Author : kaizza24
Cover : kaizza24
Main cast : Kim Taehyung, Eun Jina, Park Jimin.
Genre : Romance/AU/
Rate : PG-17
Length : Chaptered
Disclaimer : FF ini murni dari pemikiran author tanpa ada plagiarisme atau copy cat.Semua cast milik diri mereka masing-masing seutuhnya, dan author hanya meminjam karakter, nama dan kegantengannya.
Don’t be siders and RnR jusseyoo …
Summary : Distance Changed Me
.
.
Taehyung hampir saja melupakan hal penting itu.Dia sangat ingin berjumpa dengan sang ibu, sudah hampir dua tahun sejak orangtuanya pindah ke Amerika.Ia ingat bagaimana mengobati rasa rindu itu hanya dengan mendengarkan suara lembut sang ibu lewat telepon.
“aku sangat merindukannya” bisiknya.
.
.
Tes
Tes
Taehyung tak bisa mengatakan apapun ketika lengannya dituntun oleh sang ayah menuju mobil.Ia hanya tak bisa mengerti mengapa disaat ia barusaja ingin merasakan kehidupannya sendiri.Yang ia lewati sendiri tanpa orangtuanya.Jus
Hatinya tersayat.
Kedua manik tajam itu masih sibuk melihat kesana kemari untuk melihat jika saja Jina berada disekitar halaman rumah sakit.Setidakny
‘Jina-ah, kau dimana? Aku harus bagaimana?’ batinnya sedih.
Namja itu menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya yang mendalam.Sang ayah yang tampak bahagia karena saat ini bisa duduk berdampingan bersama sang putra yang sudah lama ia rindukan itu hanya tersenyum dan tersenyum.Belia
Taehyung membenci dirinya sendiri karena tak bisa memilih.
Kedua wanita yang ia sayangi di dunia ini sungguh membuatnya mati rasa.Sang ibu yang sudah lama ia rindukan dan sekarang ini beliau menunggu di bandara di Amerika.Sedangk
“ayah tau kau pasti merindukan ibu kan? Sudahlah jangan menangis lagi” ucap sang ayah.
Taehyung menekan dadanya yang sesak dengan kepalan tangannya.
Ia berharap bisa bertemu dengan Jina.Ia tahu, suatu hari ia harus kembali ke Seoul.
“maafkan aku” bisiknya lirih.
Tidak ada kata paling tepat selain kata maaf untuk Jina.Taehyung menutupi wajahnya dengan jaketnya dan membiarkan semua kekesalannya mengalir bersama airmata.
.
.
“eomma” panggil Jina saat ia sampai di pintu kamar ibunya.
Terlihat wanita yang berpostur agak kurus itu sedang terbaring lemas di tempat tidurnya.Wajahn
Menangisi putrinya.
“eomma, Jina pulang eomma” ucapnya bergetar lalu mendekati ibunya.
Jina mengelus pelan punggung tangan sang ibu dengan semua perasaan bersalahnya.Gad
“eomma, ini aku Jina”
Wanita berusia empat puluhan itu terbangun dan mengerjapkan kelopak matanya perlahan.Kalau ia tak salah mendengar, itu suara Jina putrinya.
“Jina-ah … apa itu kau nak?” ucap beliau parau.
Jina memeluk tubuh kurus ibunya dan mulai menangis keras.Walaupun semua airmatanya tumpah, itu semua tidaklah cukup untuk mengganti rasa sakit yang ibunya terima karena sikapnya.Ia sangat tahu bahwa sang ibu yang begitu menyayanginya itu berhati lembut dan mudah terluka.Dan Jina sudah melukai hati itu dengan keputusannya sendiri.
Keputusan yang egois.
“akhirnya ibu bisa memegang wajahmu Jina-ah, akhirnya kau pulang” bisik sang ibu dengan suara yang begitu lemah namun beliau sangat bahagia.
Sejenak Jina berpikir bahwa begitu menderitanya kedua orang tuanya selama ini.Ia tak memikirkan begitu besar dampak yang ia akibatkan karena membela namja bernama Taehyung.Namun ia juga tak mungkin menyalahkan Taehyung saat ini.Orangtuanya
Ironis sekali.
