Langsung ke konten utama

The Broken Mirror part.8

Author : Kaizza24
Main cast : Kim Taehyung, Eun Jina, Park Jimin.
Genre : Romance/AU/Hurt/Tragedy/Slight Psycho
Rate : PG-17
Disclaimer :
FF ini murni dari pemikiran author tanpa ada plagiarisme atau copy cat.Semua cast milik diri mereka masing-masing seutuhnya, dan author hanya meminjam karakter, nama dan kegantengannya.

Don’t be siders and RnR jusseyoo …

Happy Reading
.
.
Eun Jina !
.
.
Ia terperanjat saat mengetahui sosok yang berdiri di belakangnya saat ini.
Pria yang telah memberikan marga 'Eun' pada Jina tersebut menatap putrinya.

"Ap…appa?" pekiknya panik.

"Benarkah ini kau?" ayah Jina terlalu terkejut melihat putrinya yang semakin kurus dan tampak kurang tidur.




Dihampirinya Jina dan berusaha menekan emosinya yang sudah membayanginya sejak putrinya pergi ke Seoul untuk bekerja.Terlebih beberapa hari yang lalu, ketika Taehyung menjawab telepon saat Jina tertidur.Hal itu membuatnya marah dan kecewa.

"Appa, maaf...kan aku"

Taehyung melirik Jina yang tengah dipeluk oleh sang ayah.Senyum tipis itu memudar.Ia berdiri untuk menghampiri Jina yang sedang menangisi situasi saat ini.Begitu banyak yang menekan dadanya hingga sesak, hanya tetesan airmata itu yang dapat melukiskan perasaan Jina.

Srak

"Appa?" ucap Taehyung parau.

"Siapa namja ini Jina-ah?"

Namja bermata tajam itu meraih lengan Jina.
Dibimbingnya gadis itu berdiri.

"Dia Taehyung, Kim Taehyung... appa .." suara lirih Jina menandakan sebenarnya ia tak ingin mengenalkan sosok Taehyung sekarang.

Terlebih pada ayahnya.Ia bisa menebak ayahnya akan berprasangka buruk pada Taehyung.Jina, dia tidak ingin Taehyung menerima hinaan atau makian dalam kondisinya yang masih sakit.

Tuan Eun mengernyit heran.Seolah mengingat sesuatu yang sangat membuatnya marah.

"Jangan-jangan, waktu itu kau yang menjawab telepon Jina? Dan kau mengatakan kalau putriku, Jina, tidur dirumahmu??"

Hati Jina mencelos hebat.Ia tidak siap untuk menghadapi hari ini.
Ia yakin sang ayah akan melarangnya kembali 'bekerja' menjaga Taehyung.

'Tidak, aku harus merahasiakan yang sebenarnya pada ayah, ayah tidak boleh tahu kalau Taehyung mengalami gangguan mental' batinnya.

"Tidur?"

Taehyung tampak begitu kaku untuk berinteraksi dengan sosok baru baginya.Diremasnya pinggiran kaus putih itu hingga kusut.

"Hei, kalau orangtua bertanya, jawablah yang benar ! " hardik beliau tidak suka.

Jina mendorong Taehyung agar ia masuk kedalam mobil.Situasi ini semakin tidak kondusif bagi Taehyung.Namja berkaus putih itu tampak terkejut dan mulai gemetar.Jina tak ingin Taehyung tersulut emosi dan bisa saja ia melukai dirinya sendiri karena tertekan.

"Appa, kenapa appa memarahinya? Dia tidak tahu apa-apa .." Jina mengusap kasar jejak linangan air matanya.

Suaranya berubah serak.

"Eun Jina ! , apa kau berubah menjadi orang yang sangat bodoh huh? Apa kau berkencan dengan laki-laki itu dan membelanya sekarang?"

Gadis itu terhuyung dan hampir saja terjatuh jika Park Jimin tidak sigap menangkapnya.Kalimat yang diucapkan ayahnya sungguh membuatnya tersentak.

"Sudah paman, Jina noona sedang tidak baik, dia kelelahan lebih baik kita ajak noona pulang"

“tidak mau, Jimin-ah, tolong bantu aku” rengeknya.

