Author :
kaizza24
Main cast :
Kim Taehyung, Eun Jina, Park Jimin.
Genre :
Romance/AU/Hurt/Tragedy/Slight Psycho
Rate :
PG 17+
Length :
Chaptered
Disclaimer : FF ini murni dari pemikiran author
tanpa ada plagiarisme atau copy cat.Semua cast milik diri mereka masing-masing
seutuhnya, dan author hanya meminjam karakter, nama dan kegantengannya.
Don’t be siders and RnR jusseyoo …
Summary :
Promise You, Jina
.
.
“sayangku,
jangan menghilang dari pandanganku.Mulai sekarang aku akan menjagamu apapun
resikonya, aku …. Minta maaf karena semua ulahku kau menderita …” ucap Taehyung
ditengah isakannya.
Drap
“Kim
Taehyung ! apa yang kau lakukan disini ???” teriak seseorang yang barusaja
turun dari mobil.
Taehyung menoleh ke belakang dan mendapati sosok
tegap yang sangat mirip dengan ayahnya.
“pa..man?” cicitnya kaget.
Tentu saja ia kaget melihat pamannya berdiri di
tempat yang ia pijak.Sungguh tidak ada perkiraan apapun tentang kedatangan
kakak dari ayahnya tersebut ke kediaman Jina.
‘apa
paman juga tahu soal aku dan Jina?’ Taehyung mulai
menebak.
“Ternyata kau masih saja sakit jiwa, kenapa kau
menemui gadis sampah ini huh?”
Taehyung menggeretakkan giginya tak terima sekalipun
itu adalah pamannya yang sebelumnya sangat ia hormati.Jika ada yang menghina
Jina, atau merendahkannya sedikit saja, maka emosinya akan memuncak.Dan
Taehyung takut dirinya lepas kendali seperti yang terjadi pada Jimin.Ia
bersikeras menahan semua amarahnya di depan Jina yang hanya menatap kosong
dirinya.Itu cukup melukai perasaannya.
“ahh… jadi sekarang paman juga ikut dalam ide appa?” sindirnya tajam.
Jina menatap melas wajah Taehyung yang tampak panik
dan khawatir jika pamannya membawa beberapa orang untuk memaksanya pulang.Dia
sudah berjanji pada dirinya untuk menebus semua kesalahannya pada Jina,
keluarganya dan Jimin.
“kenapa kau bertanya kalau otakmu bekerja? Ayahmu
memang memiliki intuisi tajam, jadi apa yang akan kau perbuat setelah ini hm?”
Namja yang pelipisnya sudah berkeringat itu menelan
ludahnya.Ia sempat menggenggam jemari Jina yang dingin dan menyembunyikannya di
balik punggung.Ia bisa merasakan gadis itu ketakutan.
“aku akan melindungi Jina bagaimanapun caranya, dan
jangan berharap aku ikut dengan paman untuk kembali pada appa.Cukup …. “
.
.
.
Taehyung menatap Jina dengan pandangan kosong.Ia
tahu semua akan sulit, apalagi melawan kuasa sang ayah dan pamannya.Namja
tampan itu termenung sedih.Sambil menahan tangisnya, ia mengusap sayang rambut
panjang gadis yang ia cintai.Beberapa waktu yang lalu ia sudah menjelaskan pada
kedua orangtua Jina mengapa ia datang.Dan mereka berharap jika dia sanggup
memulihkan kondisi putrinya.Taehyung menjanjikan hal itu karena ia sangat yakin
perasaan tulusnya untuk Jina tidak pernah main-main.
“maafkan aku paman, seharusnya aku bersikap baik
sejak awal kita bertemu.Aku menyesal karena kita dipertemukan dengan cara yang
tidak menyenangkan seperti ini” cicitnya lirih.