Berapapun jumlah uang itu.Hati kecil Jina sama sekali tidak mau menerimanya.Wal
Baginya, ketulusannya menjaga dan merawat Taehyung tak dapat ditukar dengan nominal berapapun.
“Jina-ah, sudahlah jangan menyalahkan dirimu sendiri, ibu mengerti kau pasti bingung saat itu dan memilih pergi.Ibu tahu nak, jadi jangan siksa dirimu begini” ucap beliau saat Jina duduk begitu saja di lantai yang dingin, dengan airmata yang tak dapat ia hentikan satu detik saja.
“tapi eomma, aku sudah bersalah pada eomma dan appa, maafkan aku” ucap Jina ditengah tangisnya yang pilu.
.
.
Rumah Sakit---Namja bermata sipit itu masih terbaring kritis.Wajahnya
Namun ruangan perawatan intensif itu hening tanpa penjagaan Jina.
Hanya sekali-kali para perawat memeriksa kondisinya lalu pergi meninggalkannya
.
.
Hari sudah agak siang melihat sinar matahari yang mulai menusuk.Jina sedang membantu sang ibu berjalan menuju teras rumahnya yang asri lalu duduk disana sambil menikmati kue buatan sang ayah yang masih hangat.
Suasana ini begitu tenang dan sejuk.
Sesuatu yang sudah dirindukan oleh Jina.
Dia juga dapat menyaksikan hamparan perkebunan bunga dan buah milik keluarga mereka yang sudah mekar dan berbuah banyak.Beberapa
“Jina-ah, kau lihat bunga anggrek ungu itu, Jimin-ie sudah merawatnya dengan baik”
Deg
Deg
Mendadak pikiran tenang Jina kembali kacau mendengar nama Jimin disebutkan ibunya.Ia hampir saja melupakan sosok yang lebih muda darinya itu kini masih terbaring lemah di rumah sakit.
Dan juga Taehyung.
Jina panik dan berlari mencari ponselnya di kamar.
“Jina-ah, apa yang terjadi??” teriak sang ibu melihat putrinya kelabakan.
Tap
Tap
Tap
“eomma, Jimin-ie … dia sedang sakit, dan aku lupa memberitahu kalian kalau dia masih dirawat dirumah sakit” ucapnya panik.
“apa?? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?? Katakan bagaimana kondisi Jimin sekarang Jina-ah?” sang ibu mulai panik dan tidak tenang.
Ia memeriksa beberapa pesan yang masuk.
Jina berdebar tak enak saat membaca pesan teratas yang dikirim oleh Taehyung.
From . Taehyung-ie
Jina-ah kenapa kau terlambat? Aku takut tidak bisa melihatmu sebelum pergi bersama orangtuaku ke Amerika.
Deg
Ia menggerakkan jari telunjuknya untuk membuka pesan sebelumnya.
From .Taehyung-ie
Jina-ah, kau dimana? Appa menjemputku ke rumah sakit.
Tes
Tes
“Amerika?” pekiknya pelan.
Ia merasakan seluruh tubuhnya lemas kehilangan tenaga.
“Taehyung-ah” bisiknya pilu.
Jina terhuyung dan hampir saja kehilangan kesadaran karena sangat syok membaca pesan dari Taehyung.
“eomma, aku harus pergi sekarang !” ucapnya kebingungan.
“kau mau kemana Jina-ah, kau barusaja pulang ! ibumu belum sembuh kenapa kau harus pergi lagi??” ayah Jina mencegatnya untuk pergi keluar dari rumah.
Kaki Jina yang sebetulnya sudah sangat lelah itu menjadi ingin berlari sekencang mungkin membayangkan Taehyung.Taehyu
“appa, kumohon ijinkan aku pergi sebentar saja, ada yang harus kulakukan di Seoul, daan ,..Jimin-nie, Jimin-nie membutuhkan aku ! kumohon appa” Jina berlutut dikaki ayahnya agar diijinkan pergi walaupun ia harus tidak jujur lagi.
