan obat.
Manik tajam itu segera mengalihkan fokusnya ke jendela.
Seolah ia sangat membenci Jina.
Menurutnya, kenapa Jina harus menyelamatkannya sementara ia ingin mati.Dan juga, perhatian Jina padanya begitu mirip dengan perhatian Nara semasa ia hidup.
Dan Taehyung semakin membencinya. Taehyung ingin sekali menyudahi hidupnya dan berharap bisa bertemu dengan Nara di alam yang lain.
Semakin rasa benci itu datang, semakin kuat niatnya untuk mengakhiri hidupnya.Ia tak tahan dengan beban yang menutup hati dan pikirannya untuk kembali normal.
Namun, manusia normal tidak akan bersikap demikian.Kondisi mental namja berwajah tirus itu memang sedang mengalami penekanan cukup kuat.Siapapun yang merawatnya harus pandai menjaga perasaaan Taehyung.
Hal ini membuat Jina menatap Taehyung penuh rasa kebingungan.
Namja itu memang tampak tidak ingin berinteraksi dengan Jina semenjak kejadian di pemakaman Nara.Jina sendiri merasa dibingungkan dengan kenyataan itu.
Dokter psikolog sudah menjelaskan bahwa Taehyung kemungkinan memberi batasan pada pikirannya untuk orang lain.Fokus pikirannya hanya pada kematian Nara dan rasa bersalah itu.Ia menganggap Jina sebagai penghalang untuk bertemu Nara.Dengan kata lain, Taehyung memang ingin mati namun Jina menyelamatkannya.
Dan beberapa menit lalu pihak rumah sakit memberitahukan bahwa orangtua Taehyung sedang berada di Amerika menjalankan bisnis mereka.Kabar mengenai putranya itu tak membuat keduanya pulang menjenguk.Jina ingin sekali memberitahu namja bermarga Kim itu, namun ia urungkan ketika melihat sosok berhidung bangir itu berwajah kesal.Jina mencemaskan jika Taehyung mungkin saja mengamuk dan akan melukai tubuhnya kembali.
Taehyung memang kesal karena keegoisan orangtuanya kali ini sudah keterlaluan.Walaupun ia tidak meminta perhatian khusus, Taehyung hanya ingin tidak terlihat menyedihkan karena hidup  sendirian.
“kenapa kau belum pergi dari sini?” sindir Taehyung dingin.
Jina hanya menghela nafas dalam.Ia berusaha sabar dengan kondisi mental Taehyung yang ‘sedang sakit’.
“kau harus makan dan meminum obatmu” jawabnya datar.
Rasa takut Jina pada Taehyung perlahan memudar seiring ia tahu namja didepannya itu bukanlah pembunuh yang melarikan diri atau semacamnya.Seperti pertama kali bertemu Taehyung.
Justru sebaliknya, Kim Taehyung adalah seseorang yang sangat membutuhkan perhatian orang lain untuk membantu memulihkan mentalnya.
Kejadian ini sangat menggelikan bagi Jina.Terlebih kedua orangtua Taehyung meminta tolong padanya untuk menjaga putranya sampai sekitar 2 bulan.Dan mereka akan membayar Jina dengan sangat mahal.
Gadis itu merenung.
“yak, kau mau memberikan makananku tidak?!!” bentak Taehyung emosi.
Jina membuyarkan lamunannya tentang tawaran itu.
“ah maafkan aku, iya tentu saja… ini sendoknya” Jina menyodorkan alat makan itu pada Taehyung.
Diam-diam ia menatap wajah tampan Taehyung.Sungguh betapa miris hidup namja yang kini sedang melahap makanannya.
Keegoisan orangtuanya, tragedi yang sudah merenggut kekasihnya, rasa bersalah dan tertekan karena kematian orang yang sangat ia cintai.Dan sekarang Taehyung menderita karena mentalnya sedang sakit.
Seperti tidak memakan apapun beberapa hari.Ia terlihat kelaparan.
“dunia ini memang kejam” ucapnya lirih.
Taehyung meliriknya tajam.Jina menelan ludahnya kasar.
“aku tidak mengatakan apapun, sungguh” Jina memberikan tanda ‘peace’.
.
.
.
“noona, kau tidak bercanda kan? Itu angka yang fantastis !!!” Jimin memekik kaget saat Jina memberitahunya berapa gaji yang akan ia terima jika Jina setuju untuk merawat Taehyung selama kurang lebih 2 bulan.Minimal namja itu sudah menunjukkan kesembuhan mentalnya.