Jina bersikeras untuk kembali ke mobil dan membawa Taehyung pergi.Namun tangan Jimin mencegahnya dan menarik Jina, mengajaknya berjalan meninggalkan Taehyung yang menatapnya dengan pandangan tidak suka.

"T..tae...Taehyung-ah, Appa, Jimin-ah aku harus menjaga dia, jebaall lepaskan aku" Ia meronta dengan segenap sisa tenaga yang dimilikinya.

Jimin melirik sebentar mobil milik Taehyung.Ada kilatan rasa benci dan kasihan dalam dirinya pada Taehyung.Namun sudah dikalahkan oleh rasa sukanya pada Jina dan berniat menjauhkan Jina dari Taehyung.

Mereka bertiga meninggalkan pemakaman, membiarkan namja berparas tampan itu duduk terdiam di jok belakang mobilnya.

Hening.

Hanya sayup angin kering yang tertiup menerpa wajah Taehyung yang melamun sambil menengok ke arah kemana Jina dibawa pergi oleh ayahnya dan Jimin dari jendela mobil.

Namja itu terlihat sedih dan kesepian.

"Appa?" gumamnya lirih.

Sebuah tetesan butiran bening itu terjatuh dari sudut matanya.

Kim Taehyung menangis.
.
.
.
"Appa ! Tolong ijinkan aku melihatnya sebentar saja, aku tidak boleh meninggalkannya seperti itu ... Eomma, kenapa kalian berdua hanya diam saja ??" Jina menangis dan memohon sambil berlutut di kaki orangtuanya.

"Apa kau begitu bodoh Jina-ah?,,dia hanya ingin membuatmu sengsara! Coba lihatlah dirimu, kau sangat kurus dan wajahmu menyedihkan !"

"Tapi Appa, dia membutuhkan aku !, kumohon...tolong aku "

"Jina-ah, kau harus tahu Appa dan Eomma sangat mencemaskanmu"

Jina menggeleng cepat.Ia tahu akan menghadapi ini jika kedua orangtuanya mengetahui, tapi ini sungguh diluar dugaannya.Jina merasa dadanya semakin sesak ketika mengingat wajah Taehyung yang sedih ketika ia dipaksa meninggalkan pemakaman tadi.

"Aniyeo eomma ... Hiks .. Hiks ...Taehyung-ie ... Hiks ... Aku harus membawanya pulang" ia memukuli lantai ruang tamu rumahnya.

"Memangnya dia tidak bisa pulang sendiri?? Apa dia itu tidak waras hah, sehingga kau tidak boleh meninggalkannya sendirian?? Jawab ayahmu ini !"

Tes

Tes

Bibir Jina terkunci rapat.Ia menunduk dan kembali memukuli lantai kayu dibawahnya.

Sesak dan menyakitkan.

'Appa, Eomma, kalian tidak mengerti' batin Jina.

"Noona, maafkan aku" bisik Jimin dari balik pintu.
.
.
.
Taehyung masih terdiam.
Ia membuka pintu mobil dan berharap menemukan sosok Jina.Perutnya sudah mulai perih karena belum memakan apapun sejak tadi pagi.

“appo” rintihnya pelan.Diusapnya perut itu dan kedua maniknya sibuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.Hanya beberapa tisu dan satu botol air mineral yang dapat ia temukan, namun itu tidak cukup untuk membuatnya kenyang.

Taehyung pun membuka pintu mobil yang memang tidak terkunci.Ia turun dan melangkahkan kakinya pergi menjauh dari pemakaman.Taehyung berjalan agak terhuyung, ia berlindung di bawah pohon rindang untuk meminimalisir rasa sengatan matahari di kulitnya, tak jauh dari situ.

“aku lapar” ia tampak bingung dan cemas.
.
.
Matahari sudah mulai lebih terang menyinari.Namun tidak sanggup membuat hati Jina menghangat kecuali ia bisa melihat sosok Taehyung baik-baik saja.Ayah dan ibunya melarangnya untuk pergi melangkah keluar dari rumah dengan alasan untuk melindunginya dari Taehyung.Saat ini mereka menjaga agar Jina tidak keluar dari kamarnya untuk menemui namja bernama Taehyung tersebut.

“alasan mereka sangat konyol sekali” gumamnya sedih.

