Author : kaizza24
Cover : kaizza24
Main cast : Kim Taehyung, Eun Jina, Park Jimin.
Genre : Romance/AU/
Rate : PG-17
Length : Chaptered
Disclaimer : FF ini murni dari pemikiran author tanpa ada plagiarisme atau copy cat.Semua cast milik diri mereka masing-masing seutuhnya, dan author hanya meminjam karakter, nama dan kegantengannya.
Don’t be siders and RnR jusseyoo …
Summary : Perpisahan tak terduga.
.
.
.
Disebuah jalan sempit itu, Jina menyusuri setiap langkah yang terasa begitu berat.Wajah yang semakin tirus itu membuatnya seperti terlihat gadis yang banyak bekerja.Dia lelah dan seluruh tubuhnya sakit.Gadis bermata bulat itu memutuskan untuk mencari udara segar di luar rumah sakit.Disamping
Nomor sang ayah.
Jina merasa begitu lelah dan membutuhkan pundak yang kokoh untuk bersandar sekarang.
Ini masih hari ke 42 ia sejak bertemu dengan Taehyung.Namun ia merasa hidupnya sudah begitu kacau.
“apa aku harus menghubungi ayah?” gumamnya takut.
Ia masih ketakutan jika ayahnya akan menguncinya lagi didalam kamar.Kenyataan
Jina ingin sekali memberitahu ayah dan ibunya untuk membagi rasa lelahnya.Rasa ketakutan dan semua kecemasan yang ia tanggung saat ini.Tetapi, jauh dalam hatinya ia masih tidak siap untuk bertatap muka dengan kedua orangtuanya.Ya,
Sekarang, semuanya telah berubah drastis.
“aku harus bagaimana Taehyung-ah? Jimin-ah? Uh?” ia berbicara pada dirinya sendiri.
Selama hampir setengah jam Jina menimang ponselnya.Ia memejamkan kedua matanya sekedar meringankan denyut di kepalanya yang sangat mengganggu.
“hmm sebaiknya aku pulang”
Gadis itu melangkah meninggalkan jalan sempit itu dan menghentikan sebuah taksi.
“ahjussi, antarkan aku ke apartemen Golden Palace”
Supir taksi itu mengangguk.
.
.
.
Rumah Jina---Tuan Eun duduk termenung memikirkan keberadaan putri satu-satunya.Pr
Cangkir kopi di meja itu berangsur mendingin karena ayah Jina tidak menyentuhnya dan terus terlarut dalam secarik foto Jina yang ceria.
“sudah hampir dua bulan, kenapa dia harus meninggalkan rumah ini? Apa dia tidak merindukan kita?” sang ibu yang sedang sedikit sakit itu menitikkan butiran bening dari sudut kelopak mata beliau.
Pilu.
“Jina kita pasti sangat merindukan ayah dan ibunya, dia pasti ingin pulang” gumam beliau dengan suara bergetar.
“apa aku sudah kasar padanya? Katakanlah Jina eomma?” tuan Eun tak kuasa menahan air mata dan menghapusnya kasar dengan lengan tangannya.
“aku tidak mendidiknya dengan baik … Jina-ah pulanglah” sang ibu kemudian menangis histeris dan memeluk ayah Jina dengan berhambur airmata.
Tuan Eun yang tak dapat berkata apapun karena melihat istrinya sangat sedih, beliau hanya bisa mengusap pelan punggung wanita yang telah melahirkan putrinya tersebut dengan penuh kasih.Beliau berharap putrinya segera pulang, atau paling tidak Jina memberikan kabar.
Itu sudah lebih dari cukup.
Walaupun hatinya sudah tersakiti dengan keputusan Jina yang begitu sembrono, bagaimana pun juga mereka tetaplah orangtua gadis bernama Eun Jina tersebut.
.
.
.
Jemari ramping itu bergerak pelan.Mengiring
“Jina? Kau kah itu?” gumamnya susah payah.
Seorang perawat itu mengangguk sambil tersenyum kecil.
“chweosonghamni
Raut wajah Taehyung menjadi kosong.
“ini semua salahku” gumamnya lirih.Hingga perawat itu mengernyitkan dahinya karena tidak dapat mengerti ucapan sang pasien.
“apa dia pergi suster?” tanyanya cemas.
Perawat itu mengatakan bahwa Jina pulang untuk beristirahat dan akan kembali lagi ke rumah sakit.