Sosok pria berusia hampir 50 tahun itu mematut wajah
putrinya yang kurus.Tersirat dalam air wajahnya untuk pasrah pada apa yang akan
Taehyung putuskan.Untuk membawa Jina dan keluarganya pergi dari Korea agar
ayahnya tak bisa mengganggu lagi.Diam-diam ayah Jina tergerak hatinya untuk
mempercayai Taehyung.
Walaupun mungkin masih tajam teringat kejadian
pertama kali beliau bertemu dengan Taehyung yang sakit jiwa, di pusara itu,
masih mengganggu pikirannya.Namun pria itu melihat kembali pada Jina, ia lebih
pilu jika harus memisahkan putrinya dengan laki-laki yang dicintainya, yaitu
Kim Taehyung.
“untuk pertama dan terakhir kalinya, aku memohon
padamu untuk menjamin kehidupan Jina kelak.Aku tak sanggup lagi jika harus
hidup seperti buronan, aku tahu ini menggelikan, tapi sebagai seorang ayah aku
akan percaya padamu yang tulus pada putriku satu-satunya, Eun Jina, aku yakin
hatimu akan menerima semua ini”
Hening.
Taehyung berusaha menempatkan emosinya dengan
tepat.Ia tak tahu harus berkata apa pada ayah Jina.Ia tak mengira jika beliau
akan memberinya tanggung jawab itu, namun ia juga tak sanggup menolaknya.
“apa kau mau mewujudkan permohonanku ini?”
Hati Taehyung mencelos hebat.Ini adalah kali pertama
seseorang memohon padanya seperti itu.
Ia menarik nafas dalam.
“a..abonim,
aku akan memegang janjiku untuk membahagiakan Jina” jawabnya yakin.
.
.
Sekali lagi namja ini termenung sambil menatap
cakrawala malam.Jantungnya tak bisa berdetak normal karena semua perasaan yang
bercampur aduk.
Tes
Tes
Kedua pipi tirus itu terbasahi oleh airmata
beningnya.Yang menyusur cepat hingga ke dagu.
“Tae…hyung”
Ia menoleh pada jendela besar lusuh di
belakangnya.Terdapat sosok gadis bernama Jina sedang menatapnya penuh kesedihan
yang tertahan.
“Jina-ya, kenapa kau jatuh cinta pada lelaki
brengsek sepertiku hum? Dan kenapa aku begitu bodoh tidak menyadari perasaanmu
sejak lama? Sakit jiwa ini, tanpa kau yang merawatku, aku tidak yakin masih
bisa menghirup udara sampai sekarang”
“kemarilah” ujarnya pilu.Dituntunnya lengan kurus
Jina lalu dipeluknya erat.Taehyung menguatkan dirinya sendiri saat melihat waut
wajah Jina yang teramat sedih.Seolah ia sudah tak ingin hidup lagi.
“kau harus cepat pulih, dan kita akan bersama-sama
hidup bahagia … walaupun mungkin saat ini kita akan mengalami banyak kesulitan,
tapi aku janji, akan membawamu pergi kemanapun agar kau bahagia”
Greb
Namja itu akhirnya menangis tersedu sambil merengkuh
Jina.Gadis kurus itu hanya membatu namun kedua matanya sudah lembab.Ia tahu, ia
bisa merasakan apa yang Taehyung ucapkan padanya.
“pergilah tidur sayang, besok pagi kita berangkat”
ucapnya lalu mengecup kening Jina.
.
.
.
“abonim,
ommonim, aku sudah menyiapkan tiket pesawat untuk kalian berdua menuju
Hunan di China, disana aku punya sahabat baik bernama Ziyu, aku sudah
menghubunginya dan menyiapkan tempat tinggal yang nyaman untuk kalian,
sementara Jina, dia akan ikut denganku ke Beijing, aku akan menempati
apartemenku, kalian tenang saja, di Beijing ada sahabatku Haoliu yang akan
merawat Jina, dia seorang dokter.”
Orangtua Jina terdiam menatap Taehyung yang penuh
kesungguhan.
