Author : kaizza24
Cover : kaizza24
Main cast : Kim Taehyung, Eun Jina, Park Jimin.
Genre : Romance/AU/Hurt/Tragedy/
Rate : PG-17
Length : Chaptered
Disclaimer : Ff ini murni hasil karya author.Tidak ada plagiat ataupun copy cat.Author meminjam karakter Kim Taehyung BTS.
Don't be silent readers, RnR jusseyo :)
Summary : Complicated
.
.
“apakah itu berarti dia harus cepat menikah?”
Tuan Kim tersenyum lebar.
“tentu saja, putri dari Presdir Hwang rupanya sangat cocok untuk Taehyung”
Deg
.
.
“kenapa perasaanku tidak enak?’ gumam Jina sembari mematut wajah tertidur Taehyung.
Beberapa waktu yang lalu namja itu mengeluh karena tidak bisa tidur dan terus melihat foto keluarga yang tergantung di ruang tamu.Sambil berwajah sedih, Taehyung menunjuk sosok ayah dan ibunya yang merangkul dirinya di dalam foto tersebut.
1 jam yang lalu.
“Jina, apa mereka tidak pernah mencariku?” ucapnya tiba-tiba.
Jina yang kaget dan tidak dapat mencari jawaban yang paling tepat itu mengatakan bahwa kedua orangtua Taehyung tidak lama lagi akan menjenguknya.Dan gadis itu meminta Taehyung untuk tidak terlalu khawatir.
Ia hanya ingin Taehyung tenang.
“tapi, kau mengatakan aku sudah hampir 2 bulan sakit seperti ini, dan kenapa mereka tidak pernah kemari?, itu aneh” gumamnya.
Jina menelan ludahnya kasar.
“Taehyung-ah, apa kau benar-benar sadar jika kau sedang sakit?” Jina tampak terkejut.
Namja berhidung bangir itu menghadap Jina dan tersenyum.
“aku sudah melihat kertas-kertas yang didalam map, dan disana tertulis jika aku mengalami sakit mental sejak kejadian akhir bulan April”
Deg
“ap..apa kau benar-benar yakin?” tanya Jina panik.Ia hanya ketakutan jika Taehyung kembali kalap ketika mengingat tragedi yang sudah membuatnya seperti sekarang.
“entahlah, aku hanya merasa bingung sekarang.Terkadang aku merasa sedih dan bayangan orang itu selalu muncul dalam otakku.Tapi, aku juga merasakan kenapa aku hidup seperti orang gila dan berpikir tentang kenapa kau ada disini untuk merawatku…aku masih bingung”
Jina menahan nafasnya.
“aku ingin bertemu ayah” ucapnya lirih.
Sementara Jina hanya bisa menatap dalam-dalam wajah yang terlihat bingung dan sangat merindukan orangtuanya.
Ia membujuk Taehyung agar segera tidur dan berharap namja itu merasa tenang.
Dan sekarang, ia benar-benar tidur nyenyak.
Dengan penjagaan Jina disamping ranjangnya.
“kau pasti sangat merindukan mereka Taehyung-ah … sama sepertiku ..”
Airmatanya tiba-tiba terjatuh bebas.
Tak dapat dihindari jika Jina juga sangat merindukan orangtuanya.Tapi ia juga tidak ingin menyalahkan siapapun saat ini.
Semuanya sudah terjadi begitu saja.
.
.
Jina beranjak keluar dari kamar Taehyung.Ia sudah menggenggam ponselnya, berniat untuk menghubungi ayah Taehyung.Namun ia mengurungkan niat itu karena kedua manik hazel miliknya menangkap sosok Jimin yang tengah terjaga.Namja yang bersurai kemerahan itu duduk termenung di sofa panjang.
Ia hampir saja lupa jika Jimin malam ini menginap.
“noona, aku ingin bicara” ucapnya pelan.
Terlihat dari raut wajah Jimin, namja itu sangat canggung untuk sekedar menyamankan dirinya di sofa milik Taehyung itu.
Ia merasa sangat payah.
“aku, aku akan tidur di sauna saja, disini tidak nyaman” ucapnya hendak pergi.
Jina menggeleng.
“besok saja Jimin-ah, sekarang sudah larut dan kau perlu istirahat, apa kau lupa apa yang dikatakan dokter Min tadi?”
Gadis yang rambutnya terurai itu menghampiri Jimin.
“aku tahu, tapi aku tidak nyaman untuk menginap dirumah ini.Rasanya … dingin”
“aku akan menyalakan penghangat ruangannya, tunggu sebentar”
Greb
Jimin mencegah.
“noona, tidak perlu.Bukan itu maksudku yang sebenarnya”
Jina mengernyitkan dahinya.