Tak ada cara yang bisa Jina lakukan agar ayah dan ibunya percaya bahwa dia akan kembali.Jimin, namja yang dianggap sebagai adik kandungnya itu memang membutuhkannya saat ini.Tapi bukan itu, Jina ingin bertemu Taehyung untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi.
“kumohon appa, eomma …. “ Jina menangis mengingat bagaimana dulu dirinya juga berbohong untuk merawat Taehyung.Ia tak ada pilihan lain.
.
.
Jina berlari dengan sekuat tenaganya untuk sampai di pintu masuk rumah sakit.Ia ingin memeriksa apakah Taehyung masih disana.
Brak
Pintu kamar rawat inap yang sebelumnya ditempati Taehyung itu sudah kosong.Seorang perawat memberikan sesuatu padanya.
“nona, tuan Kim Taehyung menitipkan ini untukmu” ucap perawat itu.
Jina menerimanya.
“apa ini suster? Apakah dia sudah meninggalkan rumah sakit?” hanya kepanikan untuk tidak ditinggalkan Taehyung yang membuat Jina tak bisa melihat keberadaan Jimin yang masih kritis.
“kebetulan ayahnya menjemput tadi pagi dan kudengar mereka akan pergi ke Amerika” terangnya lalu meninggalkan Jina sendirian.
Gadis itu berlari lagi menuju pintu keluar dan sesegera mungkin menuju bandara.Tapi salah seorang dokter yang mengenalnya, dokter Min melihat Jina.
“Jina-ssi?? “ sapanya kaget.
Jina hampir tak mendengar dokter Min.Ia terus mencari dimana sosok itu dengan kedua matanya.
“Jina-ssi? Kau mencari siapa?” ulangnya.
“aku minta maaf dokter Min, tapi aku sedang terburu-buru !”
“Park Jimin sudah sadar !” ucap dokter Min agak berteriak karena Jina berjalan cepat.
Tap
Langkah Jina terhenti seketika mendengar Jimin sudah siuman.
“ap..apa?” hati Jina mencelos hebat.
“Saudara Park Jimin sudah siuman satu jam yang lalu dan dia mencari anda Jina-ssi, dia sudah berhasil melewati masa kritisnya”
Jina menjatuhkan tubuhnya kelantai.
“Jimin-ie …” pekiknya lirih.
Dokter Min membantunya berdiri dan mengantarnya keruangan Jimin.
Jina tidak tahu harus melakukan apalagi.Dia tak mungkin meninggalkan Jimin yang barusaja sadar dari masa kritisnya karena Taehyung.Tapi dia juga ingin melihat Taehyung.
Hatinya bergejolak tak karuan.
“noona” bisik Jimin.Wajahnya yang sebelumnya berpipi tembam itu terlihat tirus dan pucat.
Senyum tipis tercetak dibibir Jimin saat ia melihat Jina memasuki ruangannya.
“Jimin-ah, kau sudah sadar?” ucap Jina.
Namja itu mengangguk kecil.Dia terus tersenyum dan berusaha meraih tangan Jina yang tak jauh darinya.
“aku … merindukanmu noona, selama aku tidur aku merasa kau begitu jauh dari tempat tidurku.Apa benar begitu?” ucap Jimin.
Deg
Jina menitikkan airmatanya.Hati
“maafkan aku Jimin-ah, aku tidak bermaksud begitu” ucap Jina terbata.
Greb
“tidak apa-apa noona, sekarang aku bisa melihatmu” Jimin menggenggam tangan Jina dengan erat.
Tes
Tes
Jina semakin remuk melihat betapa tulusnya Jimin menunggunya dalam ketidaksadaran dan selalu ingin melihatnya.Jina
Hampir saja Jimin kehilangan nyawanya jika malam itu Taehyung tidak berhenti memukul.
Dadanya sesak mengingatnya.
“semua karena aku Jimin-ah, karena noona yang tidak pernah memahamimu”
Jimin menggeleng pelan.
“aniyeo, jangan menyalahkan dirimu.Aku yang seharusnya tidak memaksamu malam itu, dan aku harusnya mengerti bagaimana kondisimu”
Jina memejamkan kedua matanya yang berat.