“aniya, aku serius Jimin-ie, hanya saja aku belum yakin.Dia bukanlah orang yang kukenal sebelumnya, aku takut” gumam gadis itu seraya merapatkan jaket tebalnya.
Mereka saat ini sedang duduk di taman rumah sakit.
Jina kembali melamun.
Flashback
“Jina-ssi, aku mohon padamu untuk menjaga Taehyung-ie dan membantu kesembuhannya, tidak akan lama, hanya 2 bulan saja…ne.. kita akan membayar dengan harga yang pantas.Tolong bantulah kami, Taehyung adalah anak tunggal kami, namun pekerjaan kami disini tak dapat ditinggalkan begitu saja, aku tahu kami egois tapi kami janji akan segera pulang 2 bulan lagi, dan sampai saat itu kumohon jagalah Taehyung dan bantulah dia untuk sembuh”
Jina bingung.
“tapi ahjussi, aku sama sekali tidak mengenal putra anda”
“tolong kami Jina-ssi, aku akan mengurus semua yang kau butuhkan mulai sekarang, oke”
Tut tut tut
Panggilan itu terputus begitu saja.
Flashback end
“noona, kenapa kau melamun?” Jimin menyenggol pundak kakak keponakannya.
“ah aniya aniya, aku tidak melamun kok”
Jimin membuang nafas berat.
“tidak melamun tapi aku mengajakmu bicara dan noona hanya diam saja” ejek Jimin.
Jina melempar senyum kering.
.
.
“Taehyung-sii, orangtua anda tidak dapat kemari karena urusan bisnis yang tidak bisa ditinggalkan…jadi..”
“ah dwaesso dwaesso, aku tak mau dengar lagi.Mereka tidak akan pulang kalau belum mendengar kabar anaknya mati !” Taehyung menyuruh perawat itu keluar dari ruangannya.
Taehyung sudah muak dengan kedua orang tuanya.
“tapi anda harus mendengarkan…”
“KUBILANG KELUAR SEKARANG JUGA !”
Perawat itu tampak sedikit gemetar mendengar bentakan keras Taehyung.Perlahan ia membawa kembali map berisi dokumen administrasi rumah sakit yang harus ditandatangi Taehyung.
“aku tidak suka dipaksa” ucapnya lirih.
Ia membanting tubuhnya ke tempat tidur dan berusaha memejamkan matanya yang pedih.Semalaman ia terus memutar video pendek itu dan berakhir dengan mimpi ketika ia berada di pemakaman.Wajah Jina kembali muncul tiap kali ia akan terbangun.
Ia sendiri juga bingung mengapa mimpi itu terus terulang dan berakhir sama.Taehyung menyumpahi dirinya untuk tidak tertidur dan akan terus terjaga agar tidak bermimpi semacam itu lagi.
Namun tubuhnya terasa lelah.
Kedua kelopak mata itu perlahan turun.
Taehyung pun jatuh tertidur.Obat penenang yang ia minum tadi membuatnya mengantuk.
Sementara Jina sedang menungguinya tanpa berbicara sepatah kata pun.Gadis itu melihat Taehyung lalu menyelimutinya.
“apa dia sudah tidur?” sapa seorang dokter.
Jina mengangguk pelan.
“dokter, apakah kondisinya saat ini semakin parah? Karena semalam ia tidak tidur sama sekali dan ia juga tampaknya mengalami mimpi buruk” dokter itu tersenyum karena Jina memang gadis yang perhatian dan peka.
“kau benar, dia memang mengalami mimpi buruk secara terus menerus karena kemungkinan mimpi itu sangat mengganggunya”
Jina menyentuh punggung tangan Taehyung yang diinfus.
“kau harus kuat” ucapnya memberi semangat.
Dokter itu pun menepuk pundak Jina.
.
.
Jimin sudah sampai di halaman rumah Jina.Ia memarkir mobil milik mendiang ibunya itu dekat pagar.Kemudian ia turun dan mengetuk pintu.
“pamann bibii, Jimin-nie datang” teriaknya.
Krieet.
Jimin mengulas senyum manisnya saat mendapati pintu itu terbuka.Sosok wanita berwajah mirip dengan Jina itu menyambutnya ramah.
“ah Jiminie, kukira kau siapa.Masuklah” Jimin mengambil duduk di sofa.
Kedatangannya kerumah Jina, ingin memberitahukan perihal Jina yang akan mengurus Taehyung.Ia merasa ini sebuah pemaksaan walaupun nominal gaji yang ditawarkan orangtua Taehyung sangat tinggi.Jimin hanya tidak ingin Jina mengalami hal buruk ketika merawat namja yang sedang sakit mental itu.Jimin terus mengingat bagaimana Taehyung melukai dirinya sendiri.
