Author :
Kaizza24
Main cast :
Kim Taehyung, Eun Ji Na
OC :
Find it yourself
Genre :
Tragedy/AU/Romance/Hurt/Slight Psycho
Disclaimer :
FF ini murni hasil pikiran author dan sama sekali tidak
mengambil contoh plot yang ada di FF lain.Karya ini jauh dari kata plagiat atau
copy-cat.Hargai karya author dan selamat menikmati.
Don’t be silent reader and give it a lot love.
RnR jusseyo
.
.
.
“apa kau takut mati?”
Jina menggigiti bibir
bawahnya dan menepis jemari ramping itu menjauh dari pipinya.
Ia dapat merasakan jemari milik namja yang tengah terhuyung
itu dingin dan seperti tubuh orang mati.
Manik tajam itu mulai sayu dan Jina dapat mendengar deru
nafasnya yang tersengal.
“a…aappa kau baik..baik ssaja?” tanyanya takut takut.
Taehyung tidak menjawab.Ia terjatuh lemas ke tanah berumput
kering itu.
Niat Jina ingin menolong, namun namja itu melarangnya lebih
dekat.
“jangan dekati aku, aku sangat berbahaya” ucapnya lirih.
Jina masih memegang dadanya yang entah mengapa terasa sesak
melihat sosok didepannya kini menangis.
“aku tidak pantas hidup, sementara dia kesakitan di bawah
sana” lanjutnya dengan suara hampir samar.
Jina mengayunkan kakinya dua langkah.
Tak dapat dipungkiri nalurinya ingin sekali membantu
Taehyung dan secepatnya membawanya kerumah sakit, luka luka menganga itu tak
berhenti mengalirkan darah segar.Dan kini namja berambut coklat itu menunduk.
Hening.
“Yaa..apa kau baik-baik saja?” ulang Jina panik.
Ujung jemari Jina mencoba menyentuh pundak Taehyung sekedar
untuk memastikan apakah sosok itu masih sadar atau pingsan.Ia khawatir jika
terjadi sesuatu pada namja itu.
“jangan sentuh aku” Taehyung bersuara parau.
Jina yang sedikit gemetar itu berjongkok perlahan untuk
melihat wajah Taehyung.Bagaimanapun juga ia tak mungkin membiarkan seseorang
sekarat didepannya.
“ngggg…lukamu..” Jina mengeluarkan saputangan dari saku
jaketnya.
Taehyung terdengar meringis ketika permukaan luka di
lengannya tersentuh saputangan Jina.Gadis itu menatap nanar wajah Taehyung yang
tak dapat dilukiskan apa yang sedang ia rasakan.
Jina melirik pusara disampingnya.
Eun Jina menelan ludahnya kasar.Rasa kalut akan kehilangan
seseorang yang sangat dicintai itu menyeruak dalam hatinya.Gadis itu
mengalihkan pandangannya pada Taehyung.Ia bergegas mencari bantuan untuk
membawa namja itu kerumah sakit terdekat.Jika dibiarkan lebih lama, mungkin
Taehyung akan mati karena kehabisan darah.
“Jimin-ah, datanglah ke pemakaman, aku membutuhkan bantuanmu
cepat.Ah tapi jangan memberitahu siapapun juga, cepatlah” ucap Jina panik.
Sambil menunggu keponakannya tiba, Jina yang merasa terpukul
melihat namja yang bahkan telah bersikap dingin padanya itu menyelimuti pundak
Taehyung dengan jaketnya.Namja itu mulai menggigil karena udara disekitar
pemakaman itu sangat dingin.
“Jimin lama sekali”
Jina berkali-kali menggoyangkan tubuh Taehyung untuk menjaga
kesadarannya.Karena sosok itu mulai diam dan tidak meringis lagi.Jina khawatir
kondisinya semakin parah.Gadis itu membalut kedua lengan penuh luka itu dengan
syal dan juga saputangan miliknya.
Bugh.
Tubuh Taehyung terjatuh ke tanah.
Dan diam tak bergerak.Kulit lengan dan bibirnya sudah
membiru.
Persis seperti mayat namun ia masih bernafas.
“Ya Tuhan !, oh hei, jangan membuatku takut, hei orang
sombong ah aniya, hei bangunlah aku akan membawamu ke rumah sakit… yaa..jangan
begini”
Jina tidak menyadari bahwa ia menitikkan airmata.
Gadis itu secara tidak langsung ikut merasakan pedihnya
perasaan Taehyung, melihat bagaimana namja itu melukai tubuhnya hanya karena
ingin meringankan rasa sakit kekasihnya yang sudah tiada.Jika dipikirkan dengan
akal sehat pun, tindakan itu tidak akan mengembalikan nyawa Nara.Justru hanya
akan membahayakan hidup Taehyung.