“lalu?”
Namja bermata sipit itu duduk dan mengubah posisinya untuk menghadap Jina.
“noona, bagaimana bisa seorang namja bersedia tinggal dirumah namja lain?, terlebih jika namja itu adalah orang yang kau sukai? Hm?”
Deg
“kenapa kau mengatakan hal seperti itu?” tanya Jina lirih.
Ia tahu Jimin memang memiliki perasaan lebih dari seorang ‘noona’ padanya.Namun ia benar-benar tidak ingin hal itu terjadi.Bagaimanapun dalam hidupnya, Jimin tetaplah seorang keponakan.
“Jimin-ah, kau istirahatlah, kau terlihat sangat lelah” Jina menepuk pundak Jimin dan berniat meninggalkan namja itu.
“noona !”
Jina terkejut.
“kenapa kau berteriak?” Jimin mendengus kesal.
“aniya, aku hanya ingin kau disini saja, temani aku” tangan Jimin meraih tangan Jina dan menariknya hingga ia terduduk disampingnya.
“Jimin-ah, apa yang kau lakukan?” pekik Jina saat melihat Jimin hendak menciumnya.
Jimin mendekatkan wajahnya pada Jina.
“noona, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, kenapa kau juga ingin menjauhi aku?” bisiknya tepat di telinga Jina.
Gadis itu bergidik karena nafas Jimin begitu berat menerpa
“aku tidak mengindarimu, kenapa begitu?” jawab Jina sambil mewaspadai gerak gerik Jimin.
Namja itu menunduk putus asa.Ia putus asa karena Jina tidak pernah bisa melihat perasaannya yang tulus.Jimin merasa dirinya begitu sia-sia meskipun saat ini orang yang disayanginya tengah sangat dekat dengannya.Percuma, Jina melihat namja lain.
Kim Taehyung.
“noona, apa kau benar-benar tidak tahu perasaanku?” cicit Jimin.
Jina berusaha menghindari tatapan tajam Jimin pada dirinya.
“perasaan apa? Tolong lepaskan aku” pinta Jina mulai panik.
“aku tidak akan melepaskanmu noona, sebelum kau menjawab pertanyaanku” sergah Jimin.
Nada bicaranya begitu berat dan sungguh-sungguh.Kedua manik coklat itu juga berkilat tajam, seolah menjelaskan bahwa saat ini ia tidak bercanda samasekali.
Jina merasa terintimidasi karenanya.
“Jimin-ah, aku akan menjawab, tapi tolong lepaskan aku” Jina menggerakkan kedua tangannya yang digenggam oleh Jimin erat.
Jimin menggeleng untuk menolak melepaskan Jina.Ia mengulum senyum kering.
“jawab saja seperti ini, noona” Jina menelan ludahnya.Ini adalah pertama kalinya melihat Jimin begitu berbeda.Ia terkesan dingin dan marah.
“aku …”
Tap
“Jina !” panggil Taehyung yang entah sejak kapan berdiri didepan pintu kamarnya dengan wajah dingin.Jina sangat terkejut dan mendapati namja yang ia sukai itu tengah memegang sebuah hiasan meja yang terbuat dari kaca.Bersiap untuk melemparkan benda itu kapanpun ia mau.
Jimin mendengus kesal dan menghempaskan tangan Jina yang mulai memerah.
“Tae ..Taehyung-ah !” Jina hendak beranjak dari sofa untuk menghampiri Taehyung.
Ia sangat khawatir jika namja tampan itu akan memecahkan benda itu dan mengulang kembali melukai dirinya.Jina bisa merasakan kemarahan Taehyung sekarang.Walaupun ia tak tahu jelas, apa penyebab emosi Taehyung tersulut.
“letakkan benda itu Taehyung-ah, kumohon” bisik Jina saat ia sudah berdiri disamping Taehyung.Jemarinya menahan lengan Taehyung agar tidak menjatuhkan benda berbentuk kubus itu.
“kau, kenapa kau masih disini? Kau sudah membuat tangannya sakit !” teriak Taehyung marah.Ia menunjukkan tangan Jina yang memang memerah karena Jimin menggenggamnya begitu erat.
Jimin tidak percaya melihat sosok yang ia ketahui sedang sakit mental itu kini meneriakinya seperti sedang cemburu.
“mworago? , apa kau sedang memarahiku sekarang?” Jimin mendekati Taehyung dengan perasaan sebal.
Jina yang berada diantara kedua namja yang sama-sama emosi itu mulai bingung dan panik.Ia takut Taehyung akan bertindak kasar pada Jimin, begitupun sebaliknya.
“Jimin-ah, sudahlah” cegah Jina.