Kepalanya sangat sakit walau hanya sedikit digerakkan.Selu
“Jimin-ah, aku mau tidur sebentar saja disini” ucapnya lirih lalu menurunkan kepalanya dipinggiran ranjang Jimin.
Jina terpejam.
“kau pasti kelelahan karena dia” bisik Jimin seraya mengelus rambut Jina yang sudah memanjang.
“tidurlah” lanjutnya tetap menggenggam jemari kurus Jina.
Jimin juga memejamkan kedua matanya.Senyum kecil terukir.
.
.
.
Amerika---Seora
Sang putra.
Taehyung yang berjalan perlahan dalam rangkulan sang ayah.
“Taehyung-ah”
Taehyung hanya tersenyum miris merasakan dirinya sekarang.
“eomma, aku merindukanmu” bisiknya dalam pelukan ibunya.
Taehyung menumpahkan semua beban dipundaknya dengan tangisan dalam rengkuhan sang ibu.Ia meremas baju hangat beliau karena tak dapat mengekspresikan
Kepalanya masih dipenuhi oleh pikiran tentang Jina.
Masih sama.
“kau semakin tinggi sayang, maafkan ibu karena tak menjengukmu” wanita itu menangisi kesalahannya.
“ayo kita pulang” ajak sang ayah.
Mereka bertiga meninggalkan bandara dan menuju sebuah rumah besar di Dallas, Amerika.
Udara yang dihirup oleh Taehyung begitu asing dan membuatnya mual.
“aroma apa ini?” tanyanya pada ayahnya.
Mereka sudah sampai dirumah dan Taehyung ditunjukkan pada satu ruangan yang menyimpan berbagai anggur mahal.
“wine” jawab sang ayah senang.
“kau pasti menyukainya”
Taehyung memang menyukai wine, tapi ia belum pernah mencoba wine yang mahal seperti milik orangtuanya sekarang.
“appa, aku ingin tidur.Kepalaku sakit” protesnya halus.
Taehyung menuju kamarnya yang begitu luas dan sangat bagus.Ia akui bahwa ini semua perabotan yang berkelas, namun ia merasa tak bisa menikmatinya.
Hatinya perlahan membeku.
Dalam ruangan serba bernilai tinggi, justru hatinya terjerumus dalam jurang terdalam.Namja tampan itu merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran super king size miliknya.
“mereka hidup seperti ini” gumamnya.
Ia melirik berbagai lukisan dan foto keluarga yang dipajang didinding.
“ah kepalaku sakit” ia tak mampu melanjutkan berpikir lebih banyak.Otaknya serasa ingin meledak dan Taehyung mulai memejamkan kedua kelopak matanya yang sembab.
.
.
Dua minggu berlalu dengan cepat.
Park Jimin sudah sembuh dan meninggalkan rumah sakit sejak satu minggu yang lalu.Namja itu kini kembali tinggal bersama keluarga Eun.
Setelah semua peristiwa yang Jina lalui.Jimin tidak lagi ingin memaksanya mengerti perasaannya.Nam
“noona, apa kau ingin sarapan dengan scramble?” tanyanya riang.
Sementara Jina masih duduk diatas tempat tidurnya yang nyaman.Wajah itu tampak kosong dan tak punya semangat.
“terserah kau Jimin-ah” jawabnya lesu lalu pergi ke kamar mandi.
“oh, oke kalau begitu” Jimin menutup kembali pintu kamar Jina.
Detik berikutnya raut wajah riang itu berubah murung.
“dia masih belum bisa menerima” gumamnya.
Ya, Jina masih belum bisa menerima jika Taehyung berada di Amerika.Mungkin
“ini tak adil” bisiknya ditengah kucuran air.
Jina yang dulu periang, sekarang hatinya menjadi beku dan dingin.Ia hanya mengingat semua rasa tak adil baginya dan ia tak bisa menerima kenyataan ini.
“seharusnya mereka pergi menemuiku sebelum pergi, mereka semua sampah” ucapnya penuh amarah yang tertahan.
Eun Jina, sekarang adalah gadis yang dingin dan banyak dendam.
“Kim Taehyung, lihat saja nanti”
TBC
Komentar
Posting Komentar