“kumohon bertahanlah”
“noona ! apa yang terjadi ??” teriak namja berusia 17 tahun
itu panik ketika mendapati Jina yang meneteskan airmata sembari menutupi tubuh
meringkuk itu dengan baju hangatnya.Jina tidak mempedulikan tubuhnya yang hanya
memakai kaus pendek tipis.
“ssiapa orang ini?” Jimin berjongkok untuk memeriksa
Taehyung.Ia menatap sekeliling pemakaman tapi tidak ada hal mencurigakan
seperti perampokan atau sejenisnya.
“noona ada apa ini??” Jimin menyibakkan sedikit rambut
Taehyung dan terkejut saat menyadari bahwa sosok itu adalah tetangga baru
mereka yang baru pindah.Orang yang bertanya tentang ponselnya yang ditemukan
Jina, kakaknya.
“bbukan kah orang ini ?”
“ya Jimin-ie, dia orang aneh yang tinggal dirumah itu, kita
harus membawanya kerumah sakit segera, dia terluka parah” Jina mengangkat
kepala Taehyung dan mendudukkannya.
“sebenarnya apa yang sudah terjadi noona?” Jimin masih
meributkan bagaimana bisa kakaknya bersama dengan namja yang memang merngerikan
itu, dan kondisi namja itu sekarang ini terluka parah.Luka sayatan dimana-mana.
“sudahlah nanti saja kujelaskan, aku sudah menelpon
ambulans, jadi kita harus membawanya kesana” Jina menunjuk tepi jalan raya
terdekat.
.
.
Rumah sakit--- Jimin dan Jina sedang menunggu diruang tunggu rumah
sakit.Taehyung sedang mendapatkan penanganan dari dokter.Jina tampak sangat
cemas dan panik, seumur hidupnya ia baru pertama kali melihat seseorang melukai
tubuhnya dengan sengaja seperti yang dilakukan Taehyung.Jina tak berhenti
berpikir jika namja itu mungkin saja mengalami hal terburuk dalam hidupnya.
Dalam benaknya ia teringat foto-foto yang ada dalam ponsel
Taehyung.Foto namja itu yang sedang tersenyum mengenakan sunglasses.Sama sekali
jauh berbeda dengan kondisinya sejak pertama kali bertemu Jina.
Dingin, kasar dan mengerikan.
Jina kembali memutar memorinya ketika mengetuk pintu rumah
Taehyung beberapa pekan lalu.Ia melihat sekujur tubuhnya memang sudah terluka
dan ia terlihat sengaja membiarkannya.
Jina menelan ludahnya kasar.
“jadi, noona mengikutinya ke pemakaman?” Jimin tampak
keheranan mengapa Jina mengikuti orang aneh itu.
Jimin hanya takut orang itu bisa saja melukai Jina.
“aku hanya merasa ada yang aneh darinya, dan aku juga
bingung mengapa aku mengikutinya.Aku melihat dia seperti tertekan dan depresi”
Jimin berusaha mencerna ucapan Jina.
“kau lihat kan dia memang selalu datang ke pemakaman itu
setiap sore, dan aku sempat melihat rekaman video pendek di ponselnya, aku rasa
ini sangat beralasan”
Jina menghela nafas dalam.Ia menatap getir ponsel yang
terkena cipratan darah di genggamannya.Gadis itu merasa dadanya sesak.
“ternyata ada orang seperti itu di dunia ini” gumam Jimin
yang merasa ini bukanlah hal biasa.
Jimin terlarut dalam pemikirannya sendiri.Sejujurnya ia
mengingat kematian ayahnya ketika Jina mengatakan namja itu menangisi kematian
kekasihnya didepan pusara.
“dia pasti sangat mencintai kekasihnya” imbuh Jimin serak.Kerongkongannya
terasa tercekat.Dan ia sadari atau tidak, entah mengapa Jimin merasakan
kepindahan sosok aneh itu terjadi setelah peristiwa kecelakaan yang merenggut
nyawa ayahnya.Jimin bisa memahami rasa sakit yang Taehyung tanggung.
“apakah anda keluarga pasien?’ sahut seorang perawat kepada
Jina.
Gadis itu menggeleng pelan.
“dia orang asing, aku tidak mengenal keluarganya” jawabnya
bingung.
Jimin menunjuk ponsel milik Taehyung.
“ah mungkin di ponselnya ada nomor keluarganya” Jina
menyodorkan ponsel itu pada perawat untuk menghubungi orangtua Taehyung.
Perawat itu mengernyitkan dahinya ketika berusaha
menghubungi nomor orangtua Taehyung.
“nomornya tidak ada yang aktif” ucapnya.
“nggg untuk sementara waktu, bisakah saya saja yang menjadi
walinya?” usul Jina.
Perawat itu mengangguk.