“begitu ya? Pasti dia kelelahan” Taehyung menunduk lesu.
Yang diingatnya dari kejadian kemarin malam adalah, ia melihat kesamaan antara Nara dan Jimin.Keduanya terluka karena pecahan kaca.
Dan rasa bersalah mulai merambati hati Taehyung.
Walau ia masih rapuh dan sulit untuk membedakan antara emosinya karena masa lalu dan kejadian saat ini yang membuatnya cemburu.Taehyun
Ia masih bingung dan semua kejadian itu menyisakan pukulan hebat dalam jiwa Taehyung.Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri dan bersikeras ingin melihat kondisi Jimin.Dalam hatinya, ia tak ingin mengulang kelamnya masa lalunya ketika melihat Nara meninggal.Taehy
“anda bisa melihatnya besok, karena tuan Jimin masih kritis sekarang”
Hatinya mencelos hebat.
“mengapa aku terus menyakiti orang-orang disekitarku?” ucapnya penuh penyesalan.
.
.
Jina sedang sibuk memunguti pecahan benda kubus yang telah digunakan Taehyung untuk memukul Jimin.Gadis cantik itu menggunakan sarung tangan karetnya dan perlahan memasukkan pecahan-pecahan
“Jimin-ah, maafkan aku.Harusnya aku mendengarkan perasaanmu, dan aku harusnya mencegah Taehyung agar tidak melukaimu” bisiknya lirih.
Ia terlalu lelah untuk berbicara dengan normal.
Gadis itu menjatuhkan dirinya ke lantai dan bersandar pada dinding.Mengump
Drrrrt drrrt
Ponsel Jina bergetar.Ia melirik sekilas nama yang tertera dilayar itu.
“Taehyung-ie?” Jina terkejut bukan main karena orang yang menghubunginya saat ini adalah Taehyung.
Ia bergegas menjawab panggilan tersebut.Jina bernafas lega setidaknya kondisi Taehyung sudah membaik dengan adanya telepon itu.
“halo, Taehyung-ah? Apa kau sudah sadar?” ia panik sekaligus senang karena namja yang ia cintai sudah membaik.
“kau dimana?” tanya Taehyung cemas.
Jina menghela nafas dalam-dalam dan mencoba untuk tidak menangis karena bahagia.Ia menggenggam erat ponselnya dan menempelkan lebih dekat ke telinganya.
“aku di apartemen, membersihkan lantai” jawabnya parau.
“lekaslah kemari kalau sudah selesai” pintanya.
“hm” Jina bergumam sebagai jawaban.
Jina menyeka airmata yang tak sengaja lolos saat mendengar suara Taehyung di telepon tadi.
Ia senang.
.
.
Bell apartemen Taehyung tiba-tiba berbunyi.Jina yang sedang mencuci beberapa gelas dan piring kotor di dapur itu terkejut dan menebak siapa yang bertamu sepagi ini.
Dengan rasa cemas ia membukakan pintu itu.
Sosok tinggi tegap itu berdiri tepat di hadapan Jina.
Jemari Jina mendadak gemetar hebat dan lututnya lemas.Gadis itu kebingungan dan tidak dapat mengatakan sepatah kalimat pun pada sosok itu.
“Jina-ah” panggilnya pelan.
Gadis bermata bulat itu terhuyung dan berpegangan pada daun pintu agar ia tak jatuh.
“A…AYAH?” pekiknya kaget.
Darahnya berdesir ketika menatap wajah lelah sang ayah yang sudah hampir 2 bulan ini tidak ia perhatikan.Rasa
“Jina-ah, ayah merindukanmu”
Greb
Tuan Eun berhambur memeluk tubuh putrinya dengan erat.Beliau bisa merasakan sulitnya hidup Jina hanya dari tatapan sang anak.Tatapan yang lelah dan sayu itu menampar perasaan tuan Eun.
Tes
Tes
Tes
Tak lama kemudian kedua pipi Jina yang tirus itu basah karena airmatanya.
Pelukan hangat sang ayah memang begitu hebat.Hingga Jina tak segan untuk meluapkan semua emosinya, semua yang begitu mengganggu dirinya saat ini.Ia tumpahkan rasa lelahnya dalam dekapan sang ayah.
“maafkan ayah, Jina-ah” gumam beliau serak.
Tak dapat dipungkiri bahwa tuan Eun juga sangat merindukan Jina.