“hmm bibi, aku mau mengutarakan sesuatu”
“katakan saja Jimin-ah, soal apa?” wanita itu tersenyum.
Jimin yakin bahwa keputusannya untuk memberitahu paman dan bibi Jina itu sudah benar.
.
.
.
Sudah hampir seminggu.
Jina sudah mulai cemas karena ia beralasan pada kedua orangtuanya sedang membantu pekerjaan temannya diluar kota.Ia tak mungkin mengatakan sedang merawat seseorang dengan kondisi mental yang sakit.Apalagi mengatakan kondisi sesungguhnya pada mereka.
Namun Jina tidaklah sendirian, ada dua orang perawat yang juga ikut menemaninya mengurus Taehyung.Kedua orangtua namja itu sudah menyiapkan sebuah apartemen untuk ditinggali Taehyung bersama Jina selama proses penyembuhannya.
Mereka sudah sampai di depan pintu apartemen mewah tersebut.Mata Jina tak luput dari kekaguman terhadap desain interior ruangan apartemen tersebut.Ada nama keluarga Kim di ukiran potret besar keluarga kecil tersebut.
Seorang ayah yang tampan dan tegap.Seorang ibu yang berwajah kalem dan sendu, serta seorang anak laki-laki berusia 12 tahun berdiri ditengah mereka dengan senyum manis.
“mereka masih tetap menyebalkan” umpat namja itu sembari menjatuhkan dirinya ke kursi panjang.Ia menatap Jina yang yang masih terkagum.
“kampungan” sindirnya.
Jina mendecih pelan.Ingin sekali ia menghubungi ayah dan ibunya, namun rasa takutnya jika mereka menolak mentah-mentah sementara Jina sudah menandatangani surat perjanjian itu.Uang sejumlah sekian ratus juta won sudah ditransfer ke rekeningnya.
Gadis itu menunduk lesu.
Bagaimana ada kejadian serumit ini?
Perlahan ia berusaha untuk tenang.
“hei kau ! , kau tidak punya telinga ya??” Taehyung mudah sekali emosi jika ia tidak didengar.
Sikapnya itu sudah berubah drastis semenjak kematian Nara.
“kau membutuhkan sesuatu?” Jina mengingat isi perjanjian itu dimana ia harus menjaga namja ini dengan sungguh-sungguh.Jika ia melanggar, maka sanksi hukum sudah menanti.Jina menggelengkan kepalanya cepat.
“kau tidak akan tidur disini kan?” Taehyung menatap benci pada Jina.
“aku akan tidur diluar, jika kau tidak nyaman” jawabnya lesu.
Salah seorang perawat itu berpamitan dan akan kembali keesokan harinya untuk memberikan terapi dan obat.
Taehyung sama sekali tidak menyukai hal ini.
“kenapa harus ada dua perawat juga? , aku masih bisa melakukan semuanya sendirian” Taehyung terus berkata kasar dan membuat telinga Jina panas.
“yak”
Taehyung menoleh cepat dengan raut wajah marah.
“aahhh aniya, maafkan aku aku kelepasan, hehe maafkan aku tuan Kim” ucap Jina lalu ia pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
.
.
.
Beberapa jam setelah makan malam Taehyung berakhir, Jina kembali ke ruang tengah dan mencoba menghubungi Jimin.
“kenapa tidak diangkat?” gumamnya cemas.
Memang asing rasanya jika tiba-tiba kau dipertemukan dengan seseorang yang ingin bunuh diri karena kematian kekasihnya.Kemudian ia mengalami sakit mental, dan lebih parahnya lagi kau lah yang ditunjuk untuk mendampinginnya selama proses penyembuhan itu.Jina sama sekali tidak tahu kapan namja itu akan kembali normal.
Gadis itu menepuk pelan punggung sofa itu karena cemas.
Keponakannya belum juga menjawab telepon.
“ahh sial, kenapa tidak diangkat??” umpatnya kesal.
Kepalanya sungguh pening.
“apa aku harus menelepon ayah?” ia menimang ponselnya karena masih ragu jika harus memberitahu orangtuanya.
“aku bingung” gumamnya.
PRAAAANNGG
Jina terlonjak kaget mendengar sesuatu yang pecah dari arah kamar Taehyung.
Jantungnya berdebar kencang karena pikiran mengenai niat bunuh diri namja itu memenuhi otaknya.
“Taehyung-ssii..!”