Selama beberapa menit Jina masih terlarut dalam kesedihannya dan juga sikap orangtuanya yang terlalu jahat pada Taehyung.Namun ini adalah konsekuensi dari pilihannya sejak awal.Bagaimanapun caranya, Jina harus menjaga Taehyung karena isi surat perjanjian antara dirinya dan orangtua Taehyung.

Tanggung jawabnya untuk selalu mendampingi kemanapun Taehyung pergi, hari ini telah dilanggarnya.

Gadis itu melihat keluar jendela kamarnya.Dari celah sempit itu ia dapat melihat dari kejauhan bahwa mobil sedan putih itu masih terparkir di pemakaman.Jina menelan ludahnya kasar.

“dia belum makan apapun, perutnya pasti sakit” ucapnya serak.
.
.
.
Hari semakin sore.

Namun tak ada perubahan dari sikap orangtua Jina.Mereka samasekali tidak melunak walaupun putrinya menangis selama berjam-jam.Jimin tidak diijinkan menghubungi Jina.Dan yang paling membuat gadis itu marah, ponselnya diambil oleh ayahnya dan sekarang ia dikurung didalam kamarnya sendiri.

“aku harus bagaimana ini, Taehyung-ie pasti kesakitan karena ia belum makan” ucapnya panik.

Tuk

Jina menoleh ke asal suara.
Dilihatnya dari dalam kamar menuju jendelanya yang cukup besar.Disibakkannya tirai coklat muda itu kesamping.

Deg.

Hatinya mencelos hebat saat melihat sosok itu berdiri sambil mengetuk kaca jendela kamarnya.Peluh membasahi pelipisnya dan ia juga berjalan sedikit pincang.

“Taehyung-ah, jangan mendekat kesini” Jina memberikan isyarat untuk menyuruhnya pergi.Jina tidak ingin kedatangan Taehyung justru membuat ayahnya semakin marah dan bisa saja Taehyung akan benar-benar diusir.

Tuk tuk tuk

Jari panjang itu masih giat mengetuk kaca jendela kamar Jina.Dilihatnya wajah pucat Taehyung yang sedih dan tampak habis menangis.Jina menempelkan jarinya ke kaca.Tepat dimana jari Taehyung mengetuk.

“hiks, maafkan aku Taehyung-ah, aku harus bagaimana? Hm?” bisiknya menatap wajah tampan itu dalam-dalam.

Taehyung terdiam menatap Jina yang menangis.
Perlahan namja itu turun dan duduk sambil menatap Jina.Ia tampak kelelahan dan beberapa kali terbatuk.

“jangan duduk disana Taehyung-ah, kau bisa sakit” ucapnya lebih keras, berharap Taehyung dapat mendengarnya.

Tuk

Taehyung mengetuk lagi.Namun kali ini diikuti tetesan airmata.Pemandangan ini membuat Jina mati rasa.Untuk pertama kalinya Jina melihat sosok Taehyung begitu ingin melihatnya.Jina mencelos saat ia menyadari bahwa Taehyung tidak memakai sepatunya.Dilihatnya beberapa luka di kaki namja itu dengan tatapan nanar.

“kau terluka Taehyung-ah” gadis itu beranjak dari lantai kamar dan mencari cara untuk dapat keluar.Ia sudah tidak tahan jika harus menyaksikan namja yang disayanginya itu terluka.
Jina membuka engsel jendelanya dengan sebuah obeng kecil yang ada di dalam kotak peralatan.Ia memutar sekrup yang menautkan engsel itu pada kayu.

Taehyung masih menatap Jina sambil terduduk.Namja itu mengamati Jina yang sibuk untuk membuka jendela kamarnya.

Brak.

Terbuka.

Pintu kamar Jina dibuka kasar oleh Jimin.

“Ji..jimin-ah?” pekik Jina kaget karena ia tidak menyangka Jimin datang dengan wajah panik.Sebuah alat untuk membuka gembok ada di genggamannya.

“noona, kau bisa keluar sekarang dan ajak dia pergi dari sini, cepatlah !!” pinta Jimin sambil masih mengatur nafasnya yang terengah.