“noona, apa kau lebih membela orang sakit ini daripada aku !!!? apa dia begitu pantas untuk kau bela??” Jimin meninggikan nada bicaranya.
Sambil menahan lengan kekar Taehyung, Jina sedikit mendorong dada Jimin untuk sedikit mundur.Perkelahian antara Taehyung dan Jimin ?, sungguh itu bukan hal yang harus terjadi saat ini.
“kenapa kau berteriak dirumahku hah?!!!” kali ini Taehyung benar-benar sudah emosi.Matanya begitu tajam menatap Jimin.
Jimin yang tersinggung itu mendorong Jina kesamping dan ia sekarang berdiri tepat dihadapan Taehyung.Jemarinya mencengkeram kuat kerah kaus panjang Taehyung.
“yak Jimin-ah, lepaskan dia !” teriak Jina ketakutan.
“kau pikir aku takut memukulmu?” ucap Taehyung geram.Genggaman tangannya pada benda kubus itu terlihat sangat kuat hingga buku-buku jarinya memutih.
“Taehyung-ah, lepaskan benda itu .. kumohon” Jina berlutut dan meminta Taehyung meletakkan benda itu.Ia takut benda itu akan melukai dirinya ataupun Jimin.
“kalau begitu ayo pukul aku sekarang juga, orang sakit !!, kau itu sampah !!! semua ini gara-gara kekasihmu yang sudah mati itu, karena dia ayahku meninggal !!! kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang ayah hah !!!! kau itu hanya sampah yang bergantung pada Jina !! Dasar sakit jiwa !!” Jimin akhirnya mengucapkan serapah karena rasa sakit hatinya selama beberapa bulan terakhir pada Taehyung, dan kalimat itu sukses membuatnya sangat marah.
“apa … katamu ???!!!!” Taehyung menggeretakkan giginya.
PRAAAAANNNGGGGG
AAAAARGGGGHHHHH
BUGH
Seseorang terjatuh dengan luka di pelipisnya.
Sedangkan benda kubus itu sudah pecah berkeping-keping.
“ANDWAEEE !!!!!” teriak gadis itu diliputi ketakutan yang luar biasa.
Darah segar mengucur dari pelipis namja itu.Dan sekarang ia terkapar lemas di lantai marmer yang dingin.Jimin sempat menitikkan beberapa tetes airmatanya yang mengiringi sakit hatinya pada Taehyung.
“Park Jiminnn ! , bangunlah kumohon …. Jimin-ahh” Jina merasakan dadanya sangat sesak saat mendapati Jiminlah yang terluka parah.Sedangkan namja bersurai coklat tua itu tampak terkejut atas apa yang telah ia lakukan.Ia melangkah mundur, terhuyung.
Taehyung telah memukul kepala Jimin menggunakan benda kubus itu hingga pelipis Jimin robek.
“Kenapa ini bisa terjadi ???? Jimin-ahhh bangunlah, jeball” Jina menaikkan kepala berlumuran darah segar itu kepangkuannya.Namun Jimin sudah tidak sadarkan diri.
Untuk sejenak ia melupakan sosok Taehyung yang saat ini terlihat begitu ketakutan dan gemetar hebat.Perlahan jemari ramping itu memungut pecahan kaca dari benda kubus tadi.Keringat dingin mulai membasahi dahi dan leher Taehyung.
“darah …. Dda..rah” gumamnya terbata.
Jemari bergetar itu menatap tajam pecahan kaca itu dengan mata bersimbah airmata.
Ingatan pahit dan kelam itu mulai menyelimuti Taehyung.Rasa ketakutan yang mendalam dan juga sosok Jimin yang sekarang tak sadarkan dirinya.Taehyung tidak bisa menggerakkan kedua kakinya untuk berdiri.Seakan semua yang telah terjadi sudah menyudutkan dan menghimpit tubuhnya dengan kuat.Ia tak berdaya.
“Taehyung-ah, jangann ! hiks hiks … jeball… kenapa kalian semua membuatku ketakutan ?? Taehyung-ahh … Jimin-ahh” Jina mencengkeram dadanya yang begitu sesak.
Airmatanya sudah membasahi kedua pipinya yang tirus.
“Nara … Ji…min …?” gumam Taehyung begitu lirih.
Ia berusaha menggabungkan ingatan antara tragedi yang sudah merenggut nyawa Nara dan kejadian saat ini, Jimin yang telah ia pukul dengan benda itu hingga kepala namja bermata sipit itu mengalami luka parah.
“AAARRRGGGGGGG”
Brugh
Taehyung tak sadarkan dirinya.
Beberapa luka memenuhi kaki telanjangnya dan telapak tangan Taehyung yang robek akibat menggenggam pecahan kaca itu menganga dan mengeluarkan darah.