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

When BTS Member Sick pt.2 Jeon Jungkook

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! GENRE      :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 2.Jeon Jungkook “ maknae , tolong ambilkan air minum dilantai bawah” teriak manajer hyung. Kali ini mereka sedang berkumpul diruang latihan.Semuanya tampak kelelahan dan mandi keringat.Jungkook bergegas menuruni anak tangga dan mengambil botol air mineral permintaaan manajer hyung. “ah berat juga ternyata” gumamnya sambil mengangkat kardus air mineral itu kedalam lift .Jungkook terlalu lelah untuk menaiki tangga dengan membawa beban.

My 4D Doctor pt.1

Main cast    : Kim Taehyung a.k.a V dan Hwang Rimi OC             : BTS member Genre          : Romance/AU/Slight comedy Rate            : T to M Length         : Chaptered Disclaimer   : Saya bukan penulis profesional, jadi mohon maaf apabila ada istilah-istilah yang keliru dalam fanfict ini.Kim Taehyung sepenuhnya milik ibu dan ayahnya/?, saya disini meminjam karakternya saja.Jalan cerita ini bersih dari kata plagiat dsb karena imajinasi datang dari mimpi/? author sendiri. Don’t be silent reader, RnR jusseyoo ! . .    Prologue 10 Tahun Silam “Taehyung-ah !... Taetae-ya !.... cepat kemari, tangan Jimin terluka ! dia berdarah !!” teriak seorang remaja laki-laki 12 tahun di depan sebuah jendela besar kamar milik Taehyung. Anak itu berteriak ketakutan s...

When BTS Member Sick pt.1 Park Jimin

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! Genre         :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 1.Park Jimin (Chimchim) Hari ini,   namja yang dikenal dengan tubuh atletisnya itu masih tertidur diranjangnya yang nyaman.Ia tak menyadari bahwa semua member sudah bersiap untuk berangkat menjalani schedule pagi itu.Dimulai dengan pengambilan gambar disebuah toko brand tas ternama lalu menuju ke luar kota untuk fansigning .Mungkin kegiatan mereka baru akan berakhir nanti malam.Jimin menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan sakit.Mata sipit itu terbelalak ketika melihat jam wekernya sudah menunjukkan angka 8 lebih.Cepat-cepat ia beranjak dari tempat tidurnya, tetapi… BRAKKKK BUGH ...