“kalau semuanya sudah selesai, kalian harus segera
menemui kami, kuharap ini adalah jalan terbaik”
Jina merangkul lengan sang ayah dalam diam.Sementara
ibunya menangis lalu mencium pucuk kepala putrinya.
“kalau kita tinggal bersama, kemungkinan appa akan menyuruh orang untuk mencari keberadaan
kita dan itu sangat berbahaya” ucapnya lugas.
.
.
.
Dua hari berlalu.
Anehnya, sejak orangtua Jina sudah tinggal di rumah
Ziyu sahabat Taehyung, tak ada tanda-tanda bahwa sang ayah mencarinya.Itu aneh
sekali karena terakhir Taehyung bertemu dengan pamannya di halaman rumah Jina,
ia yakin pasti akan ada gerakan dari ayahnya.
Tapi sekarang ‘belum’
ada apapun.
Haoliu terheran mengapa ada kisah dramatis seperti
yang dialami Taehyung.Yang membuatnya pernah mengalami gangguan mental dan
mengharuskan dirinya hidup hanya dengan Jina.Gadis muda yang justru sekarang menderita
karena ayahnya.
“Taehyung-ah, apa kau yakin disini aman? Bukankah
mereka pasti akan mengerahkan banyak orang untuk mencarimu dan Jina?” Haoliu
menyisir rambut panjang Jina dengan hati-hati.
“tidak apa-apa Haoliu, mereka tidak tahu kalau aku
membeli apartemen ini tahun lalu, karena ini hasil jerih payahku sendiri”
ucapnya mencoba sabar.
Jina melirik sekilas wajah Taehyung yang memang
semakin tirus saja.
“Taehyung-ah …”
Namja itu menjatuhkan dirinya disamping Jina dan
memandangi wajah ayunya yang kini lebih baik karena Haoliu sudah
merawatnya.Rambut panjang kelam itu tergerai bebas dan luka di bibirnya juga
mulai sembuh.Ia tersenyum kecil.
“kau jangan khawatir Jina-ya, semuanya akan cepat berakhir”
Jina menunduk lalu meneteskan airmatanya.
“aku akan membantumu” ucap Haoliu mantap.
Taehyung tersenyum tipis lalu menepuk pundak
sahabatnya dengan perasaan bersyukur.
“terima kasih banyak Hao, kau yang terbaik”
.
.
Dallas,
Amerika.
Pria bertubuh tegap itu menyunggingkan seringainya
setelah tahu ternyata putra satu-satunya menemui Jina.Walaupun ia belum tahu
dimana keberadaan Taehyung, pria bersurai cokelat itu yakin putranya akan
kembali ke Dallas.
“kenapa kau sangat yakin kalau anakmu akan pulang kesini?
Apa kau diam-diam menyusun rencana lain?” tukas sang kakak sebal.
“tenang saja hyung, aku sudah menyusun ini sejak
lama, dan akhirnya akan kugunakan juga”
Hening.
“kenapa nada bicaramu terdengar seram Tae Won-ah?”
tanyanya heran.
“seram? Yang mana yang lebih seram, aku atau
Taehyung? Bagaimana jika dunia tahu dia pernah mengidap sakit jiwa? Ditambah
dengan bagaimana dia mengejar gadis miskin itu ? selama tidak ada yang tahu,
maka semuanya aman.Taehyung harus segera menikah dengan jodoh yang kupilihkan
untuk melanjutkan semua kerja kerasku selama hampir tiga puluh tahun ini.Ya,
hanya dia yang sanggup hyung, aku
tidak peduli jika dia tidak mencintai jodohnya kelak, satu hal yang harus ia
lakukan adalah menikahi gadis pilihanku, bukan gadis melarat itu”
“kau benar juga, aku akan mencari cara untuk
membawanya kemari”
“tidak usah hyung, dia sendiri yang akan merangkak
kemari setelah kuberitahu sesuatu”
Pria bernama Kim Donghyung itu bergumam tak jelas.Ia
merasa adiknya terlalu kejam pada anaknya sendiri, namun ia tak bisa menolak
hal itu.