Gadis itu menggeleng cepat dalam pelukan beliau.Ia menangis keras dan menepuk-nepuk punggung jenjang milik sang ayah.
Tenggorokannya tercekat.
“maafkan aku appa, akulah yang membuat semuanya kacau” ucapnya ditengah isakan keras Jina.
Tuan Eun melonggarkan pelukannya dan menatap wajah putrinya yang cantik.
“Jina-ah, maukah kau pulang? Jenguklah ibumu, dia sedang sakit” ucap beliau pilu.
Ibu Jina selalu memikirkan Jina hingga tubuhnya lelah dan jatuh sakit.Sudah satu minggu lamanya wanita yang mirip dengan Jina itu terbaring lemas di rumahnya karena sakit.
“eomma sakit?” suara Jina hampir tak terdengar oleh telinga tuan Eun.
Pria itu mengangguk pelan dan meminta Jina segera menengok sang ibu.
“kasihan eomma, dia pasti menderita” gumamnya sembari mengambil baju hangatnya dan bergegas mengikuti kemana ayahnya pergi.
Ia lupa jika Taehyung juga menunggunya di rumah sakit.
Langkah cepat Jina menyusuri koridor apartemen itu menyiratkan bahwa ia sangat khawatir pada kondisi sang ibu.Ia membawa kecemasannya menuju rumahnya.Rumah yang sangat ia rindukan.
.
.
“kenapa dia lama sekali? Apa sesuatu terjadi?” gumam Taehyung yang sudah menunggu kedatangan Jina sejak satu jam yang lalu.
Jarak antara apartemen dan rumah sakit tidak sampai memakan waktu lebih dari setengah jam jika Jina naik taksi.Namun benak Taehyung sungguh terganggu saat ia menyadari bahwa gadis yang sedang ia tunggu itu sudah sangat terlambat.
Namja bermata tajam itu meraih ponselnya di nakas dan mengubungi Jina.
“kenapa tidak diangkat?” bisiknya.
Dengan susah payah ia turun dari tempat tidurnya.
“aku harus melihatnya” ucapnya lalu mencabut alat bernama infus itu dan melemparkannya begitu saja.
Namja itu menyahut jaket miliknya dan mengenakan sepatunya tergesa-gesa.Ia
Drap drap drap
Ia tak mempedulikan jika kepalanya sangat nyeri dan pandangannya berkunang-kunan
“perasaanku tidak enak” gumamnya sembari berlari menyusuri koridor rumah sakit.
Hingga beberapa langkah menuju pintu keluar, Taehyung begitu terkejut dengan kedatangan seseorang.
Ia menghentikan langkah cepatnya dan menatap sosok itu dengan kebingungan.
“Taehyung-ah”
Suara itu, suara yang diam-diam ia rindukan.Suara berat milik sang ayah yang sudah lama tidak ia dengar.
Sosok yang mewarisi dirinya dengan bentuk hidung yang bangir dan tatapannya yang tajam itu tersenyum melihat putranya tampak lebih sehat.
Jantung Taehyung berdebar keras saat ayahnya mendekat.
Serentetan memori lamanya berputar cepat memenuhi otaknya dan membuatnya pening.Namja tampan itu meremas ujung baju rumah sakit yang ia pakai.Ia tak dapat menempatkan semua kosakatanya.
Tenggorokannya tercekat.
Kedua bibirnya mendadak kaku untuk digerakkan.
Kerinduannya pada sang ayah bercampur dengan semua kekesalan dan kebencian karena keegoisan orang tuanya.Hingga tetesan bening itu lolos dari mata tajam itu.
Mengalir hingga membasahi dagunya yang runcing.
“Taehyung-ah, ayah datang menjemputmu nak”
Deg
‘menjemputku?’ batin Taehyung tak percaya.
Kalimat pendek itu membuatnya kehilangan semua kata-katanya.So
Greb
Taehyung membiarkan tubuhnya direngkuh oleh sang ayah.Ia juga sudah lama menantikan pelukan hangat itu.Tak dapat dibohongi jika ia membutuhkan kasih sayang orangtuanya.
“ayah sangat merindukanmu Taehyung-ah”
Tes
Tes
Namja berhidung bangir itu menangis dalam diam.Ia menyukai pelukan hangat ini.Pelukan yang tidak dapat ia rasakan setiap waktu.Taehyung merasa bahwa ini adalah sesuatu yang begitu berharga.
“appa”
“iya anakku, apa yang ingin kau katakan?”