Jimin sedari tadi memang mengikuti kemana Taehyung pergi, dan ia menyadari bahwa namja itu lebih membutuhkan Jina dibanding dirinya.Walaupun ia tidak rela membukakan pintu kamar Jina yang sudah dikunci oleh pamannya, Jimin masihlah punya hati nurani .Ia juga tidak tega melihat Jina dikurung seperti itu.Terlebih jika semua ini dibiarkan, tidak ada kebaikan yang akan terjadi.Park Jimin sudah mengetahui soal perjanjian Jina dengan orangtua Taehyung.Namja bermata sipit itu berusaha untuk memahami jika dirinya berada pada posisi seperti Jina.

Pasti sangat sulit.
“Jimin-ah…” Jina mencengkeram lengan Jimin.

Lidahnya kelu untuk digunakan berbicara dengan Jimin.Jina melihat Jimin terlihat panik saat mendengar suara derap langkah yang mendekat.Ia mendorong Jina agar cepat keluar dan membawa Taehyung pergi.

“paman datang, noona kau cepatlah pergi sebelum mereka mengurungmu lagi” Jina merasa sedih akan sikap Jimin.

Beberapa jam yang lalu ia menyumpahi Jimin karena sudah memanggil ayahnya untuk menyeretnya pulang.Namun saat ini, tak ada kata yang lebih baik baginya pada Jimin selain ‘terima kasih’.Jina mengusap pelan pucuk kepala Jimin dan bergegas menghampiri Taehyung.

“gomapta Jimin-ah”

Jina mengendap pelan dan mengajak namja bersurai coklat itu berdiri.Ia masih bisa melihat Jimin kembali mengunci gembok pintu kamarnya lalu ia pergi keluar dari pintu belakang.Jina hanya ingin secepatnya membawa Taehyung pulang ke apartemen.
.
.
.
Apartemen--- Jina duduk terdiam di sofa tunggal disudut ruang tengah itu.Ia menekuk kedua lututnya dan mendekapnya rapat.Kelopak matanya sudah sembab dan matanya memerah karena menangis.Ia mengingat bagaimana ia dipaksa pulang dan dikurung di kamarnya tadi.Ia menghela nafas berat.Ia sangat lelah dengan apa yang telah terjadi hari ini.

“appa?” Taehyung berulang kali menyebut kata itu pada Jina.

Gadis itu menyuruhnya duduk disampingnya.

“appa?” Jina membetulkan letak rambut Taehyung yang berantakan.Rasa sayangnya pada Taehyung semakin dalam dan ia tidak ingin meninggalkan namja itu seperti tadi pagi.

“duduklah, aku akan menceritakan sesuatu” Taehyung menurutinya walaupun ia terlihat bingung.

“apa kau merindukan ayahmu hm?” Jina menatap wajah itu dengan matanya yang sayu.

Taehyung hanya terdiam dan menatapnya kosong.

“baiklah, aku anggap kau memang merindukan ayahmu, hm, pertama-tama aku minta maaf karena sudah meninggalkanmu di mobil dan kakimu juga terluka karena kau berjalan menuju rumahku” Jina setengah mati menahan agar ia tidak menangis lagi.

“apa kau memaafkan aku?” tanyanya pelan.

Taehyung mengamati wajah Jina yang sangat sedih.Ia tersenyum kecil.

“maaf?” Jina mengangguk bahagia karena Taehyung mulai dapat berinteraksi dengannya.

“ya, maaf”

Greb.

Jina meraih tubuh jangkung itu dan memeluknya sambil menangis.Ia terharu karena Taehyung bisa berbicara normal, walaupun masih terdengar kaku, tapi itu adalah kebahagiaan besar bagi Jina.

Jina juga merasakan usapan pelan di punggungnya saat memeluk Taehyung.Ia semakin tidak bisa menahan tangisannya dan akhirnya ia terisak keras.

“terima kasih Taehyung-ie, terima kasih untuk mau berbicara denganku, aku sangat menyayangimu ..” gumamnya.

Sejenak, Jina ingin melupakan kejadian hari ini.Ia juga membutuhkan pundak yang kokoh untuk bersandar.Jina tidak menuntut banyak, ia bisa memeluk Taehyung seperti ini saja merupakan kebahagiaan dan ia bisa melepas semua rasa takutnya akan kehilangan sosok Taehyung.