“ahh begitu ya?” ucapnya melemah.
“lihat saja nanti” bisik tuan Kim Tae Won penuh
keyakinan.
.
.
Hunan,
China.
“Ziyu, kau sudah lama bersahabat dengan Kim
Taehyung?” tanya ibu Jina pelan.Saat ini Ziyu sedang menemani sosok wanita
berusia empat puluh enam tahun itu menyirami bunga koleksinya di
taman.Sekali-kali mereka mencoba menciptakan obrolan hangat.
“sudah cukup lama bibi, sejak ayahku meninggal 12
tahun lalu, hanya dia yang menemaniku dan aku bisa melanjutkan hidupku dengan
baik”
Ibu Jina merenung.Ia memang sudah salah menilai
sosok Kim Taehyung dari awal.Ia sempat berpikir jika putrinya akan mencintai
orang yang salah karena keluarganya yang angkuh.Namun ia segera menepis asumsi
itu sejak Ziyu, pemuda yang seumuran dengan Taehyung itu menceritakan segala
hal tentangnya.
“jujur saja bibi, aku sangat terkejut dan sedih
karena aku tidak tahu jika dia mengalami hal seperti itu, sejak Nara meninggal
karena kecelakaan ia memutuskan semua kontak denganku, kupikir dia ingin melupakan
hal pahit itu, tapi dugaanku salah” terang Ziyu menyesal.
Ia menyesal mengapa ia tak pergi mengunjunginya saat
sahabatnya sakit.
“dia banyak mengalami hal buruk” bisik ibu Jina
sedih.
Ziyu menghentikan kegiatan menyirami bunga
anggreknya lalu mengajak wanita berparas teduh itu masuk untuk berbincang lebih
banyak.Setidaknya itu yang bisa ia lakukan untuk membantu melapangkan pikiran
ibunya Jina.
“hmm apa bibi mau minum teh, biar kubuatkan” tawar
Ziyu ramah.Namja berperawakan tinggi semampai itu berjalan ke dapur dan dengan
cepat meracik teh beraroma enak kedalam cangkir.Ia turut prihatin atas kejadian
yang menimpa putrinya, Eun Jina.
Tuk
Secangkir teh beraroma enak itu terhidang di depan
ibu Jina.
“silakan diminum bibi, anggap saja aku ini
keponakanmu hehe”
Tes
Tes
Sejenak suasana menjadi semakin senyap dan
samar-samar telinga Ziyu mendengar isakan kecil yang lolos dari bibir ahjumma
itu.
“bibi? Kenapa bibi menangis? Apa aku sudah
menyinggung perasaan bibi?”
Ibu Jina menggeleng cepat.
“tidak nak, kau tidak menyinggung perasaan bibi,
hanya saja bibi teringat dengan keponakan bibi bernama Jimin, dia tinggal
sendirian di Korea sana merawat perkebunan milik keluarga kami … hiks… sekarang
dia pasti kesepian disana … “
Deg
Ziyu mencelos mendengar penuturan ibunya Jina.Namja
tampan itu menggenggam jemari kurus milik ibu Jina sebagai tanda ikut bersedih.
“Jimin? Namanya lucu, dia pasti anak yang
menyenangkan ya bibi” ujarnya berusaha mencairkan suasana.
“dia sangat baik dan penurut, dan juga dia rajin
membantu kami merawat kebun bunga, dan dia juga sangat periang”
.
.
.
Taehyung menggeretakkan giginya seusai menerima
telepon dari Dallas.Ia menjatuhkan benda pipih itu kelantai begitu saja.Rahangnya
mengeras dan kedua bibirnya mengatup rapat.
Ia geram akan sesuatu.
“Tae, kau kenapa?” tanya Haoliu yang barusaja sampai
di apartemennya.Ia memeriksa kondisi Jina yang semakin baik.
Hening.
“Haoliu, apa aku bisa mengandalkanmu?” ucapnya penuh
penekanan.