Seketika aroma amis itu memenuhi ruang tengah apartemen Taehyung.
Dan Jina, ia sangat shock melihat kedua peristiwa mengerikan itu terjadi tepat didepan matanya.Ia merasa sangat terpukul dan bingung.
Dengan Jimin dipangkuannya yang entah ia masih bernafas atau tidak, dan Taehyung, namja yang ia cintai itu juga terluka.Jina memukuli lantai marmer dingin itu dengan kepalan tangannya, ia begitu frustasi dan hampir kehilangan kesadarannya.
Ia meraih ponsel milik Taehyung dan menelepon rumah sakit dengan jemari berlumuran darah dan gemetar hebat.
Ia tak sadar, jika kedua kakinya juga terluka karena pecahan benda itu.Namun ia tak peduli lagi.
Hatinya hancur melihat Jimin dan Taehyung saat ini.
“Tuhan… hiks … hiks … kenapa kau lakukan ini semua padaku?”
“Jimin-ah, maafkan aku … Taehyung-ah, mianhae …jeongmal mianhaeyo …” Jina menangis putus asa.
.
.
.
“Taehyung-ssi mengalami guncangan emosi yang sangat kuat, ada sesuatu yang sudah membuatnya marah dan mengambil tindakan itu” dokter Min tampak kebingungan soal penyebab guncangan emosi yang dialami Taehyung.
Gadis bernama Eun Jina itu menunduk pilu.
Ia tak tahu harus menjelaskan seperti apa pada dokter Min sekarang.Jina masih sangat sedih dan cemas mengenai kondisi kedua namja yang dekat dengannya tersebut.
Ini masih jam empat pagi.Dan berbagai kesedihan memenuhi otaknya yang rasanya hampir meledak.
Tes
Tes
“apa terjadi sesuatu Jina-ssi? Kenapa kau menangis?” dokter Min terlihat bingung dan mendekatinya untuk bertanya.
“aniyeo, aku hanya tidak tahu mengapa semua ini menjadi sangat berantakan” gumamnya.
Dokter Min menepuk pundaknya pelan.Pria berusia empat puluh tahun itu mencoba memberi Jina semangat.
.
.
Jina mengayunkan kakinya yang lemas menuju ruang tunggu rumah sakit.Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang semua hal mengerikan itu.Kepalanya sudah berdenyut keras dan matanya juga pedih karena ia belum tidur sejak kemarin.Disamping itu, rasa sesak yang tak kunjung hilang itu terus mengganggu dadanya.
Sret
Kedua manik basah itu menatap pintu ruang ICU.Ada Jimin disana yang memperjuangkan hidupnya.Setelah operasi besar beberapa jam yang lalu, namja itu dinyatakan masih kritis.
Tes
Tes
“Jimin-ah .. mianhae ..” bisiknya serak.
Ia masih enggan melihat Jimin ataupun Taehyung yang juga masih mengalami shock.Hatinya terpukul.
“semua ini karena aku, seandainya waktu itu aku tidak menolongnya, mungkin aku masih bisa tertawa bahagia dan hidup tenang bersama ayah dan ibu”
Jina membiarkan airmatanya menganak sungai di pipi hingga ke dagunya.Ia kehilangan banyak tenaga.
“tapi, Taehyung-ah … aku melakukan ini semua demi kau.Aku hanya ingin melihat kau bisa tersenyum dan sembuh … hanya itu saja.Tapi kenapa sangat sakit sekali?? Kenapa Taehyung-ah?” Jina meracau ditengah isakan tangisnya.
Gadis itu begitu pucat dan sangat menyedihkan.
.
.
"Apa?? Kau melihat putriku tinggal bersama laki-laki??" teriak tuan Eun emosi.
Beberapa waktu lalu ia pergi menemui orang yang dipanggil 'hyungnim' olehnya.Dan ia mendapat berita jika Jina tinggal disebuah apartemen mewah bersama seorang laki-laki.
"Jadi benar kalau Jina tinggal bersama anak kurang ajar itu??" gimam beliau kesal.
"Yak kau jangan cari masalah dengan keluarga Kim, mereka bisa sangat kejam" saran kakak tertua tuan Eun.
Ayah Jina terdiam.
"Kudengar anak mereka itu sakit jiwa dan orangtuanya sengaja menyembunyikannya demi bisnis cemerlang mereka di Amerika"
Deg
"Sakit mental??" tuan Eun sangat terkejut.
"Iya, sakit jiwa setelah pacarnya meninggal dalam kecelakaan maut" tambahnya.
"Ini tidak bisa dibiarkan hyungnim, putriku bisa saja dalam bahaya jika bersama anak itu"
"Yak yak kau mau kemana !!"
.
.
.
TBC
Komentar
Posting Komentar