“untuk sementara waktu anda bisa menjadi pengganti wali
pasien, namun kita juga akan terus menghubungi keluarganya, kondisi pasien
kritis dan ia membutuhkan banyak suplai darah”
Perawat itu mengajak Jina keruangan dokter yang menangani
Taehyung.
Jimin mengikutinya dibelakang.
.
.
.
Ruang ICU--- Sosok itu terbaring lemah.
Namja bernama Kim Taehyung itu tampak sangat rapuh dengan
banyak luka diperban dan wajah tirus yang memucat itu menunjukkan seperti apa
penderitaan yang telah ia tanggung.
Dokter yang merawatnya tadi menjelaskan sesuatu pada Jina.
Namja yang ia ketahui bernama Kim Taehyung itu mengalami
depresi karena kematian kekasihnya.Dan beliau menyarankan untuk membawanya ke
psikiater.
“ya Tuhan, apa yang kau berikan pada orang ini?” gumamnya
lirih menatap Taehyung yang masih belum siuman.
.
.
.
Taehyung berjalan menuju pusara kekasihnya.Ia duduk
bersimpuh dan menaruh seikat bunga anggrek ungu kesukaan Nara.Disampingnya
Taehyung menaruh ponsel miliknya yang sedang memutar video pendek dari Song
Nara.
Ia terus mengulang video itu hingga ia terlarut.
Taehyung sadar ia juga menangis.
Ia masih merasakan pahitnya menyaksikan kematian Nara.
Rasa sakit karena rasa bersalahnya.
Taehyung menyalahkan dirinya sendiri terlalu banyak.
Ia mengambil pecahan cermin itu dan mulai melukai dirinya
sendiri.Tidak ada alasan kecuali untuk Nara.Taehyung masih belum bisa menerima
jika kekasihnya itu sudah meninggal.
Sayatan demi sayatan ia curahkan rasa bersalahnya pada Nara.
Kemudian seseorang datang.
Seorang gadis berambut sebahu.
Gadis itu tampak ketakutan melihatnya.
Taehyung pun menghampirinya dan bermaksud untuk memberi
peringatan agar tidak mendekati.Namun gadis itu malah mendekat dan justru
membalut luka-lukanya.Hingga ia perlahan kehilangan kesadarannya.
Wajah cemas gadis itu yang pertama kali muncul dalam otak
Taehyung saat ini.
Sret
“mimpi?” gumamnya pelan.Ia menyadari bahwa kilasan kejadian
itu terulang dalam mimpinya.
Ia termenung.
Namja itu berpikir mengapa ada wajah Jina dalam mimpinya.Dan
Taehyung masih jelas mengingat, wajah panik dan suara putus asanya ketika
menelpon ambulans.
Ia bingung.
Detik berikutnya kedua manik tajam itu mendapati sosok Jina
yang kini tertidur diatas kursi.
Taehyung hanya menatapnya dalam diam.Ia masih berusaha
mengumpulkan kekuatannya untuk bangun dari tempat tidurnya.
Beberapa menit kemudian Jina terbangun.Ia melihat sosok
didepannya sudah membuka mata.
“Taehyung-ssi, kau sudah siuman?” ucap Jina panik.
Namun namja itu hanya diam dan menatap gadis yang berwajah
panik itu dalam-dalam.Seolah mencocokkan apa yang ia alami dalam mimpinya.Dan
ia kembali sadar sepenuhnya, bahwa ia semalam memang sudah melukai tangannya
hingga parah.
Seketika indera perasa Taehyung muncul.Rasa perih dan nyeri
di sekujur lengan tangannya terasa menyiksanya.
Ia menatap ruangan serba putih itu.
“rumah sakit?”ia kembali bermonolog.
Taehyung hendak turun dari tempat tidurnya.
“jangan turun, kau harus istirahat” sergah Jina.
“kenapa kau selalu muncul di depanku?? Pergilah !” Taehyung
menepis tangan gadis itu.
Ia tak suka Jina berada disampingnya seperti sekarang.
“maafkan aku, aku hanya ingin kau istirahat” jawab Jina
lesu.
‘orang yang sedang
mengalami depresi biasanya tidak menyukai interaksi dengan orang asing’ kalimat dokter tadi terngiang di telinga Jina.
Ia mengangguk paham.
“orang tuamu akan segera tiba, dan setelah mereka datang aku
akan pergi” ucapnya.
Taehyung merasa tidak menyukai sikap Jina yang mempedulikannya.Dan
semakin Jina bersikap perhatian padanya, ingatan tentang Nara semakin
menyiksanya.Sifat peduli itu tampak sama pada Jina dan Nara.
Taehyung memijat pelipisnya.
“terserah” namja itu sedikit menbanting tubuhnya saat
kembali berbaring.
Jina menatapnya nanar.
TBC
Komentar
Posting Komentar