Wanita muda yang satu tahun lebih tua darinya itu
mengernyit heran.
“sebenarnya ada apa Tae, jelaskan padaku agar aku
mengerti” ujarnya heran.
“mereka memintaku pulang ke Dallas, dan mereka sudah
merancang sesuatu yang gila” bisiknya penuh emosi.
Beberapa saat kemudian Jina yang barusaja bangun
dari tidurnya melangkah pelan ke ruang tamu, ia melihat Taehyung yang berbicara
dengan Haoliu sambil menatap tajam ke jendela besar.
“sesuatu yang gila? “ pekik Haoliu.
“ayahku barusaja menelepon dan mengancam akan
menyiksa ibuku jika aku tak segera pulang”
Haoliu terperanjat, ia tak habis pikir mengapa
keluarga sahabatnya itu begitu kejam dan tega.
“dan barusaja aku mendapat kiriman video kalau ibuku
sudah disekap di ruang isolasi sejak aku kabur dari rumah” ucapnya sambil
menahan marah.Pantas saja ia tak menjumpai ibunya setelah kepulangannya ke
Dallas.Terakhir kali ia bertemu setelah makan siang keesokan harinya ia pulang.
Haoliu melihat wajah Taehyung memerah karena
emosi.Ia menepuk pelan pundak jenjang itu berharap agar Taehyung bisa
mengendalikan emosinya.
“apa? Disekap diruang isolasi?? Bagaimana bisa Tae?,
dia itu kan ibumu” Haoliu tidak ingin percaya dengan semua itu tapi Taehyung
memungut ponselnya dan menunjukkan video itu.
“aku akan membunuh bajingan itu dengan tanganku
sendiri” ucapnya.
“jangan berkata begitu Tae, kendalikan emosimu”
cegah Haoliu.
“tapi dia itu brengsek Hao !”
Jina berjengit saat mendengar Taehyung berteriak.Ia
menghampiri kedua orang itu dengan raut wajah ketakutan.
“Jangan …. Kau tidak boleh menyakiti siapapun lagi
Tae … hiks… hiks”
Lutut Jina bergetar hebat lalu terjatuh membentur
lantai.Ia sudah membuka hati dan pikirannya sejak Taehyung membawanya ke
Beijing.
“Ji … na? apa kau barusaja mengatakan sesuatu?”
tanya Taehyung kaget.Ia menghampiri dan mengajaknya berdiri.
“aku … tidak mau melihatmu menyakiti orang Tae …
hiks … hiks”
Hati Taehyung mencelos hebat.Ia merengkuh gadis itu
kedalam pelukannya.
“apa kau sudah pulih Jina-ya? Katakan padaku kalau
kau sekarang sudah sembuh?” Taehyung sedikit menggoyangkan kedua pundak itu
karena bahagia.
Gadis itu menatap Taehyung penuh arti.
Satu jam kemudian.
Taehyung duduk terdiam sambil menatap kosong vas
bunga di atas meja.Jina duduk persis disampingnya dengan wajah bingung dan
Haoliu barusaja membuatkan mereka kopi.
Namja berhidung bangir itu memang bahagia karena perlahan
tapi pasti kekasihnya mulai pulih.Ia tak berhenti mengucap syukur
karenanya.Namun, tak bisa dibohongi jika ia gundah akan kondisi sang ibu di
Dallas.Ia benar-benar takut jika hal itu memang terjadi mengingat ayahnya
adalah orang yang keras.
“Tae, ada baiknya kau pergi ke Dallas untuk
menjenguk ibumu, aku juga punya firasat yang kurang bagus” ucap Haoliu.
Jina menatap Taehyung yang belum beranjak dari
lamunannya.
“aku punya ide”
Haoliu mengernyitkan dahinya diikuti oleh pundak
Jina yang mengendik.
“ide apa Tae?”
“apa itu Taehyung-ah?”
.
.
TBC
Komentar
Posting Komentar