Pelukan hangat itu, membuatnya tenang dan merasa nyaman.

“terima kasih” gumam Taehyung menirukan Jina.

.
.
.

Setelah kejadian kemarin, Jimin tidak menampakkan dirinya di rumah Jina.Ia ketakutan jika pamannya memarahi dan menyuruhnya untuk mencari dimana Jina berada.Namja bersurai kemerahan itu memilih untuk pergi dan menenangkan hatinya yang kacau.

Dipandanginya fotonya bersama Jina didalam dompetnya.Jimin menengadah ke langit cerah pagi itu dan menghirup udara segar.Walaupun itu tak dapat mengurangi rasa sedihnya saat mengingat Jina.

“Park Jimin, kenapa sungguh sial?, ayahmu meninggal saat bekerja.. lalu kau menyukai seorang gadis yang masih saudaramu sendiri..dan sekarang kau malah menyuruhnya pergi dengan laki-laki lain itu… “ umpatnya pada dirinya sendiri.

Tetesan bening itu lolos.

"Aku bisa apa ?" ucapnya parau.
.
.
.
"Jina pasti kabur dengan namja brengsek itu ke suatu tempat" gumam tuan Eun sambil memandang pintu kamar putrinya yang berantakan.Engsel jendela kamar itu juga sudah hampir copot.

Pria setengah baya itu merenungi sesuatu.

"Hyungnim, aku ingin meminta bantuanmu" ucapnya melalui ponsel.

"Anak itu pasti menyembunyikan putriku di tempat tinggalnya, dan Jimin pasti mengetahui sesuatu tentang itu"


TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

When BTS Member Sick pt.2 Jeon Jungkook

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! GENRE      :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 2.Jeon Jungkook “ maknae , tolong ambilkan air minum dilantai bawah” teriak manajer hyung. Kali ini mereka sedang berkumpul diruang latihan.Semuanya tampak kelelahan dan mandi keringat.Jungkook bergegas menuruni anak tangga dan mengambil botol air mineral permintaaan manajer hyung. “ah berat juga ternyata” gumamnya sambil mengangkat kardus air mineral itu kedalam lift .Jungkook terlalu lelah untuk menaiki tangga dengan membawa beban.

My 4D Doctor pt.1

Main cast    : Kim Taehyung a.k.a V dan Hwang Rimi OC             : BTS member Genre          : Romance/AU/Slight comedy Rate            : T to M Length         : Chaptered Disclaimer   : Saya bukan penulis profesional, jadi mohon maaf apabila ada istilah-istilah yang keliru dalam fanfict ini.Kim Taehyung sepenuhnya milik ibu dan ayahnya/?, saya disini meminjam karakternya saja.Jalan cerita ini bersih dari kata plagiat dsb karena imajinasi datang dari mimpi/? author sendiri. Don’t be silent reader, RnR jusseyoo ! . .    Prologue 10 Tahun Silam “Taehyung-ah !... Taetae-ya !.... cepat kemari, tangan Jimin terluka ! dia berdarah !!” teriak seorang remaja laki-laki 12 tahun di depan sebuah jendela besar kamar milik Taehyung. Anak itu berteriak ketakutan s...

When BTS Member Sick pt.1 Park Jimin

When BTS member sick…. !!!, aye this is so bad, but don’t worry because all of them are just my plots to BTS daily activities. So, get into the feel guys ! Genre         :AU/FAMILY/COMEDY/BROTHERSHIP RATE          : T LENGTH    : Chaptered (One member for every chapter) . . Chapter 1.Park Jimin (Chimchim) Hari ini,   namja yang dikenal dengan tubuh atletisnya itu masih tertidur diranjangnya yang nyaman.Ia tak menyadari bahwa semua member sudah bersiap untuk berangkat menjalani schedule pagi itu.Dimulai dengan pengambilan gambar disebuah toko brand tas ternama lalu menuju ke luar kota untuk fansigning .Mungkin kegiatan mereka baru akan berakhir nanti malam.Jimin menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan sakit.Mata sipit itu terbelalak ketika melihat jam wekernya sudah menunjukkan angka 8 lebih.Cepat-cepat ia beranjak dari tempat tidurnya, tetapi… BRAKKKK BUGH ...