Taehyung terisak pelan dan menunduk malu.
Ia ingat bagaimana kerasnya usaha kedua orangtuanya untuk memberikannya kehidupan yang begitu mewah.Ia menangisi semua bentuk keegoisan ayah dan ibunya yang membiarkannya hidup sendirian.Fakta
“bogoshippeosse
Kali ini tangan Taehyunglah yang memeluk sang ayah dengan erat.
“sudahlah jangan menangis, kau ini namja Taehyung-ah hehe” tawa renyah terdengar indah di telinga sang anak.
.
.
“dokter Min, saya sangat berterima kasih atas kebaikan anda untuk mengobati anak saya selama ini, mungkin saya memang egois karena meninggalkan dia sendirian disini, tetapi saya juga bersyukur karena anda selalu memantau kesehatannya”
Sosok dokter ahli kejiwaan itu mengangguk senang melihat ayah Taehyung akhirnya menjemput sang anak.
“putra anda mengagumkan, pasien yang mengalami hal serupa dengannya mereka membutuhkan waktu setidaknya enam bulan untuk pulih dan bangkit dari masa lalunya yang kelam.Tapi Taehyung-ie, ia anak yang kuat dan kondisi kejiwaannya mulai membaik dan berita bagusnya, dia sudah tidak lagi ingin mengingat masa lalunya itu.Taehyung-ie
Ayah Taehyung membulatkan kedua matanya.
“maksud dokter Min?” kedua alis ayah Taehyung bertaut karena tak paham dengan maksud dokter Min yang mengatakan putranya merasa nyaman dan gadis yang merawatnya itu sudah merubah sikap keras Taehyung.
“ya, gadis bernama Jina itulah yang sudah membantu memulihkan Taehyung dari masa lalunya.Saya juga ingin berterima kasih padanya”
“benarkah?”
Dokter Min mengangguk seraya memberikan resep beberapa vitamin dan obat untuk membuat Taehyung lebih tenang.
“saya berharap Taehyung lebih sehat dan ia kembali bersemangat” ucap dokter Min senang.
‘apa jangan-jangan Taehyung menyukai gadis itu? Tidak mungkin’ batin tuan Kim Tae Woon itu gusar.
.
Tuan Kim Tae Woon melangkah ke kamar perawatan putranya dan melihat Taehyung sedang mengganti pakaiannya.Beli
“kau sudah siap?”
Namja pemilik bibir kissable itu mengangguk.Ia mengenakan celana jeans dan kemeja panjang.Sudah lama sekali sosok Taehyung itu tidak mengenakan setelan rapi itu sejak ia terpuruk.Ia lebih sering memakai kaus oblong putih dan celana hitam.Melihat perubahan itu, sang ayah tersenyum senang.Ia mendapati kemiripan dirinya dengan putra satu-satunya itu.
“wahh kau tampan sekali Taehyung-ah” puji sang ayah.
“pasti ibumu sudah menunggu di bandara, jadi kita harus cepat, dia juga ingin sekali memelukmu nak”
Deg
“bandara?”
Alis Taehyung bertaut heran.Beberapa saat yang lalu ia berpikir bahwa sang ayah akan membawanya pulang ke rumah mereka di Gangnam.
“tentu saja, apa ayah lupa mengatakan kalau kita akan tinggal di Amerika?”
Hati kecilnya mencelos hebat.
“Amerika??” pekiknya tak percaya.
“ya, ayah sudah semakin lelah untuk mengurus perusahaan di sana, lagipula ibumu menyukai rumah baru kita di Amerika.Kau harus segera membantu pekerjaan ayah”
Taehyung merasa dunia berputar begitu cepat dalam kepalanya.Ia bingung dengan keputusan sang ayah yang tak dapat ia percayai.
“kenapa harus ke Amerika?” tanyanya pelan.
Tuan Kim Tae Woon menyunggingkan senyumnya yang mirip dengan milik Taehyung.Beliau
“kau pasti merindukan ibumu kan?”
Deg
Deg
Taehyung hampir saja melupakan hal penting itu.Dia sangat ingin berjumpa dengan sang ibu, sudah hampir dua tahun sejak orangtuanya pindah ke Amerika.Ia ingat bagaimana mengobati rasa rindu itu hanya dengan mendengarkan suara lembut sang ibu lewat telepon.
“aku sangat merindukannya” bisiknya.
.
.
.
TBC
Komentar
Posting Komentar